Tema Perayaan Iman Bulan November 2016 :
MEMBANGUN PERSEKUTUAN YANG KUDUS DAN BERHIKMAT
Minggu, 6 November 2016
Minggu Biasa XXXII (Hari Raya Semua
Orang Kudus)
Tema Perayaan Iman
Berbahagia dalam iman dan pengharapan
Daftar Bacaan Kitab Suci
Danièl 7:1-3, 15-18
Mazmur 149
Efesus 1;11-23
Lukas 6:20-31
Tujuan Perayaan Iman Minggu Ini :
Umat beroleh peneguhan dan penguatan atas iman dan
pengharapan mereka di dalam Kristus.
Bacaan Pelengkap Untuk Liturgi I
Berita Anugerah :
Efesus 1:5-8
Petunjuk Hidup Baru :
Efesus 5:1-2
Persembahan :
Efesus 5:20-21
Daftar Nyanyian Untuk Liturgi I
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian :
322:1-5
Nyanyian Penyesalan :
26:1-3
Nyanyian Kesanggupan :
369a:1-3
Nyanyian Persembahan :
302:1-3
Nyanyian Pengutusan :
370:1-3
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji :
38:1-3
Kidung Panelangsa :
159:1-2
Kidung Kasanggeman :
122:1-2
Kidung Pisungsung :
33:1-4
Kidung Pangutusan :
66:1-3
Pdt. Erni Ratna Yunita-
Dasar Pemikiran
Bagi orang percaya, iman kepada Tuhan
senantiasa menjadi suluh yang terus mengobarkan semangat dan pengaharapan.
Sebagai orang-orang yang telah dipilih dan dikasihi-Nya, orang percaya tidak
akan ditinggalkan sendirian. Tuhan selalu memberikan pengharapan di tengah
setiap pergumulan. Pengharapan yang diberikan-Nya tentu tidak akan mengecewakan.
Menggenapi janji dan pengharapan yang diberikan adalah bagian yang akan
dikerjakan Tuhan. Tetapi kita tidak boleh lalai melakukan apa yang menjadi
bagian kita, yaitu tetaplah percaya dan berpengharapan.
Keterangan Tiap Bacaan
Danièl 7:1-3, 15-18
Penglihatan Danièl tentang kekuasaan
raja-raja (kerajaan-kerajaan) yang berkuasa di bumi. Namun pada akhirnya,
kekuasaan dan pemerintahan itu akan dicabut dan diserahkan kepada orang-orang
kudus. Hal ini merupakan penghiburan yang sangat berarti di tengah keprihatinan
umat. Saat itu Danièl dan orang-orang Israèl telah diangkat ke Babil sebagai
orang-orang buangan.
Makna teks dalam konteks tema
pelayanan Sinode GKJ 2016
Orang-orang percaya diajak untuk menjaga
kebersamaan dalam menghadapi berbagai pergumulan. Bersama-sama percaya daan
berharap kepada Tuhan, bahwa Tuhan telah menyediakan segala yang terbaik bagi
kita.
Makna teks dalam konteks perayaan
liturgi Gereja
Peringatan Hari Raya Orang Kudus
menyemangati kita untuk terus berharap kepada Tuhan. Selanjutnya, senantiasa
memberi diri dipimpin Tuhan untuk mewujudkan apa yang telah dirancangkan-Nya
atas kita
Mazmur 149
Mazmur ini berisi ajakan untuk memuji-muji
Tuhan yang telah menyatakan perkenan-Nya atas umat. Tuhan telah memahkotai umat
dengan kemuliaan dan keselamatan. Pemazmur mengajak orang-orang saleh (umat
Tuhan) untuk melaksanakan apa yang menjadi Rancangan dan kehendak Tuhan dalam
hidup mereka.
Makna teks dalam konteks tema
pelayanan Sinode GKJ 2016
Ajakan Pemazmur dalam mazmur 149 kiranya
juga kita hayati sebagai ajakan untuk kita mengungkapkan sukacita di dalam
Tuhan. Karena Ia telah menyelamatkan kita dan memahkotai kita dengan kemuliaan.
Kemuliaan karunia Tuhan harus diwujudkan dalam sikap hidup yang luhur, rendah
hati dan saling mengasihi. Selanjutnya, bersama-sama melakukan apa yang
kehendak-Nya.
Makna teks dalam konteks perayaan
liturgi Gereja
Mazmur ini mengingatkan umat sebagai
orang-orang kudus (yang dikuduskan dan dikasihi Tuhan) untuk senantiasa
mengagungkan Tuhan. Umat Tuhan seharusnya menghayati bahwa mereka adalah
alat-alat di tangan Tuhan untuk melaksanakan apa yang menjadi kehendak-Nya
dalam hidup ini
Efesus 1:11-23
Paulus meyakini bahwa orang-orang percaya
telah ditentukan Allah dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya yang kudus dan
tak bercacat (Ef 1:4-5). Allah menyatakan rahasia kehendak-Nya untuk
mempersatukan di dalam Kristus segala sesuatu yang ada di sorga maupun yang ada
di bumi. Demikianlah Paulus meyakinkan jemaat di Efesus bahwa mereka pun
beroleh bagian di dalam Kristus ketika mereka percaya dan dimeteraikan dengan
Roh Kudus. Paulus berdoa agar jemaat Efesus memahami pengharapan yang
terkandung dalam panggilan anak-anak Allah. Yaitu betapa hebat kuasa yang
dikerjakan-Nya di dalam Kristus bagi orang yang percaya. Sebab di dalam Dia
orang percaya beroleh penebusan dan pengampunan dosa.
Makna teks dalam konteks tema
pelayanan Sinode GKJ 2016
Tuhan telah menyatakan rahasia kehendak-Nya
kepada orang-orang kudus yaitu untuk mempersatukan segala sesuatu di dalam
Kristus. Tuhan merangkul kehidupan ini dalam cinta kasih Kristus. Karena itu
sudah sepatutnya, orang-orang percaya mewujudkan kesatuan hidup dalam cinta
kasih.
Makna teks dalam konteks perayaan
liturgi Gereja
Orang-orang kudus yaitu jemaat milik Tuhan
diajak untuk terus merenungkan makna panggilannya. Dengan demikian mereka dapat
senantiasa teguh beriman dan berpengharapan, sekaligus terus berjuang untuk
hidup dalam ketaatan kepada Tuhan.
Lukas 6:20-31
Berisi ucapan bahagia yang merupakan
penghiburan Yesus atas mereka yang percaya kepada-Nya meskipun menanggung
berbagai penderitaan. Penderitaan dalam dunia ini terlihat dalam wajah
kemiskinan, kelaparan, tangis dan kedukaan, ketertindasan, penganiayaan dan
sebagainya. Tuhan Yesus menyatakan adanya harapan bagi mereka yang mengalami
banyak penderitaan dalam dunia namun senantiasa menyandarkan diri kepada Allah.
Selanjutnya, peringatan kepada mereka yang menyandarkan diri pada penghiburan
duniawi.
Makna teks dalam konteks tema
pelayanan Sinode GKJ 2016
Kebahagiaan adalah kerinduan setiap orang.
Sikap hidup saling mencintai sebagai anggota keluarga Allah menjadi jalan yang
tepat untuk mencapai kebahagiaan tersebut. Karena itu perlu terus
ditumbuh-kembangkan dalam kehidupan jemaat GKJ
Makna teks dalam konteks perayaan liturgi
Gereja
Hari Raya Semua Orang Kudus mengajak kita
untuk mengenang dan merenungkan hidup dan perjuangan para pahlawan iman. Mereka
telah mencapai kebahagiaan sempurna melalui ketaatan kepada Tuhan sampai akhir
hayatnya. Kiranya hal ini menguatkan tekad dan semangat kita untuk terus setia
di dalam Tuhan, satu-satunya sumber kebahagiaan abadi.
Harmonisasi Bacaan
Bacaan Danièl 7:1-3, 15-18, Efesus 1:11-23
dan Lukas 6:20-31 menyatakan pengharapan yang diberikan Tuhan kepada umat
(orang percaya) yang menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan di dunia.
Selalu ada harapan bagi orang percaya, karena itulah mereka dapat berbahagia.
Pengharapan itu bukan berasal dari dunia melainkan dari Bapa.
Renungan Atas Bacaan
Ketika menghadapi keadaan yang sulit dalam
hidupnya, banyak orang kehilangan pengharapan. Keputus-asaan itu nampak dalam
tindakan bunuh diri, sikap apatis, tindakan anarkis, mencari penghiburan dunia
(pergaulan bebas, narkoba, dll). Bagaimana dengan orang percaya?
Banyak juga di antara orang percaya yang
kehilangan kepercayaannya, kehilangan perngharapan, meninggalkan Tuhan.
Alasannya banyak, karena faktor ekonomi, masalah pasangan hidup yang tidak
seiman, tergiur oleh jabatan dan kekuasaan, faktor kekecewaan dan perselisihan
dalam keluarga atau jemaat. Apa pun alasannya, orang percaya tidak seharusnya
kehilangan pengharapan dan kehilangan iman kepada Tuhan.
Rasul Paulus berdoa kepada Tuhan agar
jemaat (Efesus) dimampukan memahami pengharapan yang terkandung dalam panggilan
orang-orang percaya. Yaitu betapa hebat kasih dan kuasa Tuhan bagi orang
percaya. Kasih dan kuasa Tuhan yang kekal dan melebihi apa pun di dunia ini.
Kasih yang telah dinyatakan melalui pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Jika
sedemikian Tuhan mengasihi kita, tentu Dia tidak akan meninggalkan kita begitu
saja. Dia akan terus menuntun dan menopang kita. namun, Ia juga menghendaki
agar kita sedikit demi sedikit menjadi semakin kuat dan dewasa dalam iman dan
hidup.
Pokok dan Arah Pewartaan
Memberitakan pengharapan yang terkandung
dalam panggilan sebagai anak-anak Allah.
Kotbah Jangkep bahasa Indonesia
Tema:
BERBAHAGIA DALAM IMAN DAN PENGHARAPAN
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Apakah ada di antara kita yang pernah merasa
putus asa karena suatu hal? Umumnya berbagai persoalan dan beban hidup bisa
membuat orang berputus-asa. Namun tidak demikian seharusnya bagi orang percaya.
Tuhan tidak menghendaki umat-Nya berputus-asa. Dalam segala keadaan, sesulit
apapun itu, sesungguhnya Tuhan tidak meninggalkan anak-anak-Nya. Tuhan
memberikan pengharapan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Firman Tuhan hari
ini meneguhkan keyakinan dan perharapan setiap orang percaya. Danièl hidup di
masa yang berat. Bangsa Israèl telah tertawan dan dibuang. Yerusalem
dihancurkan. Tuhan seolah-olah kalah terhadap dewa-dewa dan berhala orang
Babel. Ini merupakan pukulan yang berat bagi Israèl. Dalam keadaan demikian,
umat Tuhan menjadi “galau”, apakah Tuhan sungguh mengasihi mereka? apakah Tuhan
yang mereka sembah adalah Allah yang Mahakuasa? Mengapa membiarkan semua itu
terjadi atas umat-Nya?
Danièl dipakai Tuhan
untuk meneguhkan iman dan pengharapan orang Israèl yang bimbang di tengah
penderitaan. Melalui penglihatan yang diterima Danièl (Danièl 7:1-28), Tuhan
meneguhkan pengharapan umat. Segala kuasa dan pemerintahan jahat akan
dikalahkan. Tuhan akan menyerahkan pemerintahan kepada orang-orang kudus.
Karena itu, umat di dalam pembuangan tidak boleh putus asa karena beratnya
beban dan tantangan hidup. Yang harus mereka lakukan adalah mengarahkan hati
dan hidup kepada Tuhan. Tetap setia beribadah dan berbakti kepada Tuhan.
Demikian pula,
Paulus dipakai Tuhan untuk meneguhkan iman dan pengaharapan jemaat Efesus.
Paulus yakin bahwa orang-orang percaya telah ditentukan Tuhan dari semula untuk
menerima kasih karunia. Orang percaya telah dipilih sebelum dunia dijadikan
supaya kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (Efesus 1:4); telah ditentukan
dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya (ayat 5); telah beroleh penebusan yaitu
pengampunan dosa (ayat 7); menerima penyataan atas rencana dan kehendak-Nya
(ayat 9); menerima bagian yang dijanjikan di dalam Kristus Yesus (ayat 11);
telah dimeteraikan oleh Roh Kudus sebagai jaminan kesempurnaan keselamatan
(ayat 13-14). Semuanya itu menunjukkan betapa kayanya kemuliaan bagian yang
ditentukan Tuhan bagi orang-orang kudus (ayat 18) dan betapa hebatnya kuasa
Tuhan atas orang percaya (ayat 19).
Tuhan Yesus sendiri
menghibur para murid dan orang banyak, “berbahagialah…” (Lukas 6:20-23). Sungguh,
kebahagiaan sejati hanya bisa diberikan oleh Tuhan sendiri. Betapa besar
karunia yang Tuhan sediakan bagi orang-orang yang mengasihi Dia. Mengimani
besarnya rahmat Tuhan bagi orang percaya dapat memberikan daya, kekuatan untuk
menghadapi berbagai tantangan hidup. Kemiskinan, kehausan dan kelaparan,
kesusahan dan penganiayaan tak ada apa-apanya dibandingkan dengan Anugerah-Nya.
Sebaliknya, orang yang mengandalkan diri pada penghiburan dunia sedang menuju
kecelakaan (ayat 24-26).
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Sejauhmana saudara
percaya dan mempercayakan hidup pada Tuhan akan menentukan seberapa tangguh
saudara menjalani kehidupan ini. Jemaat Tuhan dan orang percaya di berbagai
tempat mengalami pergumulan dari masa ke masa. Tantangan dan rintangan tidak
mudah untuk dilalui. Namun nyata bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan
umat-Nya. Tuhan meneguhkan iman dan pengharapan orang-orang percaya. Dan semua
itu tidak hanya terjadi di jaman Danièl, Paulus atau pun Yesus saja. Sampai
saat ini dan di sini pun kuasa Tuhan bekerja atas kita.
Tuhan sudah memilih
kita dari semula bukan untuk mencelakakan atau membinasakan kita. Tuhan telah
memilih kita untuk menyelamatkan kita. karena itu, seberat apa pun pergumulan
yang sedang kita alami saat ini, jangan berhenti beriman. Tetaplah berharap dan
percaya pada Tuhan. Segala pergumulan penderitaan hidup sifatnya hanya
sementara, namun kasih Tuhan kekal selamanya. Yang perlu kita lakukan adalah
mengerjakan apa yang menjadi bagian kita. Dan Tuhan melakukan apa yang menjadi
bagian-Nya.
Pertanyaannya,
apakah yang menjadi bagian kita itu? Bagian kita adalah: satu, percaya. Percaya
bahwa Tuhan berkuasa atas hidup kita. Percaya bahwa Tuhan memberi kekuatan dan
hikmat yang memampukan kita menghadapi persoalan. Kedua, berusaha. Berusahalah
semampu kita. Berusahalah sebaik mungkin dan jangan menyerah. Ketiga, tetaplah
berpengharapan. Tambatkanlah pengharapan kita kepada Tuhan, hanya kepada Tuhan!
Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri. Tetaplah fokus, arahkan perhatian pada
tuntunan Tuhan.
