Saya akan mengajak anda bertukar pemikiran dan membantu dalam segala permasalahan hidup. Kami akan memberi dukungan, infomasi, dan penyelesaian masalah yang paling tepat.

Selasa, 08 November 2016

Kotbah Jangkep Bulan November 2016







 Tema Perayaan Iman Bulan November 2016 :

MEMBANGUN PERSEKUTUAN YANG KUDUS DAN BERHIKMAT

Minggu, 6 November 2016

Minggu Biasa XXXII (Hari Raya Semua Orang Kudus)

Tema Perayaan Iman
Berbahagia dalam iman dan pengharapan
Daftar Bacaan Kitab Suci
Danièl 7:1-3, 15-18
Mazmur 149
Efesus 1;11-23
Lukas 6:20-31
Tujuan Perayaan Iman Minggu Ini :
Umat beroleh peneguhan dan penguatan atas iman dan pengharapan mereka di dalam Kristus.
Bacaan Pelengkap Untuk Liturgi I
Berita Anugerah                     : Efesus 1:5-8
Petunjuk Hidup Baru             : Efesus 5:1-2
Persembahan                          : Efesus 5:20-21
Daftar Nyanyian Untuk Liturgi I
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian                      : 322:1-5
Nyanyian Penyesalan             : 26:1-3
Nyanyian Kesanggupan         : 369a:1-3
Nyanyian Persembahan        : 302:1-3
Nyanyian Pengutusan            : 370:1-3
                                                 
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji                         : 38:1-3
Kidung Panelangsa                 : 159:1-2
Kidung Kasanggeman             : 122:1-2
Kidung Pisungsung                 : 33:1-4
Kidung Pangutusan                : 66:1-3


Pdt. Erni Ratna Yunita-
Dasar Pemikiran
Bagi orang percaya, iman kepada Tuhan senantiasa menjadi suluh yang terus mengobarkan semangat dan pengaharapan. Sebagai orang-orang yang telah dipilih dan dikasihi-Nya, orang percaya tidak akan ditinggalkan sendirian. Tuhan selalu memberikan pengharapan di tengah setiap pergumulan. Pengharapan yang diberikan-Nya tentu tidak akan mengecewakan. Menggenapi janji dan pengharapan yang diberikan adalah bagian yang akan dikerjakan Tuhan. Tetapi kita tidak boleh lalai melakukan apa yang menjadi bagian kita, yaitu tetaplah percaya dan berpengharapan.

Keterangan Tiap Bacaan
Danièl 7:1-3, 15-18
Penglihatan Danièl tentang kekuasaan raja-raja (kerajaan-kerajaan) yang berkuasa di bumi. Namun pada akhirnya, kekuasaan dan pemerintahan itu akan dicabut dan diserahkan kepada orang-orang kudus. Hal ini merupakan penghiburan yang sangat berarti di tengah keprihatinan umat. Saat itu Danièl dan orang-orang Israèl telah diangkat ke Babil sebagai orang-orang buangan.

Makna teks dalam konteks tema pelayanan Sinode GKJ 2016
Orang-orang percaya diajak untuk menjaga kebersamaan dalam menghadapi berbagai pergumulan. Bersama-sama percaya daan berharap kepada Tuhan, bahwa Tuhan telah menyediakan segala yang terbaik bagi kita.

Makna teks dalam konteks perayaan liturgi Gereja
Peringatan Hari Raya Orang Kudus menyemangati kita untuk terus berharap kepada Tuhan. Selanjutnya, senantiasa memberi diri dipimpin Tuhan untuk mewujudkan apa yang telah dirancangkan-Nya atas kita

Mazmur 149
Mazmur ini berisi ajakan untuk memuji-muji Tuhan yang telah menyatakan perkenan-Nya atas umat. Tuhan telah memahkotai umat dengan kemuliaan dan keselamatan. Pemazmur mengajak orang-orang saleh (umat Tuhan) untuk melaksanakan apa yang menjadi Rancangan dan kehendak Tuhan dalam hidup mereka.
Makna teks dalam konteks tema pelayanan Sinode GKJ 2016
Ajakan Pemazmur dalam mazmur 149 kiranya juga kita hayati sebagai ajakan untuk kita mengungkapkan sukacita di dalam Tuhan. Karena Ia telah menyelamatkan kita dan memahkotai kita dengan kemuliaan. Kemuliaan karunia Tuhan harus diwujudkan dalam sikap hidup yang luhur, rendah hati dan saling mengasihi. Selanjutnya, bersama-sama melakukan apa yang kehendak-Nya.

Makna teks dalam konteks perayaan liturgi Gereja
Mazmur ini mengingatkan umat sebagai orang-orang kudus (yang dikuduskan dan dikasihi Tuhan) untuk senantiasa mengagungkan Tuhan. Umat Tuhan seharusnya menghayati bahwa mereka adalah alat-alat di tangan Tuhan untuk melaksanakan apa yang menjadi kehendak-Nya dalam hidup ini
  
Efesus 1:11-23
Paulus meyakini bahwa orang-orang percaya telah ditentukan Allah dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya yang kudus dan tak bercacat (Ef 1:4-5). Allah menyatakan rahasia kehendak-Nya untuk mempersatukan di dalam Kristus segala sesuatu yang ada di sorga maupun yang ada di bumi. Demikianlah Paulus meyakinkan jemaat di Efesus bahwa mereka pun beroleh bagian di dalam Kristus ketika mereka percaya dan dimeteraikan dengan Roh Kudus. Paulus berdoa agar jemaat Efesus memahami pengharapan yang terkandung dalam panggilan anak-anak Allah. Yaitu betapa hebat kuasa yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus bagi orang yang percaya. Sebab di dalam Dia orang percaya beroleh penebusan dan pengampunan dosa.

Makna teks dalam konteks tema pelayanan Sinode GKJ 2016
Tuhan telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada orang-orang kudus yaitu untuk mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus. Tuhan merangkul kehidupan ini dalam cinta kasih Kristus. Karena itu sudah sepatutnya, orang-orang percaya mewujudkan kesatuan hidup dalam cinta kasih.

Makna teks dalam konteks perayaan liturgi Gereja
Orang-orang kudus yaitu jemaat milik Tuhan diajak untuk terus merenungkan makna panggilannya. Dengan demikian mereka dapat senantiasa teguh beriman dan berpengharapan, sekaligus terus berjuang untuk hidup dalam ketaatan kepada Tuhan.

Lukas 6:20-31
Berisi ucapan bahagia yang merupakan penghiburan Yesus atas mereka yang percaya kepada-Nya meskipun menanggung berbagai penderitaan. Penderitaan dalam dunia ini terlihat dalam wajah kemiskinan, kelaparan, tangis dan kedukaan, ketertindasan, penganiayaan dan sebagainya. Tuhan Yesus menyatakan adanya harapan bagi mereka yang mengalami banyak penderitaan dalam dunia namun senantiasa menyandarkan diri kepada Allah. Selanjutnya, peringatan kepada mereka yang menyandarkan diri pada penghiburan duniawi.

Makna teks dalam konteks tema pelayanan Sinode GKJ 2016
Kebahagiaan adalah kerinduan setiap orang. Sikap hidup saling mencintai sebagai anggota keluarga Allah menjadi jalan yang tepat untuk mencapai kebahagiaan tersebut. Karena itu perlu terus ditumbuh-