Di sebuah arena
outbound, tampak berbagai wahana yang menantang. Bagi sebagian orang
wahana-wahana itu sangat menakutkan. Hal yang menarik adalah bahwa di setiap
wahana itu ada instruktur berpengalaman yang siap membimbing bahkan memberikan
pertolongan. Begitu pula dalam hidup kita, ada banyak hal menakutkan dan
berbahaya. Namun Tuhan Yesus ada disana dan siap membimbing kita. dia lebih
dari sekedar instruktur berpengalaman. Dia Tuhan yang berkuasa dan Bapa yang
mengasihi kita.
Beberapa kegiatan
outbound yang nampak berbahaya itu ternyata berguna dalam beberapa hal. Di
anataranya adalah untuk merangsang hormon adrenalin. Hormon adrenalin berfungsi
untuk menaikkan konsentrasi gula darah, meningkatkan pasukan oksigen dan
glukosa ke otak dan otot dan menyempitkan pembuluh darah. Hal ini sangat
berguna bagi orang dalam situasi darurat atau bahaya. Ia membutuhkan otot
bekerja lebih cepat, tekanan darahnya harus meningkat dan jantungnya harus
berpacu lebih cepat. Hormon adrenalin menggandakan kekuatan fisik sehingga
dapat memberi kekuatan dan kemampuan kepada seseorang dalam menghadapi situasi
darurat.
Begitupun dalam
hidup kita, berbagai persoalan dan tantangan merangsang “adrenalin” kita,
melatih kekuatan kita agar kita menjadi semakin tangguh. Karena itu, kumpulkan
segenap keberanian, hadapilah segala tantangan. Percayalah Tuhan Yesus selalu
menyertai kita. Tuhan Yesus telah memilih kita untuk menerima rahmat dan
karunia-Nya, maka jangan Menyerah dalam situasi dan kondisi apapun. Tetaplah
percaya, tetaplah berharap dan tetaplah berbahagia. Amin
Kotbah jangkep bahasa Jawa
Tema:
Karahayon Wonten ing
Kapitadosan
lan Pangajeng-ajeng
Pasamuwan kagunganipun Gusti,
Punapa panjenengan sami naté rumaos semplah
lan putus asa? Wonten ing pagesangan punika pancén kathah Prekawis ingkang
saged dadosaken tiyang rumaos semplah. Awit panandhang ingkang karaosaken awrat
tiyang saged semplah. Ananging bab punika boten pareng kalampahan wonten ing
gesanging para putranipun Gusti. Gusti Allah tansah nunggil ing gesanging para
pitados, Gusti Allah boten naté nilaraken para kagunganipun. Mila punika
sinaosa kedah nandhang rupi-rupi momotan ing gesangipun, para pitados kaatag
tansah tatag tanggon lan mitadosaken gesang dhumateng Gusti.
Sabdanipun Gusti ing dinten punika saged
ngiyataken kapitadosan tuwin pangajeng-ajeng kita dhumateng Gusti. Wonten ing
negari Babil Danièl lan tiyang Israèl sami nandhang kaprihatosan. Bangsa Israèl
sampun dipun kawonaken dèning Babil. Sadaya punika kadadosan awit dosa tuwin
pambalelanipun umat Israèl. Wonten ing kaprihatosan ingkang kasandhang dèning
umatipun Gusti, Gusti Allah paring panglipuran. Lumantar Danièl, Gusti Allah
nelakaken bilih Panjenenganipun badhé mitulungi umatipun. Panguwaosipun
bangsa-bangsa badhé kapendhet lan kaparingaken dhateng tiyang-tiyang mursid.
Mila saking punika umatipun Gusti kedah tansah nggadhahi pangajeng-ajeng
dhumateng Gusti. Umat kagunganipun Gusti kedah gesang tuhu setya lan ngabekti
namung dhumateng Gusti.
Mekaten ugi rasul
Paulus dipun agem dèning Gusti kanggé ngiyataken kapitadosan tuwin
pangajeng-ajengipun Pasamuwan ing Efesus. Rasul Paulus nandhesaken bilih tiyang
pitados punika sampun katamtokaken dèning Gusti kanggé nampi sih rahmatipun
ingkang ngedab-edabi. Para pitados dipun dadosaken para putranipun Gusti lan
kaatag kanggé mujudaken gesang ingkang suci. Para pitados nampi prasetyanipun
Gusti lan nampi sang Roh Suci minangka panjer kasampurnaning kawilujengan.
Bab-bab punika nélakaken lumbering sih rahmatipun Gusti tumrap para pitados
(Efesus 1:19).
Gusti Yesus ugi paring pangandika: “Rahayu kowe…” (Lukas 6:20-23). Karahayon punika namung saged dipun paringaken dèning Gusti Allah
piyambak. Sikep ingkang tansah pitados lan mitadosaken gesang dhumateng Gusti
saged nuwuhaken pangajeng-ajeng. Pangajeng-ajeng punika nuwuhaken daya,
kekiyatan lan kesagedan ngadhepi rupi-rupi pepalanging gesang. Karingkihan,
kacingkrangan, kaluwèn, karibedan, kasisahan lan sapanunggilanipun boten wonten
ajinipun manawi kasandhingaken kaliyan
karahayon peparingipun Gusti. Kosokwangsulipun, tiyang ingkang
ngendelaken kekiyatanipun piyambak tuwin panglipuring donya badhé nandhang
kacilakan (ayat 24-26).
Pasamuwan ingkang dipun tresnani dèning Gusti,
Kapitadosan kita
dhumateng Gusti saged nemtokaken sepinten kekiyatan kita ing salebeting ngadhepi
rupi-rupi prekawis ing gesang. Para pendhèrèkipun Gusti Yesus ngalami rupi-rupi
pepalanging gesangipun. Ananging Gusti Allah piyambak ingkang dados tuking
pitulunganipun.
Gusti Allah sampun
nemtokaken kita ing sakawit kanggé nampi karahayon, sanés kacilakan.
Panjenenganipun saèstu pirsa punapa ingkang kedah katindhakaken dhateng
umatipun. Gusti Allah boten badhé kesupén anggénipun netepi punapa ingkang
dados prasetyanipun. Ingkang kedah kita tindakaken Inggih punika: Ingkang
sepisan punika tansah pitados, ingkang kaping kalih mbudidaya, lan ingkang
pungkasan inggih punika tansah nggadhahi pangajeng-ajeng dhumateng Gusti.
Pasamuwan ingkang kinasih
Wonten ing arena outbound, kathah wahana ingkang
ketingalipun mbebayani. Mila kathah tiyang ingkang ajrih ndhèrèk kegiatan
punika. Ananging ingkang wigati inggih punika, wonten ing wahana-wahana ingkang
ketingalipun nggegirisi punika wonten instruktur ingkang tansah waspada njagi
lan mbiyantu peserta ingkang mbetahaken pambiyantu.
Kegiatan-kegiatan ingkang kaanggep mbebayani
punika sejatosipun wonten manfaatipun. Salah satunggalipun Inggih punika
merangsang/nuwuhaken hormon adrenalin. Hormon adrenalin punika nggadhahi fungsi kanggé
ningkataken konsentrasi gula darah, ningkataken pasukan oksigen lan glukosa dhateng
otak lan otot, lan ugi saged menyempitkan
pembuluh darah. Sedaya punika dipun betahaken nalika tiyang ngadhepi kawontenan
ingkang darurat utawi bahaya. Tiyang punika mbetahaken kerja otot langkung
cepet, tekanan darah ingkang meningkat lan jantung ingkang berpacu langkung
cepet. Hormon adrenalin punika saged menggandakan kekiyatan fisik satemah saged
ndadosaken tiyang langkung kiyat (rosa) nalika ngadhepi kawontenan darurat.
Mekaten ugi ing gesang kita, sinaosa kathah
prekawis ingkang mbebayani lan damel ajrih., Gusti Allah tansah nunggil ing
gesang kita. Panjenenganipun boten badhé “ngejoraken” para pitados nglampahi
sedaya punika. Panjenenganipun badhé tansah mitulungi lan ngayomi kita. Ing
sisih sanès, kangélaning gesang, pepalang lan momotan ingkang awrat ing gesang
kita punika saged dipun agem dèning Gusti kanggé ngiyatakaken kita. Mila saking
punika sumangga tansah nglampahi gesang kita sinaosa angél lan awrat kanthi
tansah pitados lan ngajeng-ajeng namung pitulunganipun Gusti. Kanthi mekaten
kita nampi karahayon peparingipun Gusti. Amin
Minggu, 13 November 2016
Minggu Biasa XXXIII
Tema
Menjadi Persekutuan Yang Berhikmat
Daftar Bacaan
Bacaan I :
Maleakhi 4:1 – 2a
Tanggapan :
Mazmur 98
Bacaan II :
2 Tesalonika 3: 6-13
Bacaan Injil :
Lukas 21: 5 – 19
Tujuan
Warga jemaat senantiasa bijak dan berhikmat dalam menjalani
kehidupan dalam persekutuan yang benar.
Daftar Ayat
Berita Anugerah : Maleakhi 3:17
Petunjuk Hidup Baru : 1 Petrus 3: 15
Persembahan : Mazmur 4: 5
Daftar Lagu
Bahasa Indonesia
KJ 6 : 1, 2
KJ 25 : 1- 3
KJ 253 : 1, 3, 4
KJ 269 : 1 -
KJ 278 : 1, 3
Bahasa Jawa
KPK BMGJ 5 : 1, 2
KPK BMGJ 44 : 1 + 3
KPK BMGJ 121 :1, 3
KPK BMGJ 186 : 1 –
KPK BMGJ 322 : 1, 2
Pdt. Pramadi Tjahjono-
Dasar Pemikiran
Tema di bulan November
adalah “Membangun Persekutuan Yang Kudus Dan Berhikmat” dengan tema mingguan: “Menjadi
Persekutuan Yang Berhikmat” mengajak
kita untuk merenungkan arti ibadah yang sejati di tengah banyaknya peribadatan
yang menarik akan tetapi apakah sesungguhnya membawa pengenalan yang benar kepada Allah. Persekutuan orang percaya memang
membawa kepada kedekatan dengan Allah, akan
tetapi disadari juga banyak persekutuan yang ada hanya untuk mencari
keuntungan jasmani menjadi sekedar hiburan
bagi jiwa yang lelah. Bacaan Alkitab mengingatkan akan hari Tuhan yang semakin mendekat. Hari Tuhan yang
semakin mendekat tentunya ditanggapi
bukan dengan rasa takut hati melainkan dengan bijak dan berhikmat supaya dihari-hari yang dilalui ataupun tiba
saatnya hari Tuhan, jemaat senantiasa dapat
mengerti dan percaya serta teguh di dalam pengharapannya. Sebagai sebuah persekutuan jemaat, orang percaya diajak
untuk saling membantu, menguatkan dan
menopang menghadapi hari Tuhan dalam pengajaran yang benar sehingga tidak diombang-ambingkan oleh
rupa-rupa pengajaran yang ada dan senantiasa menjaga kekudusan hidup
dalam ketaatan dan iman.
Keterangan bacaan
Maleakhi 4:1-2a
Maleakhi dengan jelas mengatakan bahwa hari
Tuhan akan datang. Kedatangan hari Tuhan akan membawa pengadilan bagi umat
manusia. pengadilan dalam hari Tuhan akan
memisahkan orang benar dan orang fasik tanpa
terkecuali dan tidak ada yang tersembunyi atau menyembuyikan diri serta
akan diadili sampai jauh keakar-akarnya. Peringatan Tuhan melalui nabi Maleakhi
ini terjadi karena saat itu terjadi dimana banyak orang fasik bermuka suci, artinya tindakan keagamaan mereka
hanyalah untuk mencari keuntungan-keutungan pribadi semata. Ritus dan
tindakan keagamaan hanya untuk menutupi segala keburukan yang ada, dan pengajaran
hanya untuk menyenangkan hati orang tanpa
membawa kepada pertobatan yang sejati dan hidup kudus di hadapan Allah
dan sesama. Itulah sebabnya, nabi Maleakhi mengingatkan akah datangnya Hari
Tuhan dimana manusia tidak dapat menghindar dari pengadilan Allah, dimana
kemunafikan akan tersingkat dan orang benar akan dijunjung tinggi oleh Tuhan
sendiri, Hari Tuhan juga membawa pengharapan kepada orang percaya untuk tetap
senantiasa stia dalam hidup kudusnya tanpa rasa iri hati dari mereka yang hidup
bercela. Kesetiaan dan pengharapan akan datangnya hari Tuhan semakin menguatkan
kehidupan orang percaya untuk tetap menjaga kehidupan kudus di hadapan Allah
dan persekutuan-persekutua yang ada membawa kepada hikmat yang benar hidup
dekat dengan Tuhan.
Makna Teks dalam konteks tema
pelayanan Sinode GKJ
Hari Tuhan membawa manusia untuk menjadi
bijaksana dan berhikmat dalam kehidupan yang berkenan di hadapan Allah.
Makna Teks dalam liturgy
Hari Tuhan mengajak jemaat untuk hidup
dalam penyembahan yang benar di hadapan Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Mazmur 98
“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan”
adalah sebuah seruan orang percaya (pemazmur) akan kesetiaan dan keadilan
Allah. “Nyanyian baru” berlawanan dengan
nyanyian lama, artinya ada sebuah perubahan hidup dekat dengan Allah. Perubahan
itu terjadi karena perbuatan ajaib Allah yang menghakimi manusia. mengapa
demikian ?, karena manusia sering mengatasnamakan
Allah untuk kepentingan dirinya sendiri, bahkan sesuatu yang mustahil, lembaga agama pun tidak bersih dari
penyelewengan pengajaran Tuhan demi
kepentingan pribadi. Nyanyian baru karena Tuhan sendiri yang akan menegakkan keadilannya dengan mengadili semua
manusia. Tindakan pengadilan ini akan mengangkat orang-orang benar dari
kesengsaraan penderitaan karena penindasan atas kesetiaannya kepada Allah.
Inilah keajaiban yang dilakukan Allah kepada
umatNya, bahwa keadilanNya pasti terjadi
dan dilaksanakan dimana kebenaran akan terpisah dari ketidakbenaran,
kemunafikan dari kejujuran dan kesetiaan. Oleh karenanya, orang-orang percaya
akan memuji-muji Allah karena tindakan keadilannya ini dan kesetiaan yang
dilakukan dalam hidup yang benar. Orang percaya akan memainkan segenap alat
music yang menyatakan sukacitanya atas karya dan tindakan Allah yang adil dalam
mengadili dunia ini.
Makna teks dalam konteks pelayanan
Sinode GKJ
Nyanyian baru sebagai nyanyian yang
dikumandangkan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan yang kudus dan
berhikmat atas semua pengajaran dan kehidupan yang ada.
Makna teks dalam liturgy
Nyanyian baru sebagai madah yang senantiasa
dikumandangkan dalam kekudusan hidup dan hikmat dalam kehidupan keseharian.
2 Tesalonika 3:6-13
Allah memang
senantiasa memberikan berkat-berkatNya kepada manusia.
akan tetapi, pemahaman ini sering disalah gunakan sehingga orang tidak mau
berbuat apapun untuk kehidupannya, melainkan hanya menuntut kepada Allah untuk senantiasa
memberkati. Demikian pula dengan pengajaran lainnya yang malah membawa manusia
percaya kepada pemahaman yang salah dan hanya untuk kepentingan hidup
pribadinya saja. Bersekutu hanya untuk mencari keuntungan sendiri bukan sebagai
wujud kesetiaan dan hidup kudus di hadapan Allah. Untuk itulah, rasul Paulus
menasehatkan jemaat di Tesalonika untuk bersikat kritis dan waspada terhadap
bujukan dan ajakan dari orang-orang yang hanya mencari keuntungan pribadi dalam
kehidupan religinya. Menjauhi persekutuan yang hanya mementingkan diri sendiri
karena akan mempengaruhi hidup benar menjadi salah. “Menjauhi” dalam rangka
bersikap bijak dengan hikmat yang dari Allah supaya kekudusan hidup tetap dalam
kesetiaan kepada Tuhan. “Menjauhi” berarti bersikap kristis untuk membangun
saudara-saudara yang hidup jauh dari Tuhan dengan pertobatan yang membawa ke
jalan kebenaran (ay.15). Hidup yang berkenan di hadapan Allah seperti yang
dicontohkan oleh rasul Paulus, diantaranya tetap bekerja dan melayani, tidak
hanya “njagakke” dan malas bekerja. Pengajaran yang diberikan Tuhan Allah dapat
mendatangkan hikmat dan itulah yang digunakan untuk menjadi hidup benar di hadapan
Tuhan.
Makna teks dalam konteks pelayanan
Sinode GKJ
Persekutuan yang ada senantiasa menambahkan
hikmat yang benar di dalam kehidupan jemaat, bukan yang sebaliknya dan membawa
kepada kehidupan yang benar di hadapan Tuhan dan sesama.
Makna teks dalam liturgy
Ibadah sebagai pengajaran yang benar akan
kehidupan yang berkenan di hadapan Allah dan membawa kepada kebenaran dalam
kehidupan keseharian.
Lukas 21:5-19
“Bait Allah akan
diruntuhkan” adalah sebuah pernyataan bagai kilat di siang hari bolong. Pernyataan
ini membangkitkan amarah orang-orang Israel. Bagaimana mungkin Bait Allah akan
runtuh, bukankah Bait Allah adalah kediaman Allah dan Allah sendiri yang akan
menjaga dan mengusir setiap orang yang mencoba meruntuhkan Bait Allah.
Pemahaman ini menunjukkan akan kepercayaan bangsa Israel akan keberadaan Bait
Allah yang tidak mungkin dapat diusik orang. Pemahaman Bait Allah bukanlah dala
arti yang sesungguhnya, melainkan berita akan datangnya Messias yang akan
merombak pemahaman yang ada selama ini karena pengajaran yang ada sudah
diselewengkan untuk kepentingan manusia. perombakan yang dilakukan Messias
berhubungan dengan pemahaman yang mendasar akan keselamatan. Dimana keselamatan
akan dicurahkan oleh Allah kepada manusia dan tidak berbatas tembok dan sekat,
melalui Messias yang datang menjadi Juru Selamat. Kedatangan Messias tidak
untuk membangun sebuah “tembok besar”, melainkan “tembok iman”. Allah sendiri
melalui karya kasih dalam pengurbanan. Kepercayaan yang demikian akan membawa
konsekuensi kepada orang percaya dalam bertahan untuk tetap setia karena
datangnya penganiayaan untuk meruntuhkan “tembok iman”. Akan tetapi justru
dalam penganiayaan, menjadi kesempatan
bersaksi akan kebenaran yang dinyatakan Sang Messias. Siapa yang berhikmat
tentunya akan dapat menbedakan mana yang benar dan yang berkenan di hadapan
Allah, bukan sekedar mengikuti pengajaran yang kosong dan menyesatkan.
Makna teks
dalam konteks pelayanan Sinode GKJ
Penderitaan dan
penganiayaan serta kesusahan hidup hendaklah membawa orang percaya untuk
semakin dekat dengan Allah, bukan malah menghindarinya.
Makna teks
dalam liturgy
Perarakan hidup
yang penuh dengan tantangan dihadapi dalam persekutuan yang bernar dan
berhikmat supaya tetap dekat dengan Hikmat yang sejati.
Harmonisasi Bacaan
Bacaan I
Hari Tuhan akan
datang dan pasti akan datang dimana pengadilan Allah akan dinyatakan kepada
orang benar dan orang munafik. Hari Tuhan justru menjadi pengharapan bagi orang
benar akan pembenaran Allah atas kesetiaan dan ketaatan yang selama ini
dilakukan, akan tetap Hari Tuhan menjadi peringatan bagi orang munafik untuk
bertobat sebelum tiba hari pengadilan Tuhan.
Mazmur antar bacaan
Nyanyian Baru sebagai nyanyian yang harus
senantiasa dikumandangkan dalam kehidupan
orang percaya, yaitu nyanyian akan karya Allah yang akan mengadili manusia berdasarkan keadilannya
berdasarkan pengajaran yang benar bukan pengajaran yang hanya untuk
menyenangkan hati manusia. nyanyian baru adalah tindakan Allah atas kemunafikan
manusia yang menyelewengkan pengajaran Tuhan demi kepentingan pribadi, sehingga
nyanyian baru adalah “nyanyian yang dari Allah sendiri yang membawa manusia
kepada kehidupan yang sejati dan benar di hadapan Allah.
Bacaan II
Kehidupan dalam jemaat seringkali
menyalahgunakan pengajaran yang ada atau menafsirkannya sesuai dengan kebutuhan
dan kepentingannya sendir. Bagi Rasul Paulus, jemaat harus senantiasa setia
kepada pengajaran yang benar yang membawa kepada perilaku dan tindakan hidup
yang sesuai dengan kehendak Allah. Kebenaran itu dinanpakkan dalam kehidupan
sehari-hari yang tidak mencari keuntungan pribadi melinkan bagi kemuliaan
Tuhan.
Bacaan Injil
Tantangan unutuk tetap setia kepada
pengajaran yang benar memang berat dan penuh tantangan, akan tetapi hal itu
memang harus terjadi dalam kehidupan orang percaya. Di sinilah orang percaya
diajak untuk tetap setia, karena Allah sendiri yang menolong dan memampukan
setiap orang percaya untuk tetap bertahan dalam kesetiaan hidup benar.
Pokok dan Arah Pewartaan
Banyak pengajaran yang terjadi bukan untuk
kemuliaan Allah, melainkan un tuk kepentingan diri sendiri atau sekelompok
golongan. Memang sulit untuk membedakan manakah yang menjadi kehendak Allah dan
yang bukan. Kebanyakan manusia mencari pengajaran dilihat dari kepentingan dan
keuntungan pribadi bukan dalam arti penyembahan yang benar di hadapan Allah.
Untuk itulah fungsi persekutuan dalam mencari kehendak Allah yang benar, yaitu
dengan hikmat dalam pengajaran yang benar yang pada akhirnya hanya bagi
kemuliaan nama Tuhan.
Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia
Tema:
MENJADI PERSEKUTUAN YANG BERHIKMAT
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus,…
Dalam sebuah jemaat dibentuklah sebuah Komisi
Diakonia yang bergerak dalam bidang Koperasi. Maksud dan tujuan didirikannya
koperasi adalah untuk membantu jemaat mendapatkan pinjaman bagi modal usaha
yang ada. Memang di jemaat itu banyak terdapat usaha-usaha kecil yang berdiri
karena kondisi sekitar sangat mendukung usaha tersebut. Dalam perjalannya
ternyata ditemukan banyak kejadian yang tidak menyenangkan, karena adanya
beberapa warga yang sukar untuk diminta pembayaran atas pinjaman, bahkan ada
yang mengatakan bahwa uang Gereja adalah juga uang jemaat sehingga kalau
dipinjam dan tidak dikembalikan tidaklah apa-apa. Bahkan dikatakan, justru
Gereja harus memperhatikan warga yang demikian dan memberikan bantuannya, bukan
sebagai pinjaman yang menuntut pengembalian.
Sebagian pengurus koperasi mengatakan, bahwa penarikan pinjaman jikalau
dipaksakan akan membawa mundurnya jemaat dalampersekutuan dan bahkan mungkin
meninggalkan persekutuan.
Saat ini bukanlah saatnya untuk mengatakan
benar atau salah. Melalui tema yang adalah : “Menjadi Persekutuan Yang
Berhikmat”, apakah yang dimaksud dengan kata berhikmat itu. Kata berhikmat
berarti dapat membedakan mana yang benar dan yang dikehendaki oleh Allah. Yang
dikehendaki Allah tentunya berdasarkan Aklitab yang dipahami secara benar
dimana yang menjadi ukurannya adalah kebenaran Allah yang dinampakkan dalam
kesetiaan, ketaatan dan hidup kudus di hadapan Allah.
Maleakhi memperingatkan umat bangsa Israel
akan datangnya Hari Tuhan. Hari Tuhan adalah dimana Allah menyatakan
pengadilannya bagi seluruh umat manusia. di dalam Hari Tuhan, aka nada
pemisahan antara orang fasik dan orang benar, dimana orang fasik akan
mendapatkan penghukuman karena kefasikannya, sedangkan orang benar akan
mendapatkan kemuliaan karena kesetiaannya. “Terbit surya kebenaran” menunjuk
pada kesetiaan yang dilakukan oleh orang benar dalam hidu dan mempertahankan
kehidupan dalam keenaran meskipun banyak penggodaan bahkan ancaman yang
menerpanya. Sedangkan orang fasik tidak berarti orang yang tidak memiliki
agama, melainkan orang-orang yang beragama akan tetapi dalam melakukan tindakan
keagamaannya hanya untuk mencari keuntungan pribadi atau kelompoknya saja. Pada
saat Hari Tuhan akan dinyatakan dalam pengadilan Allah, manakah mereka yang
setia dan yang hidup fasik hanyanuntuk mencari keuntungan pribadi.
Hari Tuhan juga
dikumandangkan oleh pemazmur, bahwa keadilan Allah akan dinyatakan, meskipun
pemazmur tidak secara langsung mengatakan tentang hari Tuhan, akan tetapi
keadilannya akan dinyatakan. keadilan Tuhan berdasarkan atas hukum-hukumNya
yang telah diberikan kepada manusia. oleh karena manusia sering menyalahgunakan
hukum-hukum Tuhan itu, maka diperlukan sebuah “Nyanyian Baru”, artinya melihat
ulang secara kritis hukum-hukum Tuhan itu demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan
manusia, bukan malah sebuah penindasan atas manusia. Tuhan senantiasa mengingat
akan kasih setiaNya. Kasih setia Tuhan berarti bahwa Tuhan tidaklah akan
meninggalkan umatNya yang setia. Segala penderitaan, cobaan dan kesengsaraan
umat diperhatikanNya, keluhannya didengarkanNya. Itulah keadilan Tuhan dimana
Allah menyatakan pengadilanNya untuk menyelamatkan umat pilihanNya dan
menghukum mereka yang sudah bertindak tidak benar. Nyanyian baru adalah sebuah
tindakan mencari kehendak Allah yang benar dalam kehidupan yang kudus yang
diperkenan oleh Allah. Nyanyian baru adalah hidup dengan bersikap kritis atas
apa yang ada di sekitarnya, termasuk penyembahan kepada Allah yang benar-benar
ditujukan kepada Allah bukan diselewengkan kepada manusia.
Firman Allah
tidaklah mustahil diputarbalikkan oleh manusia, dengan maksud untuk mencari
keuntungan bagi dirinya sendiri. Sehingga bukanlah hal yang mustahil, institusi
keagamaan digunakan untuk kepentingan segolongan orang atau pribadi. Rasul
Paulus sudah mengingatkan jemaat akan hal itu, dimana di jemaat Tesalonika ada
yang mencoba mengambil keuntungan dalam hidup bersama dalam jemaat Tuhan.
Sebagian warga yang mencari keuntukan itu diperlihatkan dalam hidup yang
bermalas-malasan tidak mau bekerja. Dalam jemaat Tesalonika memang sering
diadakan perjamuan, akan tetapi perjamuan itu disalahgunakan oelh beberapa
orang untuk keuntungan pribadi, tidak mau bekerja adanya hanya mau makan. Rasul
Paulus mencontohkan kehidupannya, meskipun ia mempunyai kedudukan yang tinggi
di jemaat, ia tetap bekerja untuk memenuhi kehidupannya sendiri. Contoh yang
diberikan rasul Paulus sebenarnya mengajak jemaat Tesalonika untuk tetap dan
terus berkarya dalam kerja dan pelayanan yang kesemuanya diperuntukkan bagi
kemuliaan Allah. Oleh karena itu, rasul Paulus mengajak untuk bersikap kritis
terhadap beberapa orang yang hidupnya tidak tertata dan hanya mencari
keuntungan saja. Bagi jemaat yang
hidupnya tidak tertata, tetap diingatkan, ditegur untuk mengubah gaya
kehidupannya, meskipun mereka juga “dijauhi” dari sikap hidup yang tidak baik
supaya jangan menjadikan jemaat lainnya mengikuti pola dan sikap hidup yang
tidak benar itu.
Sebagaimana yang
dikatakan Tuhan Yesus, bahwa mengikutNya haruslah memikul salib. Hidup benar
dan setia kepada Tuhan memang mengandung konsekuensi hidup taat kepada Allah,
dalam arti juga membuang kesenangan dan keuntungan pribadi. Manusia juga tidak
lepas dari godaan-godaan yang ada, juga di dalam jemaat Tuhan. Kesetiaan akan
Firman dan hidup bagi kemuliaan Tuhan adalah salib yang harus dipikul.
Seringkali sebuah kebiasaan yang ada dalam jemaat ketika itu ternyata jauh dari
kehendak Allah, untuk mengubahnya menjadi batu sandungan bagi orang-orang
tertentu. Tetaoi itulah yang harus terjadi, “Bait Allah” harus diruntuhkan dan
dibangun sebuah bait dengan pondasi yang benar, yaitu Kristus sendiri. Nyanyian
baru harus dikumandangkan menggantikan nyanyian lama yang sudah sumbang.
Konsekuensi dari kesetiaan mengikut Tuhan dan hidup kudus adalah penderitaan
karena penganiayaan oleh mereka yang tidak menginginkan perubahan menuju yang
benar.
Oleh karena itu,
sebagai sebuah persekutuan, orang percaya harus senantiasa hidup dekat dengan
Allah dengan senantiasa mencari kebenaran akan FirmanNya dan dinyatakan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebuah persekutuan orang percaya harus senantiasa
menyatakan Firman Allah dalam kehidupannya, sebagai wujud kehidupan kudus.
Persekutuan orang percaya jangan sampai terjatuh didalam kekuasaan yang pada
akhirnya menindas, kepentingan sesaat yang akhirnya meninggalkan kebenaran,
apalagi mengatasnamakan Tuhan bagi kepentingan golongan untuk meraih tujuan
tertentu. Persekutuan orang percaya harus senantiasa kritis dalam kehidup
beriman dalam kepasrahan sehingga hikmat dinyatakan dan hidup dalam kebenaran.
Setiap anggota persekutuan orang percaya harus hidup introspeksi terhadap diri
pribadi dalam hubungannya dengan Tuhan Yesus dan sesamanya, apakah semuanya
hanya untukkemuliaan nama Tuhan, kebaikan dan pertumbuhan bersama atau hanya
kepentingan pribadi atau golongan. Memang semuanya itu menanggung resiko
dijauhi, dibenci dan bahkan dianiaya, akan tetapi Tuhan adalah adil dan benar.
Dia tidak akan membiarkan umatNya sengsara teraniaya, Ia akan mengadakan
pengadilanNya dengan menghukum yang fasik dan dihidup dalam kemunafikan, serta
mengangkat bagi mereka yang benar dan hidup dalam kesetiaan kekudusan.
Hari Tuhan pasti
akan datang dan di Hari Tuhan akan dinyatakan keadilan Allah atas semua orang,
dimana kebenaran akan dinyatakan dan kefasikan akan terbakar habis. Hari Tuhan
bukanlah ancaman ketakutan bagi mereka yang benar, melainkan harapan dan semangat
dimana kesetiaan akan mendapatkan keadilan dan kekudusan akan mendapatkan
kemuliaan. Maka jadilah sebuah persekutuan dariorang percaya yang berhikmat
yang senantiasa mencari kehendak Tuhan yang benar dan dinyatakan dalam
kehidupan dalam kekudusan yang sejati. Amin.
Khotbah Jangkep Bahasa Jawa
Tema:
DADOS PATUNGGILAN INGKANG WICAKSANA
Pasamuwan ingkang dipun tresnani déning Gusti Yésus Kristus,…
Wonten ing satunggaling pasamuwan
kawontenaken komisi diakonia ingkang lelados ing bab koperasi. Ancasipun kawontenaken koperasi
inggih punika kanggé mbiyantoni warga pasamuwan sageda angsal sambutan kanggé mbiyantu paitan utawi modal usaha. Pancèn kathah warganing
pasamuwan ingkang makarya ing bidang usaha
kecil awit kawontenan sakiwa tengenipun cocog kaliyan usaha kalawau. Wonten
ing lampahipun kathah pinanggih kedadosan ingkang mboten ngremenaken, awit wontenipun sawetawis warga
pasamuwan ingkang angèl anggènipun
nyaur sambutanipun dhateng koperasi, malah wonten ingkang ndarbèni pamanggih lan ngandika bilih arta
kagunganipun Gréja punika inggih artanipun pasamuwan utawi warga pasamuwan, pramila
menawi dipun sambut lan mboten saged mangsulaken inggih mboten punapa-punapa. Malah kedahipun Gréja nggatosaken punapa
ingkang dados kabetahanipun warga pasamuwan kepara mbiyantoni, mboten malah
maringi sambutan ingkang kedah dipun wangsulaken.
Sapérangan
pengurus koperasi ugi wonten ingkang gadhah pamanggih bilih anggènipun warga pasamuwan
nyaur saking sambutanipun menawi dipun peksa mangka malah njalari munduripun
warga saking patunggilan, utawi malah kepara medal saking pasamuwan.
Wekdal samangké sanès wekdal kanggé ngrembag prekawis leres
utawi lepatipun
tumrap prekawis kasebat. Lumantar irah-irahan: “Dados Patunggilan Ingkang
Wicaksana”, punapa ta ingkang dipun tengenaken gayut kaliyan ukara wicaksana punika. Ukara “wicaksana” ateges
saged mbédakaken pundi
ingkang leres lan dados keparengipun Gusti Allah. Ingkang dados keparengipun Gusti Allah mesthinipun ingkang adhedhasar
Kitab Suci ingkang dipun mangertosi sacara leres, ing pundi
ukuranipun kaleresan inggih punika kaleresanipun
Gusti Allah ingkang dipun katingalaken kanthi tata cara
gesang ingkang
setya, ajrih-asih lan gesang suci ing ngarsanipun
Allah.
Maléakhi ngémutaken dhateng bangsa Israèl badhé wontenipun “Dinané Pangéran.” Dintenipun Pangéran Allah inggih punika dinten anggènipun Gusti Allah rawuh lan nélakaken pangadilanipun dhateng sadaya manungsa. Ing dintenipun
Pangéran Allah badhé wonten pilah-pilahipun antawising manungsa ingkang
sembrana (Bs. Indonésia: fasik) kaliyan tiyang ingkang leres, ing pundi tiyang ingkang sembrana badhé
angsal paukuman lan tiyang ingkang leres badhé angsal kamulyan awit
kasetyanipun. “Plethèking surya” tumuju dhateng kasetyan ingkang dipun tindakakaken
déning tiyang leres wonten ing gesangipun lan tetep setya ngugemi gesang ing salebeting kaleresan, sanadyan kathah
panggodha kepara pangancam ingkang nempuh. Sanadyan tiyang sembrana mboten ateges tiyang ingkang
mboten gadhah agami, ananging tiyang sembaran punika tiyang ingkang ngugemi agami namung
kémawon agami dipun anggé pados kauntungan pribadi utawi golonganipun.
Dintenipun Pangéran Yéhuwah ugi dipun aturaken
déning sang juru masmur, bilih kaadilanipun Gusti Allah badhé kababaraken, sanadyan ta
sang juru masmur mboten sacara wantah ngandikaken bab dintenipun Pangéran Yéhuwah, ananging kaadilanipun
badhé dipun katingalaken. Kaadilanipun Gusti lumantar angger-anggeripun ingkang sampun
dipun paringaken
dhateng manungsa jalaran manungsa asring nerak angger-anggeripun Gusti.
Pramila satunggaling kidung anyar kedah dipun
undanganken. “Kidung Anyar” tegesipun ningali sacara
pramana (Bs Indonésia: kritis) bab pranatanipun Gusti (=Majelis) ingkang tundhonipun kanggé mbabar kamulyan lan
kaluhuraning Gusti Yésus Kristus. Angger-anggeripun Gusti namung kagem
kamulyaning Gusti Yésus lan kawilujenganing manungsa, sanès dados saranan nindhes
sesamining manungsa.
Gusti mesthi tansah badhé ènget dhateng sih-kasetyanipun. Sih-kasetyanipun Gusti ateges Gusti mboten badhé nilar umat kagunganipun
ingkang setya. Sadaya panandhang, kasangsaranipun, lan pacobèn tansah dipun gatosaken. Kasangsaraning umat tansah dipun
gatosaken, pasambatipun tansah dipun pyarsakaken. Inggih punika kaadilanipun Gusti Allah
ing pundi Gusti Allah milujengaken umatipun lumantar pangadilan lan
paring paukuman dhateng manungsa ingkang lampah sembrana sarta mboten leres. Kidung
anyar inggih punika satunggaling tumindak madosi karsaning Allah ingkang leres
ing salebeting gesang suci ingkang dipun kersakaken déning Gusti. Kidung anyar
inggih gesang kanthi asikep kritis
tumrap punapa ingkang wonten ing sakiwa tengenipun, kalebet anggènipun manembah dhumateng
Allah ingkang saèstu katujokaken dhateng Gusti Allah, sampun ngantos malah dipun slèwèngaken déning manungsa.
Sabdaning Gusti Allah saged ugi dipun
wolak-walik déning manungsa, kanthi ancas
pados kauntungan pribadi kanggé dirinipun piyambak.
Pramila sanès prekawis ingkang mokal menawi bebadan agami dipun ginakaken kanggé kepentingan
sagolongan tiyang. Rasul Paulus sampun ngèngetaken pasamuwan ing bab punika, ing pasamuwan Tésalonika wonten sadhèrèk ingkang pados
kauntungan pribadi anggènipun gesang sesarengan wonten ing pasamuwanipun Gusti. Sapérangan warga pasamuwan pados untungipun piyambak kanthi gesang kesèd mboten purun nyambut
damel. Ing pasamuwan Tésalonika pancèn asring dipun wontenaken bujana asih, ananging bujana kala wau déning sawetawis
tiyang namung pados kauntungan piyambak, mboten purun nyambut damel namung nedha kémawon. Rasul
Paulus paring tuladha gesangipun, sanadyan piyambakipun punika paladosing pasamuwan, ananging tetep nyambut damel
kanggé nyekapi kabetahaning gesangipun. Tuladha ingkang dipun tindakaken déning rasul Paulus punika,
èstunipun ngatag dhateng pasamuwan
ing Tésalonika
supados tetep makarya lan leladi kanggé kamulyanipun Gusti saha ngrembakaning
pasamuwan. Déning rasul Paulus, pasamuwan kaatag asikep kritis
tumrap sawatawis
sadhèrèk ingkang gesangipun
sembrana lan mboten tumata sarta namung pados kauntungan. Tumrap warganing pasamuwan
ingkang gesangipun mboten tumata lan sembrana, namung pados kauntungan piyambak, rasul Paulus mulang pasamuwan kasebat supados ngémutaken lan dipun
“tebihi” kanthi ancas supados sampun ngantos nulari
dhateng pasamuwan sanèsipun.
Kados
déné ingkang dipun ngandikakken
déning Gusti Yésus, bilih para pandhèrèkipun
kedah manggul salibipun piyambak-piyambak. Gesang leres lan setya dhateng Gusti
pancèn kedah
nanggel tanggel jawab (konsekuensi) setya dumateng Allah
srana mbuwang
raos mélik
lan pados kauntungan pribadi. Manungsa pancèn mboten uwal saking panggodha ingkang nempuh ing
gesangipun, makaten ugi ing salebeting pasamuwanipun Gusti. Kasetyan dhumateng sabdaning Allah lan
gesang kagem kamulyaning Gusti minangka salib ingkang kedah dipun pikul. Salah satunggaling pakulinan ing
satengahing pasamuwan pinanggih tebih saking karsanipun Allah lan anggènipun asikep kritis sarta
badhé ngéwahi
pakulinan
punika dados séla sandhungan kanggé sawetawis sadhèrèk. Prekawis punika kedah dipun éwahi tumuju ing kaleresan, “Padalemaning Allah”
kedah dipun rubuhaken lan dipun wangun Padaleman ingkang Anyar adhedhasar Séla Pojokan ingkang Sejati, inggih punika Gusti Yésus piyambak. Kidung anyar kedah
kakidungaken, nggantos kidung ingkang lawas ingkang sampun “bléro suwantenipun.” Tanggel
jawab (konsekuensi) saking setya-tuhu ndhèrèk Gusti Yésus pancèn panandhang lan kasisahan. Gesang ndhèrèk Gusti Yésus kedah gesang suci sanadyan kedah nandhang sisah lan
panganiaya saking sadhèrèk
ingkang mboten remen tumuju éwah-éwahahing gesang ingkang leres.
Pramila, minangka satunggaling patunggilan,
tiyang pitados kedah tansah gesang nunggil ing Gusti lan tansah mbudidaya
madosi kaleresan manut ing Sabdaning Allah ing gesangipun lan kababaraken wonten ing sauruting gesang. Minangka
patunggilaning, tiyang pitados kedah tansah nélakaken Sabdaning Allah ing gesangipun ngener dhateng gesang suci. Patunggilaning
tiyang pitados sampun ngantos dhumawah namung ngudi panguwaos ingkang
wusananipun nindhes tiyang sanès, pepinginan daging ingkang wusananipun nilar
dhateng kaleresan, punapa malih ngagem asmanipun Gusti Allah kanggé kapentingan pribadi.
Patunggilanipun tiyang pitados kedah tansah asikep kritis ing gesang pitados ing salebeting raos pasrah, matemah
kawicaksanan dipun tampi lan gesang ing salebeting kaleresan. Saben gegelitan patunggilanipun tiyang pitados kedah gesang
kanthi mulad sarira
dhumateng gesangipun piyambak saha sesambetan kaliyan Gusti Yésus lan sesami. Punapa déné sadayanipun punika namung kagem Gusti lan kasaénaning sesami lan gesang sesarengan, mboten kanggé
dhiri pribadi utawi golongan. Pancèn sadaya kalawau kedah kinanthènan manggul salib, dipun sengiti, dipun tebihi,
malah dipun aniaya déning kathah tiyang. Ananging
Gusti tansah mitulungi lan nélakaken kaadilanipun sarta kaleresanipun. Panjenenganipun mboten
badhé négakaken
tiyang pitados, Panjenenganipun badhé njejegaken kaadilanipun lan ngukum tiyang
ingkang sembrana lan gesang mboten tumata, sarta ngluhuraken tiyang ingkang mursid nyata ingkang
gesang ing ngudi kasucèn saha kaleresan.
Dintenipun Pangéran mesthi rawuh lan ing dintenipun Pangéran kasebat badhé kababaraken kaadilanipun
Gusti Allah dhateng sadaya manungsa ing pundi kaleresan badhé kaluhuraken lan gesang sembrana
kabesmi ing latu. Dintening Pangéran sanès pangancam ingkang nuwuhaken raos
ajrih kanggé tiyang leres, malah dados wujuding pengajeng-ajeng lan daya gesang ing pundi wohing kasetyan inggih punika nampi
kaadilan lan gesang suci badhé nampi kamulyan. Pramila dadosa patunggilaning
tiyang pitados ingkang wicaksana ingkang
tansah madosi karsaning Gusti Allah ingkang leres lan dipun wujudaken ing
gesang leres lan dipun katingalaken ing gesang suci ingkang sejati. Amin.
Minggu, 20
November 2016
Hari Minggu
Kristus Raja Semesta Alam
Tema Perayaan Iman
Persekutuan yang berbakti
kepada Kristus, Raja Semesta Alam
Daftar
Bacaan Kitab Suci
Bacaan I :
Yeremia 23:1-6
Mazmur
antar Bacaan : Mazmur 46
Bacaan
II : Kolose 1:11-20
Bacaan
Injil : Lukas 23:33-43
Tujuan
Perayaan Iman
Umat memiliki hikmat dan
pengetahuan yang benar tentang siapa Tuhan Yesus Kristus, Raja semesta alam.
Umat memiliki kebaktian yang
baik kepada Sang Raja semesta alam.
Pelengkap Bacaan Alkitab untuk
Liturgi I
Berita Anugerah : Yeremia 23:4
Petunjuk Hidup Baru : Kolose
1:23
Persembahan : Mazmur 46:12
Daftar Nyanyian untuk Liturgi
I
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 415:1,2
Nyanyian Penyesalan : KJ
48:1,4
Nyanyian Kesanggupan : KJ
377:1,3
Nyanyian Persembahan : KJ
288:1,4
Nyanyian Akhir Kebaktian : KJ
289:1,9
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 12:1,2
Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 53:1,4
Kidung Kesanggeman : KPK
BMGJ 27:1,3
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 187:1,2
Kidung Pungkasan : KPK BMGJ 13:1,2
Pdt. Setiyadi (GKJ
Ngentakrejo)-
Keterangan Bacaan
Yeremia 23:1-6
Gembala adalah
metaphor untuk pemimpin, dan domba gembalaan adalah gambaran untuk umat. Dalam
Perjanjian Lama, TUHAN sering digambarkan sebagai gembala untuk melukiskan
kepemimpinan TUHAN atas umat. Gembala yang baik, bertanggung jawab kepada
kawanan domba-dombanya. Keselamatan para domba sangat tergantung dari
kepiawaian sang gembala dalam menggembalakan.
Bila dicermati,
visi Yeremia tentang sosok gembala, jelas-jelas menyangkut soal kepemimpinan.
Ada yang salah dari para pemimpin, ketika hidupnya dikuasi ambisi dan
kepentingan diri, lupa pada kawanan umat yang dipercayakan kepadanya. Terkait
dengan ini, baik bila kebijaksanaan Timur diajak berdialog dalam rangka
menghadirkan kepemimpinan yang ideal dan operasional. Bagaimana sosok gembala
itu dimaknai oleh dunia Timur melalui konsepsi Asthabrata (delapan watak kepemimpinan yang adiluhung). Seorang
pemimpin, gembala yang baik, selayaknya menguasai kedelapan watak sebagai
berikut:
Tirta (air): memberi kehidupan dan
menumbuhkan
Kartika (bintang): memberi inspirasi atau petunjuk dalam memaknai hidup
Surya (mentari): memberikan energi dan
kekuatan semesta
Candra (bulan): memberikan keteduhan
Bayu (angin): memberikan kedalaman berpikir
dan kemampuan mengarahkan tindakan
Bantala (bumi): memberikan kesuburan
Baruna (laut): memberikan keluasan
cakrawala pengetahuan sehingga jauh dari kerdil pikir
Dahana (api) : mengobarkan semangat
Dunia Timur memiliki cara yang unik untuk melukiskan kemaharajaan Sang Pencipta. Bahwa dari pancaran keutamaan
ciptaan, terlukislah sosok Sang Pencipta.
Artinya, sosok TUHAN, sang pemimpin umat, akan terlukis secara gamblang dari refleksi atas keutamaan ciptaan
seperti tercermin dari kedelapan watak kepemimpinan di atas. Menariknya,
kepemimpinan TUHAN dalam asthabrata
ini bukan menjadi hak istimewa TUHAN untuk dimiliki sendiri, tetapi dianugerahkan kepada manusia melalui
tanggung jawab yang diberikan. Kedelapan watak utama pemimpin tersebut
tentu dibutuhkan, baik dalam dunia sekuler
maupun rohani. Para pemimpin yang masih sibuk dengan dirinya sendiri
perlu melakukan revolusi mental dengan mengacu keutamaan pemimpin dalam asthabrata. Mengingat, dari masa ke
masa, dari generasi ke generasi, warga
bangsa sangat membutuhkan pemimpin yang menerbitkan matahari keadilan,
candra kebijaksanaan dan kartika kemakmuran.
Makna Teks dalam Konteks Pelayanan Sinode GKJ
Dalam rangka menatap ke depan, GKJ bertanggung jawab melahirkan
calon-calon pemimpin, calon-calon pembesar, dan juga calon-calon pengusaha yang
berwatak asthabrata. Baik itu dalam
dunia sekuler maupun dunia rohani. Kepemimpinan asthabrata pantas diacu untuk ditemukan makna spiritual dan
pastoral kristianinya. Dengan wawasan asthabrata,
diharapkan menjadi kekuatan revolusioner bagi kemakmuran seluruh negeri tanpa
sekat-sekat pembeda.
Makna Teks dalam Konteks Perayaan Liturgi Gereja
Dalam konteks hari Minggu Kristus Raja, perihal kemaharajaan Kristus, Sang
Gembala yang baik, pantas menjadi permenungan Gereja. Kemaharajaan Kristus
tidak melahirkan arogansi kekuasaan, tetapi pemenuhan cita-cita kepemimpinan
yang mengayomi dan penuh belas kasihan. Dialah Sang Ratu Adil, Raja Semesta
Alam, yang lahir dari tunas Daud: ”Sesungguhnya, waktunya akan datang,
demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia
akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan
kebenaran di negeri” (Yer 23:5).
Mazmur 46
Mazmur 46 ini termasuk nyanyian kemenangan. Jenis nyanyian yang digemari
oleh bani Korah sebagai kelompok pemusik yang hebat. Sebagai nyanyian
kemenangan, biasanya dinyanyikan oleh sekelompok anak dara, sebagaimana
ditandakan dengan lagu: Alamot.
Lagu kemenangan ini pertama-tama ditujukan kepada kekuatan TUHAN semesta
alam. Tidak heran bila tema ini digemakan sangat kuat dalam lagu dan nyanyian
Mazmur ini. Umat diajak menghayati bahwa Allah adalah tempat perlindungan dan
kekuatan, penolong yang selalu dapat diandalkan. Tidak ada alasan lagi untuk
takut. Kekuatan Allah melebihi kekuatan alam, seperti bumi yang berubah,
gunung-gunung yang goncang, dan laut yang ribut. Mengingat hukum alam semesta
berada di dalam kuasa TUHAN semesta alam, kepercayaan kepada-Nya pantas
dilestarikan turun-temurun. Bahwa, TUHAN semesta alam adalah kota benteng kita
dan selalu menyertai kita.
Makna Teks
dalam Konteks Pelayanan Sinode GKJ
Dalam rangka
mengerjakan misi pelayanan, kekuatan TUHAN semesta alam adalah tumpuan dan
alasan GKJ.
Makna Teks
dalam Konteks Perayaan Liturgi
Keyakinan kepada
kemaharajaan TUHAN perlu selalu dipelihara dalam kebaktian GKJ melalui
pengakuan iman dan nyanyian kemenangan iman.
Kolose 1:11-20
Rasul Paulus
mempunyai gambaran unik ketika menjelaskan tentang Tuhan Yesus yang telah
mengubah hidupnya. Inilah keunggulan dari Rasul Tuhan ini. Pengalaman rohaninya
yang mendalam memampukan dia memberi keterangan yang lengkap tentang pribadi
Yesus Kristus, sebagaimana tercermin dalam doanya untuk jemaat di Kolose.
Rasul Paulus
berharap supaya jemaat memiliki hikmat dan pengetahuan yang benar supaya
mengerti kehendak TUHAN di dalam Kristus. Pengetahuan demikian akan
mendatangkan keuntungan besar bagi jemaat, terutama ketika mengalami
kesengsaraan dan penganiayaan. Bagi orang-orang yang memiliki hikmat dan
pengetahuan tentang Kristus, ia pun dapat menanggung segala sesuatu dengan
tekun dan sabar, serta tetap bersyukur. Mengingat, Kristus yang telah menderita
sengsara itu sekaligus yang memiliki kuasa atas triloka (dunia bawah, dunia
tengah, dan dunia atas). Kuasa kegelapan dari dunia bawah telah dikalahkan,
yang memungkinkan bagi milik-Nya untuk tinggal dalam kerajaan terang,
sebagaimana ketentuan bagi orang-orang kudus.
Maka dari itu,
Rasul Paulus sangat mengharapkan supaya Jemaat Kolose memuji Kristus sebagai
raja semesta raya. Karena Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan,
yang sulung, dan lebih utama dari segala yang diciptakan. Kristus adalah
empunya semua ciptaan, baik yang ada di sorga dan yang ada di bumi, baik yang
kelihatan mapun yang tidak kelihatan. Dalam Kristuslah, seluruh kepenuhan Allah
diam.
Makna Teks
dalam Konteks Pelayanan Sinode GKJ
Gereja sebagai
kehidupan bersama keluarga Allah memiliki kewajiban untuk belajar bersama
supaya memiliki hikmat dan pengetahuan yang benar tentang Kristus. Hikmat dan
pengetahuan ini niscaya akan menggerakkan seluruh umat untuk berpartisipasi
dalam karya pelayananan bersama tanpa takut dan gentar.
Makna Teks
dalam Konteks Perayaan Liturgi
Dalam rangka merayakan
hari Minggu Kristus Raja Semesta Alam, maka pujian kepada Kristus, sebagai
gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, dan lebih utama dari segala
yang diciptakan, pantas dikumandangkan. Pujian yang mendatangkan pengalaman
rohani supaya jemaat mengalami kepenuhan Allah di dalam Kristus Sang Raja.
Lukas 23:33-43
Salib adalah
penghinaan. Orang-orang yang suka memakai simbol salib sebagai hiasan di rumah
hingga melekat di badan harus paham dengan hal tersebut. Memang, berkat
sentuhan kreatif, banyak hiasan salib berharga mahal. Entah itu dibuat dari
emas, perak, kayu hingga bahan batu akik Klawing yang bernilai seni tinggi.
Bagaimanapun wujud salib yang dipakai, sadarlah bahwa salib adalah penghinaan
dan hukuman.
Hukuman salib
menjadi sedemikian populer karena Putra Allah yang turun ke bumi mengalami
hukuman ini. Hinaan dan olok-olokan ditujukan kepada-Nya. Sungguh, Putra Allah
itu dipermalukan sedemikian rupa. Tengoklah ejekan para pemimpin kala itu:
”Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri,
jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah”. Tak kalah sengit, ibarat
pepatah ”guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, para bawahan, yakni para
prajurit, pun mengolok-olok Tuhan dengan mengunjukkan anggur asam kepada-Nya.
Jenis minuman yang layak bagi orang-orang rendah dan malang. Belum lagi
kata-kata mereka yang asam bercampur pedas: ”Jika Engkau adalah raja orang
Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!" Tidak cukup dengan kata-kata, tulisan
penuh hinaan pun dipajang sangat mencolok dalam berbagai bahasa: ”Inilah raja
orang Yahudi”. Semua bangsa dari suku mana pun diharapkan mengerti betapa
hinanya Putra Allah yang disalibkan itu. Seolah larut dalam emosi para pemimpin
dan para prajurit, salah satu penjahat yang digantung di sisi Tuhan pun berbuat
sama. Tidak sadar betapa ia sedang menyengsarakan nyawanya yang hampir
meregang.
Namun, siapa
sangka bahwa penghinaan dan hukuman salib itu melahirkan keselamatan kekal. Tak
banyak yang mengerti bahwa Sang Raja yang dihina itu adalah penguasa Triloka.
Penjahat yang menegur keras temannya itulah yang mendapatkan pencerahan rohani.
Ia menerima penderitaan salib sebagai hukuman yang setimpal, sehingga ia pun
berserah penuh kepada Sang Raja yang disalibkan bersamanya: ”Yesus, ingatlah akan
aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”.
Makna Teks
dalam Konteks Pelayanan Sinode 2015
Menghina atau mengolok-olok orang lain, seperti dilakukan para prajurit
dan salah satu penjahat yang disalib bersama Tuhan, harus menjadi pantangan
dalam karya pelayanan bersama. Sebaliknya,
bila karya Gereja malah menjadi bahan olok-olok biarlah mendekatkan kita
kepada kisah penyaliban, dan semakin mendekatkan kita kepada Sang Raja Semesta
Alam.
Makna Teks
dalam Konteks Perayaan Liturgi
Kemaharajaan Kristus tidak bisa dilepaskan dari peristiwa salib. Karena
inilah yang spesial dari
kedudukan Kristus sebagai Raja. Salib sebagai tempat olok-olokan, diubah
Kristus menjadi pangkal keselamatan. Peristiwa inilah yang pantas disyukuri
oleh Gereja dalam merayakan liturginya seraya berdoa: “Yesus, ingatlah akan
aku, apabila Engkau datang sebagai Raja".
Harmonisasi Bacaan
Bacaan I – memberi gambaran tentang kepemimpinan TUHAN atas umat.
Kepemimpinan itu dilukiskan sebagai gembala yang baik. Gembala yang baik
bertanggung jawab kepada kawanan domba-dombanya. Gembala yang baik, bila
dicermati, ternyata mencerminkan watak keutamaan dari alam ciptaan TUHAN. Alam
diciptakan untuk memberikan sesuatu kepada kehidupan dan tidak mengambilnya.
Ambillah contoh matahari. Matahari diciptakan untuk memberikan sinar, terang,
dan cahaya. Oleh karena itu, pemimpin, sebagai gembala yang baik, memiliki
keutamaan memberi juga. Bahkan memberikan nyawanya untuk kawanan gembalaannya.
Mazmur antar bacaan – mengungkapkan kekuatan Allah yang melebihi kekuatan
alam, seperti bumi yang berubah, gunung-gunung yang goncang, dan laut yang
ribut. Mengingat, hukum alam semesta berada di dalam kuasa TUHAN. Menariknya,
kekuatan dan kuasa TUHAN memantul dari alam ciptaan seperti air, api, angin,
maupun bumi. Untuk memahami kekuatan dan kuasa TUHAN, kemungkinannya adalah
dengan memahami dan mencintai alam.
Bacaan II – memberikan keterangan tentang Kristus sebagai raja
atas semesta. Kristus yang telah menderita sengasara adalah sekaligus yang
memiliki kuasa atas triloka (dunia bawah, dunia tengah, dan dunia atas).
Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, dan lebih utama
dari segala yang diciptakan. Kemaharajaan Kristus ternyata tidak terlepas dari
eksistensi ciptaan. Mengingat, Ia pernah tinggal sangat dekat dengan makhluk
ciptaan.
Bacaan Injil – memberikan pendidikan mistagogi yang penting dalam
kurikulum kekristenan. Dia yang disalib dan kelihatan tidak berdaya itu
sejatinya adalah raja atas alam semesta. Untuk memahami ini dibutuhkan rahmat
Allah seperti didapatkan oleh salah satu penjahat yang disalib di samping
Tuhan. Rahmat Allah disediakan terutama bagi orang-orang yang dapat memaknai
kesengsaraan hidupnya. Hal ini hanya mungkin bila orang tersebut dengan rajin
merenungkan sengsara Kristus, kelemahan manusiawi mereka sendiri, dan kebaikan
TUHAN yang melampaui segalanya.
Renungan Atas Bacaan:
“Yesus, ingatlah
akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."
Ada banyak
pengalaman orang menjadi pengikut Kristus. Paling umum adalah Kristen likla –wiwit cilik mula, Kristen karena keturunan. Kemudian menjadi
Kristen ketika sudah dewasa. Entah karena tertarik dengan pribadi Kristus
hingga tertarik dengan pribadi-pribadi orang Kristen. Tidak heran jika saking
tertariknya dengan pribadi orang Kristen, mantap menikah secara gerejawi,
dengan berkat pernikahan kudus. Bagaimanapun riwayat seseorang menjadi Kristen,
sangat dianjurkan mengalami kepenuhan Allah di dalam Kristus (bdk. Kolose
1:19). Bagaimana caranya?
Bacaan Injil pada
hari Minggu Kristus raja semesta alam kali ini, menyediakan bahan permenungan
yang menarik sebagai kajian. Adalah seorang penjahat yang disalib bersama Tuhan
yang dapat berserah penuh melalui doanya: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila
Engkau datang sebagai Raja”. Padahal, jelas-jelas Tuhan Yesus kelihatan tidak
berdaya. Menyelamatkan diri-Nya dari kayu salib saja kelihatan tidak punya
tenaga. Namun, mengapa penjahat itu bisa melihat kemaharajaan Tuhan Yesus di
balik ketidakberdayaan-Nya? Penjahat itu jelas-jelas melawan arus. Ketika
banyak orang dengan tanpa sungkan mengolok-olok dan menghina Tuhan, ia malah
memilih memuji dan memuliakan Tuhan sebagai raja semesta alam.
Perenungan Lebih Jauh
Apa yang membuat
penjahat yang disalib di sisi Tuhan Yesus dapat berserah penuh dengan memanjatkan
doa: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja"?
Pokok dan Arah Pewartaan
Berdasarkan
renungan di atas, pewartaan pada hari Minggu ini adalah tentang kemaharajaan
Kristus yang unik. Ia yang disalib dan tampak tiada daya itu adalah ternyata
Sang Raja semesta alam. Kata-kata penjahat, yang berserah penuh kepada Tuhan
Yesus, pantas menjadi pokok pewartaan. “Yesus, ingatlah akan aku, apabila
Engkau datang sebagai Raja”. Dengan pokok pewartaan ini, arah yang hendak
dituju adalah supaya umat memiliki hikmat dan pengetahuan yang benar tentang
siapa Tuhan Yesus Kristus.
Khotbah Jangkep Bahasa
Indonesia
Tema:
“Yesus, ingatlah
akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja"
Dalam dunia cerita,
Ahik memiliki teman baru di tempat kursus Bahasa Inggris, bernama Dorothea.
Gadis periang yang seiman. Sepulang kursus, terjadilah percakapan yang menarik
perihal nama masing-masing. Mengingat, ketika Bu Guru Siti Amanah Mulia
mengabsen, nama Ahik paling mendapat perhatian, hingga guru cantik berhijab itu
pun tidak bisa menahan senyum. Dorothea pun memulai percakapan.
”Ak, namamu itu unik ya. Ahik.”
”Unik dan menarik Te,” Ahik kelihatan
percaya diri dengan namanya.
”Menariknya di mana sih?”
”Karena biyung itu mengidolakan Ahok, dan
mendiang bapak itu pecinta batu akik. Jadilah nama Ahik.”
”Hi, hi, hi, hi, hi, hi, hi… Biyungmu itu
memiliki kecerdasan logika yang pantas diacungi jempol, ya?”
”Kalau nama Dorothea, punya daya tarik ndak, Te?”
”Memang sih, tidak secanggih nama Ahik,
tapi aku sangat bangga dengan nama Dorothea. Kata mama, Dorothea itu nama
seorang putri yang cantik jelita di daerah Kaisarea. Hidup pada abad ke-4, pada
zaman pemerintahan Kaisar Diokletianus. Nah, gubernur di Kaisarea waktu itu,
yang bernama Fabricius, sampai naksir sama dia. Bisa membayangkan kan Ak,
betapa cantiknya Dorothea, seorang gubernur sampai tertarik?” Dorothea ingin
meyakinkan Ahik tentang kecantikan putri tersebut, dengan harapan kecantikan
dirinya disamakan dengan kecantikan sang putri yang tengah diceritakan.
”Iya, pasti secantik ibu Veronika istri Pak
Ahok, Gubernur Jakarta pengganti Pak Jokowi,” kata Ahik dengan mantap.
”Yah, ada gadis cantik di depannya, yang
diingat malah ibu Veronika,” Dorothea kelihatan sedikit kecewa tetapi tetap
semangat untuk melanjutkan ceritanya.
”Namun putri Dorothea tidak mau Ak, tahu ndak soalnya? Karena gubernur itu tidak
Kristen. Bahkan, ketika putri Dorothea diancam akan disiksa dan dibunuh, tetap
tidak gentar. Di hadapan Fabricius, Dorothea dengan tegas menjawab: ’Segeralah
bunuh aku, agar secepatnya aku memuji Tuhanku di surga.’ Theophilus, pengawal
Gubernur Fabricius dengan segera mengejek dan mengatakan: ’Kalau engkau sampai
di surga, tolong kirimkan kepadaku buah-buahan dan bunga mawar.” Pada waktu
yang telah ditentukan, seorang algojo memenggal leher Dorothea dengan
pedangnya. Seketika itu juga wafatlah Dorothea sebagai martir Kristus yang
jaya. Pada malam hari, seorang malaikat kecil menampakkan diri kepada
Theophilus. Malaikat itu menjinjing satu keranjang berisi buah apel dan bunga
mawar dan memberikan kepada Theophilus. Katanya: ’Hai Theophilus, inilah
kiriman dari Dorothea untukmu!” Takutlah Theophilus, sebelum akhirnya ia
menentukan untuk bertobat dan menjadi Kristen.”
”Ooo, berarti namamu memiliki teladan iman
yang hebat ya, Te. Seorang putri yang menjadi pahlawan iman!”
Sesampai di rumah,
Ahik terus memikirkan percakapannya dengan Dorothea. ”Mengapa putri Dorothea
tidak takut menghadapi ancaman hukuman mati demi Tuhan yang dicintainya? Tentu
sang putri memiliki pemahaman yang mendalam tentang siapa Tuhan Yesus Kristus.
Semoga besok waktu kebaktian, aku mendapatkan jawabannya”, gumamnya dalam hati.
Keesokan harinya,
Ahik berangkat kebaktian ke GKJ Ngentakrejo bersama Biyung Emban. Hari itu
adalah hari Minggu Kristus Raja semesta alam. Berbekal percakapannya dengan
Dorothea, Ahik pun menyimak dengan penuh perhatian bacaan kitab suci pada hari
itu. Apalagi, yang menjadi lektor adalah Nawangsih, teman pelayan anak yang
bersuara merdu. Rahmat yang diminta Ahik pada kebaktian hari itu adalah mohon
penyingkapan pewahyuan tentang siapa Tuhan Yesus Kristus hingga seorang putri
seperti Dorothea berani menjadi martir.
Bacaan pertama
memperkenalkan Ahik pada sosok gembala yang baik. Sosok gembala yang baik
dipakai dalam Alkitab untuk melukiskan pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik
adalah yang berani mengorbankan nyawanya untuk kawanan dombanya. ”Ini kan
menggambarkan siapa Tuhan Yesus,” pikir Ahik dalam hati. Apalagi dalam nyanyian
pembuka tadi, yang dinyanyikan umat adalah Kidung Jemaat 415, ‘Gembala Baik
Bersuling Nan Merdu’. Ketika merenungkan sosok pemimpin yang baik, yang menarik
bagi Ahik, Pak Pendeta menambahkan referensi berdasarkan konsep asthabrata. Konsep dari Timur yang
banyak menghiasi buku-buku tentang kepemimpinan. Apalagi bagi yang gemar kisah
Ramayana, asthabrata merupakan ajaran
penting dari Sri Rama kepada Bharata adiknya yang tidak mau naik tahta di
Ayodya. Dalam dunia wayang Jawa, hal ini juga menjadi inti piwulang dalam lakon Wahyu Makutharama (Wahyu Mahkota Sri Rama). Asthabrata adalah delapan watak pemimpin
yang mencerminkan sebagai berikut:
Tirta (air): memberi kehidupan dan menumbuhkan,
Kartika (bintang): memberi inspirasi atau petunjuk dalam
memaknai hidup,
Surya (mentari): memberikan energi dan kekuatan semesta,
Candra (bulan): memberikan keteduhan,
Bayu (angin): memberikan kedalaman berpikir dan kemampuan
mengarahkan tindakan,
Bantala (bumi): memberikan kesuburan,
Baruna (laut): memberikan keluasan cakrawala pengetahuan
sehingga jauh dari kerdil pikir,
Dahana (api) : mengobarkan semangat.
Ternyata dunia Timur
memiliki cara yang unik untuk melukiskan kemaharajaan Sang Pencipta. Bahwa dari
pancaran keutamaan ciptaan, terlukislah sosok Sang Pencipta. Menariknya,
pancaran keutamaan ciptaan yang melukiskan sosok kemaharajaan TUHAN ini tidak
untuk dimiliki sendiri, tetapi dianugerahkan kepada manusia melalui tanggung
jawab yang diberikan. Dan, kedelapan watak utama pemimpin tersebut tentu
dibutuhkan baik dalam dunia sekuler maupun rohani. Para pemimpin yang masih
sibuk dengan dirinya sendiri perlu melakukan revolusi mental dengan mengacu
keutamaan pemimpin dalam asthabrata.
Mengingat, dari masa ke masa, dari generasi ke generasi, warga bangsa sangat
membutuhkan pemimpin yang menerbitkan matahari keadilan, candra kebijaksanaan
dan kartika kemakmuran.
Mendengarkan itu,
Ahik jadi memaklumi mengapa biyungnya begitu mengidolakan Ahok. Sosok pemimpin
yang tidak takut mati untuk menegakkan konstitusi. Sejurus kemudian, Pak
Pendeta juga mengingatkan bahwa konsep asthabrata
ini juga disingkapkan oleh Mazmur 46 melalui lagu kemenangan. Lagu yang
mengagungkan kekuatan TUHAN yang melebihi kekuatan alam semesta. Kekuatan alam,
keutamaan ciptaan, menjadi sarana bagi manusia untuk mengenal TUHAN secara
lebih mendalam. Alam bukan untuk disembah, melainkan untuk dikagumi dengan rasa
syukur yang ditujukan kepada TUHAN semesta alam.
Bila diperhatikan,
dalam bacaan II, untuk menghormati Kristus, Rasul Paulus juga memanfaatkan
kekuatan alam. Rasul Paulus sangat mengharapkan supaya Jemaat Kolose memuji
Kristus sebagai raja semesta raya. Karena Kristus adalah gambar Allah yang
tidak kelihatan, yang sulung, dan lebih utama dari segala yang diciptakan.
Kristus adalah empunya semua ciptaan, baik yang ada di sorga dan yang ada di bumi,
baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Dalam Kristuslah seluruh
kepenuhan Allah diam. Itulah mengapa, Kristus dihormati oleh Gereja sepanjang
masa sebagai Raja semesta alam.
Menariknya, dalam
kisah Injil, sosok Kristus Sang Raja malah digambarkan sedemikian tidak berdaya
di kayu salib. Bahkan banyak hinaan dan olok-olokan ditujukan kepada-Nya. Putra
Allah itu dipermalukan sedemikian rupa. Tengoklah ejekan para pemimpin kala
itu: ”Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya
sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah”. Tak kalah sengit,
ibarat pepatah ”guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, para bawahan,
yakni para prajurit, pun mengolok-olok Tuhan dengan mengunjukkan anggur asam
kepada-Nya. Jenis minuman yang layak bagi orang-orang rendah dan malang. Belum
lagi kata-kata mereka yang asam bercampur pedas: ”Jika Engkau adalah raja orang
Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” Tidak cukup dengan kata-kata, tulisan penuh
hinaan pun dipajang sangat mencolok dalam berbagai bahasa: ”Inilah raja orang
Yahudi”. Semua bangsa dari suku mana pun diharapkan mengerti betapa hinanya
Putra Allah yang disalibkan itu. Seolah larut dalam emosi para pemimpin dan
para prajurit, salah satu penjahat yang digantung di sisi Tuhan pun berbuat
sama. Tidak sadar betapa ia sedang menyengsarakan nyawanya yang hampir
meregang.
Namun siapa sangka
bahwa penghinaan dan hukuman salib itu melahirkan keselamatan kekal. Tak banyak
yang mengerti bahwa Sang Raja yang dihina itu adalah penguasa Triloka. Penjahat
yang menegur keras temannya itulah yang mendapatkan pencerahan rohani. Ia
menerima penderitaan salib sebagai hukuman yang setimpal, sehingga ia pun
berserah penuh kepada Sang Raja yang disalibkan bersamanya: ”Yesus, ingatlah
akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”.
Mendengarkan uraian
khotbah itu, Ahik pun dapat memahami mengapa putri Dorothea begitu rindu memuji
Tuhannya daripada diperistri gubernur Fabricius yang tidak Kristen. Sang Putri
tidak ingin mengolok-olok Sang Raja semesta alam dengan mengkhianati imannya.
Ahik pun dalam hati berucap kata, ”Terpujilah Tuhan Yesus Kristus Sang Raja
semesta alam”. Amin.
Khotbah Jangkep Bahasa Jawa
Irah-irahaning Khotbah:
”Dhuh Gusti Yésus, mugi Paduka kersaa
ngèngeti dhateng kawula, menawi Paduka rawuh ing Kraton Paduka”
Ing alaming cariyos, Ahik pikantuk kanca
anyar ing papan kursus Bahasa Inggris, namanipun Dorothéa. Kenya ingkang sumèh
lan nunggil kapitadosan. Sawangsulipun kursus, sami wicantenan bab namanipun
piyambak-piyambak. Ngèngeti, nalika Ibu Guru Siti Amanah Mulia nimbali mbaka
setunggal, nama Ahik pikantuk kawigatosan mirunggan, ngantos bu guru ingkang
ngagem jilbab lan ayu ing warni punika boten saged ngendheg èsemipun. Dorothéa
miwiti anggènipun wicantenan.
”Ak, jenengmu kuwi unik
ya? Ahik.”
”Unik lan nengsemké ati Té.” Ahik ketingal PD kaliyan namanipun.
”Wah, nengsemké kepriyé, ta?”
”Amarga biyungku remen karo Pak Ahok, lan swargi bapak kuwi
pandhemen watu akik. Mula aku dijenengi Ahik.”
”Hi, hi, hi, hi, hi, hi, hi… Biyungmu kuwi cerdas temen ya, carané mikir jempolan
tenan.”
”Lha yen jenengmu Dorothéa, apiké ana ngendi, Té?”
”Pancèn ora canggih kaya
jenengmu. Nanging aku bangga karo
jenengku, Dorothéa. Ngendikané mama, Dorothéa kuwi asmané sawijining putri sing
ayu banget ing tlatah Kaisaréa. Sugeng ing abad IV, jamané Kaisar Dioklétianus. Lha, gubernur ing Kaisaréa wektu kuwi,
asmané Fabricius, nganti ngersakné arep mundhut garwa. Bisa dibayangké
to Ak, saiba sulistyané putri Dorothéa, gubernur waé nganti nandhang kasmaran?”
Dorothéa kepéngin ngyakinaken Ahik kaliyan kasulistyanipun sang putri, kanthi
pangajeng-ajeng kasulistyanipun dipun samèkaken kaliyan kasulistyanipun sang
putri ingkang mentas dipun cariyosaken.
”Iya, mesthi ayuné kaya Ibu Véronika garwané Pak Ahok, Gubernur
Jakarta sing nggenténi Pak Jokowi,” Ahik nanggapi kanthi mantep.
”Owalah, ana kenya ayu ing sangarepé, sing diélingi malah Ibu
Véronika,” Dorothéa ketingal radi gela nanging tetep semangat nglajengaken
cariyosipun.
”Nanging putri Dorothéa gemang Ak. Ngerti sebabé? Amarga gubernur
kuwi ora ngrasuk agama Kristen. Kepara, nalika sang putri kaancam arep disiksa
lan disédani, tetep ora gigrig. Ing ngarsané Fabricius, putri Dorothéa kanthi
cetha ngaturké wangsulan, ’Sampun mangu-mangu merjaya kawula, supados kawula
énggal ngluhuraken Gusti kawula ing swarga.’ Theophilus, pengawalipun Gubernur
Fabricius agé-agé ngécé, ’Yen kowé tumeka ing swarga, tulung aku kirimana apel
lan kembang mawar, ya.’ Ing wektu kang wus ditemtokaké, algojo nugel guluné
putri Dorothéa nganggo pedhang. Sang putri séda, dadi martiré Sang Kristus kang
pinunjul. Ing wenginé, malaékating Pangéran ngetingal marang Theophilus.
Malaékat iku ngasta apel lan kembang mawar lan maringaké marang Theophilus,
kanthi ngendika, ’He, Theophilus, iki kiriman saka putri Dorothéa kanggo
sliramu!’ Theophilus kewedèn, sabubaré iku banjur mratobat lan dadi wong
Kristen.”
”Ooo, brarti jenengmu nduweni patuladhan iman
kang hebat ya, Té. Sawijining putri
kang dadi kusumaning pasamuwan suci!”
Sadumuginipun ing griya, Ahik tansah
menggalihaken wicantenanipun kaliyan Dorothéa. ”Kenapa putri Dorothéa ora wedi
ngadhepi paukuman pati dhemi Gustiné kang ditresnani? Mesthi sang putri nduwèni
pangertosan kang lebet ngéngingi Gusti Yésus Kristus. Muga-muga aku sésuk ing pangabektèn
minggu, entuk wangsulan,” mekaten pangunandikanipun.
Mbénjang énjangipun, Ahik bidhal teng GKJ
Ngentakrejo kaliyan Biyung Emban. Dinten punika dinten Minggu Sang Kristus
Ratuning salir dumadi. Kanthi sangu wicantenanipun kaliyan Dorothéa, Ahik kanthi
kebak ing kawigatosan nyemak waosan kitab suci dinten punika. Langkung malih,
ingkang dados léktor Nawangsih, kancanipun pelados ibadah anak ingkang
swantenipun nganyut-anyut. Sih rahmat ingkang kasuwun déning Ahik ing
pangabekti punika nyuwun pambiyaké kekeraning sinten Gusti Yésus Kristus
ngantos putri Dorothéa kanthi kendel dados martir.
Waosan I nepangaken Ahik kaliyan Sang pangèn
ingkang utami. Pangèn ingkang utami wonten ing Kitab Suci nggambaraken
satunggaling pemimpin ingkang saé. Pemimpin ingkang saé punika wantun
ngurbanaken dhiri kanggé ménda-méndanipun. ”Iki rak nggambaraké sapa satemené
Gusti Yésus,” panyuraosipun Ahik ing salebeting manah. Langkung malih, wonten
ing kidung pambuka wau, ingkang dipun repèkaken Kidung Pasamuwan Kristen Anyar Nomer
12, ”Yésus Sang Pangèn Sejati”. Nalika nyuraos pemimpin ingkang saé, ingkang
narik kawigatosanipun Ahik, Pak Pendhita ugi nerangaken wawasan asthabrata. Satunggaling wawasan saking
Wétan ingkang kathah sinebat ing pustaka-pustaka ingkang ngewrat bab kautamaning
pemimpin. Langkung malih ingkang remen kaliyan wiracarita Ramayana, asthabrata mujudaken piwulang penting
saking Sri Rama dhumateng Bharata, rayinipun, ingkang boten kersa jumeneng nata
ing Ayodya. Ing donyaning wayang Jawi, bab punika ugi dados intining piwulang
ing lakon Wahyu Makutharama. Asthabrata
punika ngemot wolung wateking pemimpin ingkang nélaaken:
Tirta: maringi
gesang lan nuwuhaken gesang
Kartika: maringi sasmita
utawi pitedah kanggé negesi gesang
Surya: maringi daya lan
kekiyataning alam
Candra: maringi pengayoman
Bayu: maringi
tandhesing pamikir lan kasagedan ngeneraken paraning gesang
Bantala: maringi kasuburan
Baruna: maringi jembaring
kawruh temahan tinebihaken saking cupeting pamikir
Dahana: nyebar
semangat.
Pranyata kawruh saking Wétan gadhah cara
ingkang unik kanggé nggambaraken panguwaosipun Gusti Sang Murbèng dumadi.
Kepara, pancaraning kautamanipun sedaya tumitah ingkang nggambaraken
panguwaosipun Gusti punika boten dipun haki piyambak, nanging dipun paringaken
dhateng manungsa kanthi tanggel jawab ingkang kaemban. Kautamanipun pemimpin
cacah wolu kasebat temtu dipun betahaken, dadosa ing donyaning sèkulèr punapa déné donyaning kasukman.
Para pemimpin ingkang taksih ribed kaliyan urusanipun piyambak perlu nindakaken
revolusi méntal kanthi nggegilut
kautamanipun pemimpin ingkang sinerat ing asthabrata.
Ngèngeti, ing sauruting wekdal, angkatan dhemi angkatan, warganing bangsa
sanget mbetahaken pemimpin ingkang mlethèkaken suryaning handayani, sang candra
kawicaksanan saha kartikaning karaharjan.
Nggatosaken andharan punika, Ahik lajeng
mudheng, kénging punapa biyungipun sanget kesengsem kaliyan Pak Ahok.
Satunggaling pemimpiin ingkang boten ajrih ngadhepi pati dhemi njejegaken konstitusi (angger-angger negara).
Salajengipun, Pak Pendhita ugi ngèngetaken bilih wawasan asthabrata punika pikantuk kawigatosanipun juru masmur, kados
ingkang sinerat ing Masmur 46 minangka kidung kaunggulan. Kidung ingkang
ngluhuraken kasantosanipun Gusti Allah ingkang nglangkungi kekiyataning jagad
ginelar. Daya kekiyatanipun alam, kautamaning tumitah, dados srana kanggé
manungsa supados tepang kaliyan Gustinipun sacara langkung lebet. Gebyaring
tumitah boten murih sinembah, nanging cekap kaalembana kanthi raos sokur
ingkang katujokaken dhumateng Gustining dumadi.
Menawi dipun gatosaken ugi waosan II, kanggé
ngurmati Sang Kristus, Rasul Paulus ugi ngèngeti dayaning alam. Rasul Paulus
ngajeng-ajeng sanget supados Pasamuwan Kolose memuji Sang Kristus minangka
ratuning jagad. Amargi Sang Kristus punika citraning Allah ingkang boten
ketingal, sang pambajeng, ingkang langkung pinunjul tinimbang sedaya tumitah.
Sang Kristus ingkang mengku sedaya tumitah, dadosa ing swarga punapa déné ing
bumi, dadosa ingkang ketingal punapa déné ingkang boten. Wonten ing Sang
Kristus, sedaya kawontenaning Allah sawetahipun kepareng dedalem ing
Panjenengan Dalem. Lah punika kénging punapa Sang Kristus pantes nampi sedaya
pakurmatan ing salami-laminipun minangka retuning salir dumadi.
Ingkang narik kawigatosan, Injil nggambaraken
Kristus, Sang Raja, punika ketingal tanpa daya ing kajeng salib. Kepara, kathah
pamoyok katujokaken dhumateng Panjenenganipun. Putraning Allah punika
ingéwan-kéwan. Mangga kita penggalihaken panginanipun para pengageng rikala
semanten: ”Wong-wong liya padha dipitulungi, cikbèn saiki mitulungi Awaké
dhéwé, Manawa pancèn Sang Kristus, Pilihané Gusti Allah!” Dèrèng cekap dumugi
semanten, ibaratipun paribasan ”guru
kencing berdiri, murid kencing berlari” para andhahan, inggih punika para
prajurit, sami moyoki Gusti kanthi nyaosi anggur kecut katur Panjenenganipun.
Jinis unjukan ingkang pantes kanggé para andhahan ingkang apes. Dèrèng malih
tembung-tembung ingkang pedhes: ”Manawa kowé ratuning wong Yahudi, mara
tulungana Awakmu dhéwé!” Dèrèng cekap kanthi tembung-tembung, seratan kebak
pangécé kapasang nyolok mripat mawi manéka warni basa: ”Iki ratune wong
Yahudi!” Sedaya bangsa lan suku bangsa saking pundi-pundi sageda nyumurupi
saiba inanipun Sang Putraning Allah ingkang kinasih ingkang kasalib punika.
Ketingal katut kaliyan swasana batinipun para pengageng lan para prajurit,
satunggaling durjana ingkang kasalib sesarengan Gusti Yésus ugi nindakaken bab
ingkang sami. Boten émut saiba piyambakipun nembé njlomprongaken nyawanipun
ingkang ndungkap oncat.
Nanging, sinten ingkang nginten bilih saking
pamoyok saha paukuman salib punika nglairaken kawilujengan langgeng. Boten
kathah ingkang mangertos bilih Sang Ratu ingkang dipun pepoyok punika nguwaosi
triloka. Durjana ingkang ngèngetaken kancanipun punika ingkang pikantuk
padhanging sukma. Piyambakipun nampi ukum kisas minangka ukuman ingkang
timbang, temahan piyambakipun pasrah sumarah dhumateng Sang Raja ingkang
sinalib sesarengan piyambakipun: ”Dhuh Gusti Yésus, mugi Paduka kersaa ngèngeti
dhateng kawula, menawi Paduka rawuh ing Kraton Paduka”.
Mirengaken andharan khotbah kala wau, Ahik
saged mangertos kénging punapa putri Dorothéa sanget kapang kepéngin
ngluhuraken Gustinipun, tinimbang kapundhut garwa déning gubernur Fabricius ingkang
sanès Kristen. Sang Putri boten kepéngin nyenyamah Sang Ratuning salir dumadi
kanthi nyidrani kapitadosanipun. Ahik ing salebeting manah munjuk, ”Pinujia
Gusti Yésus Kristus Ratuning salir dumadi.” Amin.
Minggu, 27 November 2016
Hari Minggu Adven I
Tema Perayaan Iman :
Siap Sedia di Dalam
Tuhan
Daftar Bacaan Kitab Suci
Bacaan I : Yesaya 2:1-5
Tanggapan : Mazmur 122
Bacaan II : Roma 13:11-14
Bacaan Injil : Matius 24:36-44
Tujuan Perayaan Iman
Jemaat bisa
menghayati bahwa kedamaian dan kesejahteraan adalah sarana untuk menjadi siap
sedia menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kalinya.
RANCANGAN BACAAN ALKITAB untuk Liturgi I
Berita Anugerah : Yeremia 31:3
Petunjuk Hidup Baru
: Amsal 15:17
Persembahan : 1 Tawarikh 29:13-14
RANCANGAN PUJIAN untuk Liturgi I
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 80:1,2
Nyanyian Penyesalan : KJ 29:1,4
Nyanyian
Kesanggupan : KJ 84:1-3
Nyanyian
Persembahan : KJ 289:1-
Nyanyian Pengutusan
: KJ 87:1,3
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : Kidung BMGJ 10:1-4
Kidung Panelangsa : Kidung BMGJ 46:1,4
Kidung Kesanggeman : Kidung BMGJ 141:1,3
Kidung Pisungsung : Kidung BMGJ 187:1-
Kidung Pangutusan : Kidung BMGJ 106:1,5
Penulis: Pdt. Kristi (GKJ Gondokusuman)-
DASAR PEMIKIRAN
Minggu Adven adalah waktu yang dikhususkan oleh Gereja sebagai
penghayatan masa
penantian. Penantian yang dimaksud adalah akan kedatangan Yesus yang kedua kalinya, juga kedatangan Natal, peringatan
kelahiran Yesus. Pada Minggu Adven pertama ini, jemaat diajak untuk
mengingat kembali akan janji kedatangan
Tuhan yang kedua kali. Dalam pada itu, jemaat diajak untuk juga selalu ingat bahwa untuk menyambut kedatangan itu
diperlukan sikap hidup yang selalu
siap sedia. Kesiapsediaan itu mewujud dalam relasi dengan sesama yang membawa kondisi damai, bahkan membawa
kesejahteraan bersama.
KETERANGAN TIAP BACAAN
Yesaya 2:1-5
Firman yang
diterima oleh Yesaya ini menunjukkan janji Tuhan akan hadirnya kedamaian. Sion
atau Yerusalem akan menjadi pusat dari kedamaian itu. Setiap orang akan melihat
dan menuju ke sana. Gambaran akan kedamaian itu adalah ditempanya senjata
menjadi alat pertanian. Tidak ada lagi orang yang bermusuhan dan berkehendak
untuk berperang. Firman ini menjadi janji yang menguatkan umat Tuhan. Bisa
dikatakan, semua orang menginginkan kedamaian. Namun orang juga harus siap
dengan kondisi damai itu. Tidak mudah sebab manusia memiliki kecenderungan
untuk bersaing dan berkuasa atas sesamanya.
Makna teks
dalam konteks tema pelayanan Sinode GKJ 2016
Sinode GKJ mengakui
diri sebagai keluarga Allah. Keluarga menjadi sarana Tuhan mendatangkan damai.
Makna teks
dalam konteks tema perayaan liturgi Gereja
Orang harus siap
sedia menerima kedamaian dari Tuhan yang pasti menuntut perubahan cara berpikir
dan hidup manusia.
Mazmur 122
Nyanyian ziarah ini
biasa dinyanyikan saat sudah mendekati Yerusalem. Oleh karena itu disebut “Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu
hai Yerusalem”. Dalam nyanyian ini, mereka mendoakan kesejahteraan bagi Yerusalem. Ini sama halnya dengan berharap bahwa
kesejahteraan selalu ada pada diri
setiap umat. Saat ada kesejahteraan, akan ada kondisi damai juga.
Yerusalem adalah pusat peribadahan mereka, saat itu. Kesejahteraan dan
kedamaian di pusat ibadah, akan membawa kesejahteraa dan kedamaian pula bagi
seluruh umat.
Makna teks dalam konteks tema
pelayanan Sinode GKJ 2016
Sinode GKJ mengakui diri sebagai keluarga
Allah. Keluarga mengupayakan kesejahteraan bersama.
Makna teks dalam konteks tema perayaan
liturgi Gereja
Dengan adanya kesejahteraan, ada pula
kedamaian. Untuk mencapai hal itu, orang harus siap untuk mengusahakannya
bersama.
Roma 13:11-14
Ayat-ayat ini menunjukkan pengharapan Rasul
Paulus dan jemaat pada saat itu akan kedatangan Tuhan yang kedua kalinya.
Mereka meyakini bahwa Tuhan akan segera datang. Oleh karena itu, sudah
selayaknya jemaat hidup dalam terang. Mereka harus siap jika sewaktu-waktu
Tuhan datang. Mereka harus siap, sehingga ditemukan berada dalam kondisi yang
pantas untuk ditemui oleh Tuhan. Kehidupan yang pantas itu digambarkan dengan
hidup yang sopan. Kristus menjadi senjata terang bagi mereka.
Makna teks dalam konteks tema
pelayanan Sinode GKJ 2016
Sinode GKJ mengakui diri sebagai keluarga
Allah. Keluarga adalah tempat anggotanya bisa saling menolong dan mengingatkan
untuk hidup yang pantas dalam menyambut kedatangan Tuhan.
Makna teks dalam konteks tema perayaan
liturgi Gereja
Jemaat harus siap sedia menyambut
kedatangan Tuhan dengan cara hidup dalam terang.
Matius 24:36-44
Yesus menegaskan bahwa Dia akan datang
lagi, tetapi tidak ada yang tahu waktu kedatangan-Nya. Seperti pencuri memasuki
suatu rumah. Oleh karena itu, setiap orang harus siap, sewaktu-waktu Dia
datang.
Makna teks dalam konteks tema
pelayanan Sinode GKJ 2016
Sinode GKJ mengakui diri sebagai keluarga
Allah. Keluarga saling mendukung untuk siap menyambut kedatangan Tuhan.
Makna teks dalam konteks tema perayaan
liturgi Gereja
Setiap orang harus siap sedia menyambut
kedatangan Tuhan.
Harmonisasi Bacaan
Matius dan
Roma sama-sama berbicara mengenai kedatangan Tuhan yang
kedua kalinya serta keharusan bagi jemaat
untuk siap sedia menyambutnya. Yesaya
dan Mazmur berbicara mengenai kedamaian dan kesejahteraan yang diharapkan oleh semua orang. Dalam menyambut
kedatangan Tuhan, kesiap sediaan bisa diwujudkan dalam bentuk mengupayakan
kesejahteraan dan kedamaian bersama.
Renungan atas Bacaan
Yesus akan datang lagi? Ya! Pasti! Namun
kapan? Tak ada yang tahu dan tak perlu dibicarakan. Dia akan datang seperti
pencuri membongkar satu rumah pada malam hari. Oleh karena Yesus pasti datang
lagi, tetapi tidak diketahui waktu kedatangan-Nya, setiap orang harus selalu
siap sedia. Yesus sendiri yang menyampaikan hal itu dan dicatat oleh Matius.
Lalu bagaimana caranya siap sedia?
Rasul Paulus
dalam suratnya kepada jemaat di Roma menunjukkan bahwa hidup dengan sopan adalah cara yang
tepat dalam menyambut kedatangan Tuhan. Hidup dengan sopan berarti sesuatu aturan yang ditetapkan oleh Tuhan.
Orang jangan sampai larut dalam pesta
pora, kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan, dan iri hati. Orang harus mengenakan senjata terang, yaitu
Kristus sendiri. Itu berarti meneladan Dia dan mengikut pada segala
nasihat-Nya.
Yesaya
menuliskan firman yang diterimanya mengenai hadirnya kedamaian di Sion. Bahkan kedamaian itu
menjadi pusat bagi kedamaian di tempat-tempat lain. Orang harus siap
dengan kondisi damai itu. Jika manusia memiliki kecenderungan untuk bersaing
dan bermusuhan, dalam kedamaian itu segala alat perang akan diubah menjadi alat
pertanian. Perang yang sama sekali tidak membawa kesejahteraan akan digantikan
oleh pertanian yang mendatangkan kesejahteraan pangan bagi setiap orang. Persis
seperti nyanyian ziarah pemazmur. Kesejahteraan bagi Sionlah yang diharapkan.
Tentu jika berbicara mengenai kedamaian dan
kesejahteran, orang yang mengharapkannya harus turut serta aktif dalam
mewujudkannya. Siap sedia menyambut kedatangan Tuhan berarti bersedia hidup
dalam segala cara yang mendatangkan kedamaian dan kesejahteraan.
Pokok dan Arah Pewartaan
Pewartaan pada Minggu ini bertolak pada
kesadaran bahwa Tuhan pasti akan datang untuk kedua kalinya dan manusia harus
siap sedia dengan terus mengupayakan kedamaian dan kesejahteraan bersama.
KHOTBAH JANGKEP Bahasa Indonesia
Tema:
Siap Sedia di Dalam
Tuhan
Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan,
Selamat tahun baru!
Lho, baru akhir November kok tahun baru? Mungkin Saudara-saudara berpikir
demikian. Ya. Saat ini baru akhir November. 1 Januari masih lama. Namun hari
ini adalah tahun baru bagi Gereja. Mulai hari ini kita memasuki tahun baru
liturgi. Kalau minggu-minggu lalu kita berada dalam tahun liturgi dengan pusat
pembacaan Injil berdasar Injil Lukas, mulai Minggu ini, pembacaan Injil akan
berpusat pada Injil Matius. Tahun baru ini dimulai empat hari Minggu sebelum
Hari Natal dan disebut Hari Minggu Adven. Jadi saat ini kita memulai Masa
Adven, kita juga masuk tahun liturgi yang baru. Jadi, sekali lagi, selamat
tahun baru!
Apa yang biasanya
dilakukan orang pada tahun baru? Biasanya melihat kembali segala yang terjadi
pada tahun yang telah lalu dan merencanakan tahun yang akan datang, ya? Pada
tahun baru Gereja ini, kita juga akan melakukan hal yang sama: melihat masa
lalu dan merencanakan masa depan.
Masa lalu tersaji
melalui bacaan dari Kitab Yesaya. Firman yang dinyatakan kepada Nabi Yesaya
adalah mengenai Yehuda dan Yerusalem. Kita tahu bahwa setelah masa Raja Salomo,
Kerajaan Israel terbagi menjadi dua: Israel di Utara dan Yehuda di Selatan.
Keduanya sama-sama pernah diperintah oleh raja yang takut akan Tuhan. Namun
keduanya juga sering diperintah oleh raja yang tidak takut akan Tuhan. Kedua
kerajaan juga diserahkan oleh Tuhan kepada musuh. Israel lebih dulu jatuh ke
tangan musuh. Yehuda, sekalipun di situ terletak Yerusalem dan Bait Suci, juga
akhirnya kalah oleh Babel. Dalam kondisi yang demikian, bisa saja orang merasa tidak
lagi dikasihi oleh Tuhan.
Namun ayat yang kita
baca dalam kitab Yesaya tadi mengandung janji bahwa sekalipun mengalami
kekalahan dan pembuangan, Tuhan memberikan janji bahwa Sion atau Yerusalem
tetap akan menjadi pusat kerajaan damai. Saat hal itu terjadi, tidak ada lagi
permusuhan. Pedang akan ditempa menjadi mata bajak dan tombak menjadi pisau
pemangkas. Dengan demikian, janji ini bukan berarti bangsa Yehuda akan menjadi
pemenang perang. Justru kedamaian yang disebut adalah karena tidak adanya perang.
Janji ini menjadi pegangan bagi orang-orang Yehuda. Mereka selalu memiliki
pengharapan bahwa kondisi tidak damai karena kekalahan perang akan berakhir.
Inilah masa adven bagi mereka, yaitu menantikan hadirnya kerajaan damai dari
Tuhan.
Agaknya harapan akan
kedamaian ini diwariskan secara turun-temurun kepada semua orang Yehuda, yang
kemudian disebut sebagai orang Yahudi. Setiap tahun mereka berziarah ke
Yerusalem. Sebuah nyanyian ziarah yang hari ini kita baca menggambarkan
kebahagiaan dan harapan mereka saat telah mendekati Yerusalem. Doa yang
diungkapkan adalah supaya ada kesejahteraan di Yerusalem dan bagi semua umat
yang berziarah ke sana.
Itulah masa lalu.
Orang-orang Yahudi atau Israel menaruh pengharapan akan hadirnya kedamaian dan
kesejahteraan. Yang menjadi pertanyaan, saat orang berharap adalah, apakah
bersedia turut berperan serta dalam mewujudkan harapan itu? Ketika ada harapan
bahwa Sion menjadi pusat kerajaan damai, apakah umat siap dengan kondisi damai
yang ada? Ataukah yang ada dalam bayangannya adalah kedamaian itu sama halnya
dengan menang perang? Padahal, nubuat Yesaya jelas menunjukkan bahwa kedamaian
itu saat alat perang digantikan dengan alat pertanian. Yang menjadikan damai
bukan perang atau bahkan kemenangan atas perang, melainkan kesejahteraan yang
dicapai melalui pemenuhan kebutuhan pokok, di antaranya pangan. Kiranya itu
juga yang seharusnya disadari oleh umat yang menyanyikan mazmur ziarah saat
mendekati Yerusalem.
Kalau kita sudah
melihat masa lalu, lalu bagaimana perencanaan masa depan kita? Semasa
hidup-Nya, Yesus sudah mengajarkan bahwa ada waktunya Dia akan datang lagi.
Namun waktu kedatangan itu tidak ada yang mengetahui. Sekalipun demikian, bukan
berarti orang bisa berbuat sekehendak hatinya. Justru karena tidak ada yang tahu
waktu kedatangan kedua Tuhan, Yesus mengingatkan supaya selalu siap sedia.
Bagaimana cara bersiap sedia?
Nasihat Rasul Paulus
kepada jemaat di Roma terjadi pada masa lalu, tetapi bisa menjadi pedoman untuk
merencanakan masa depan kita. Rasul Paulus dan jemaat di Roma, sama seperti
kita, berada dalam penantian akan kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Karena,
sama seperti kita, tahu bahwa kedatangan itu tak dapat diduga, Rasul Paulus
menasihatkan supaya jemaat hidup dengan sopan. Tingkah lakunya harus seperti
pada siang hari. Hal ini menjadi gambaran kesiap sediaan. Pada siang hari,
orang bekerja dan harus melakukan pekerjaannya dengan setia. Jemaat juga harus
menjalani hidup dengan setia, dalam takut akan Tuhan, menyongsong kedatangan
Tuhan yang tidak diketahui waktunya. Lalu seperti apa tindakan konkret yang
harus dilakukan?
Merencanakan masa
depan bisa berdasar pada masa lalu. Kalau kita diajak bersiap sedia dalam
menantikan Tuhan, terus menjalani hidup dalam takut akan Tuhan, nubuat nabi
Yesaya dan nyanyian ziarah orang Israel bisa menjadi panduan. Kehidupan yang
siap sedia itu bisa diisi dengan mewujudkan kedamaian. Kedamaian itu diwujudkan
dengan cara menghilangkan permusuhan dan mengusahakan kesejahteraan.
Jadi masa Adven ini
bukan sekadar waktu untuk menyambut Natal. Juga bukan sekadar waktu untuk
mempertebal iman pribadi menyambut kedatangan Tuhan. Justru masa Adven ini
menjadi waktu untuk berkarya bersama mengusahakan kesejahteraan sehingga
terwujud kedamaian. Amin.
KHOTBAH JANGKEP Basa Jawi
Tema:
Cumawis ing Saklebeting Gusti
Sedhèrèk-sedhèrèk ingkang dipun kasihi déning Gusti,
Sugeng warsa énggal!
Lho, sakpunika rak nembé Novèmber, kok sampun
ngaturaken sugeng warsa énggal? Mbok bilih Panjenengan sami menggalih mekaten.
Inggih, leres. Punika nembé Novèmber. 1 Januari taksih dangu. Nanging dinten
punika ugi wiwitaning warsa énggal, inggih punika warsa énggaling Gréja. Dinten
punika kita lumebet ing warsa liturgi ingkang énggal. Satunggaling tandha
inggih punika, menawi dinten-dinten Minggu kepengker kita maos Injil Lukas,
wiwit Minggu punika kita maos Injil Matius. Warsa énggal punika kawiwitan
sekawan dinten Minggu sakdèrèngipun Natal. Sekawan Minggu wiwitan ing warsa
énggal punika kasebat Minggu Advèn. Dados dinten punika kita ugi wiwit lumebet
ing wekdal Advèn. Dados sepisan malih, sugeng warsa énggal!
Punapa ingkang padatanipun dipun tindakaken
ing wiwitaning warsa énggal? Padatanipun tiyang sami ningali perkawis-perkawis
ingkang sampun kalampahan ing warsa ingkang kepengker. Kejawi punika ugi ngrancang
lampahing warsa ingkang badhé kalampahan. Dinten punika kita badhé nindakaken
perkawis ingkang sami. Mangga kita ningali perkawis ingkang sampun kalampahan
lan ngrancang ingkang taksih badhé kalampahan.
Kanggé ningali perkawis ingkang sampun
kalampahan, mangga kita sinau saking Kitab Yésaya. Pangandikan ingkang dipun
tampèni déning Nabi Yésaya punika bab Yéhuda lan Yérusalèm. Kita mangertos
bilih saksampunipun pepréntahanipun Prabu Suléman, Karajan Israèl kabagi dados
kalih: Israèl ing sisih lèr lan Yéhuda ing sisih kidul. Karajan kalih punika
sami-sami naté dipun préntah déning ratu ingkang ajrih asih dhateng Gusti.
Nanging kathah-kathahipun ratunipun punika mboten ajrih asih dhumateng Gusti.
Karajan kalih punika lajeng dipun pasrahaken dhateng mengsah déning Gusti.
Israèl sampun langkung rumiyin dipun kawonaken. Déné Yéhuda, senajan mangku
Yérusalèm lan Padaleman Suci, ugi ngalami perkawis ingkang sami. Minangka
tiyang ingkang rumaos dados umat pilihanipun Gusti, saged kemawon lajeng sami
rumaos sampun mboten dipun tresnani malih déning Gusti.
Waosan kita ing Kitab Yésaya kala wau dados
pratéla bilih Gusti mboten kesupèn dhateng umatipun. Panjenenganipun tansah
kagungan rancangan kanggé umatipun. Gusti paring prasetyan bilih Sion utawi
Yérusalèm badhé dados punjering karajaning katentreman. Nalika perkawis punika
kalampahan, mboten badhé wonten memengsahan malih. Pedhang badhé dipun
dadosaken kejèn, déné tumbakipun dados arit. Kanthi mekaten, prasetyan punika
sanès nélakaken bilih Yéhuda badhé menang perang. Kosok wangsulipun,
katentreman punika badhé kalampahan amargi mboten wonten paprangan. Prasetyan
punika dados cepengan tumraping tiyang-tiyang Yéhuda. Sami tansah nggadhahi
pangajeng-ajeng bilih badhé kalampahan kawontenan tentrem. Punika dados wekdal
Advèn tumrap tiyang-tiyang punika, inggih punika ngantu-antu rawuhing
karajaning katentreman.
Ketingalipun pangajeng-ajeng punika dipun
warisaken turun-tumurun dhateng sedaya tiyang Yéhuda, ingkang lajeng katelah
minangka tiyang Yahudi. Saben taun sami jiyarah dhateng Yérusalèm. Satunggaling
kidung jiyarah ingkang kita waos dinten punika nélakaken kabingahan lan
pangajeng-ajeng nalika sampun sami celak Yérusalèm. Pandonganipun supados
wontena tentrem rahayu ing Yérusalèm nyrambahi sedaya umat ingkang sami
jiyarah.
Punika wekdal ingkang sampun kalampahan.
Tiyang-tiyang Yahudi utawi Israèl ngantu-antu rawuhing katentreman lan
karahayon. Pitakènanipun, nalika tiyang sami ngantu-antu, punapa ugi ngupadi
supados pangantu-antu punika mawujud? Menawi sami ngantu-antu supados Sion
dados pusering karajaning katentreman, punapa ugi sami cumawis nggemblèng
pedhangipun dados kejèn lan tumbakipun dados arit? Punapa sami cumawis gesang
ing saklebeting katentreman punika? Utawi malah gadhah pemanggih bilih
katentreman punika ateges menang perang? Kamangka Nabi Yésaya sampun meca
kanthi cetha bilih katentreman punika kalampahan nalika alating perang dipun
dadosaken alat kanggé tetani. Ingkang ndadosaken tentrem sanès perang utawi
menang perang, nanging karahayon amargi sami kacekapan kabetahanipun,
antawisipun tedha. Mugi perkawis punika ugi ingkang dipun mangertos déning
tiyang ingkang ngaturaken kidung jiyarah nalika nyelaki Yérusalèm.
Menawi kita sampun
ningali wekdal ingkang sampun kalampahan, lajeng kados pundi rancangan kita
kanggé wekdal mengajeng? Sakdanguning gesangipun, Gusti Yésus sampun mucal
bilih Panjenenganipun badhé rawuh malih. Sandayan mekaten, mboten wonten
ingkang mangertos wekdalipun. Nanging mboten ateges tiyang saged gesang
saksekécanipun piyambak. Malah amargi mboten mangertos wekdal rawuhipun Gusti,
kedah sami cumawis lan siyaga saben wekdal. Kados pundi caranipun?
Pituturipun Rasul
Paulus dhateng pasamuwan ing kitha Rum saged dados pitedah kanggé kita ngrancang
wekdal mengajeng. Rasul Paulus lan pasamuwan ing kitha Rum, kados déné kita,
sami-sami ngantu-ngantu rawuhipun Gusti malih. Amargi pirsa bilih rawuhipun
mboten saged dipun bedhèk, Rasul Paulus mituturi supados sami gesang kanthi
patut. Pandamelipun kedah kados ing wekdal raina. Punika nggambaraken gesang
ingkang tansah cumawis nampèni rawuhipun Gusti. Ing wekdal raina, tiyang kedah
nyambut damel kanthi setya. Pasamuwan ugi kedah gesang setya, ajrih asih
dhumateng Gusti, mboten nuruti pikajengipun daging, methukaken rawuhipun Gusti.
Kados punapa wujudipun?
Ngrancang wekdal
mengajeng saged adhedhasar wekdal kepengker. Menawi kita kedah cumawis ing
saklebeting ngantu-antu rawuhipun Gusti, pamecanipun Nabi Yésaya lan kidung
jiyarahipun tiyang Israèl saged dados pitedah. Gesang ingkang cumawis punika
saged dipun isi kanthi mujudaken katentreman. Katentreman mawujud lumantar
ngicalaken memengsahan lan ngupados karahayon.
Mila wekdal Advèn
punika mboten namung kanggé nyawisaken pahargyan Natal. Ugi mboten namung
wekdal kanggé ngencengaken kapitadosan pribadi. Wekdal Advèn punika malah dados
wekdal kanggé makarya sesarengan ngupados karahayon temahan katentreman saèstu
mawujud. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar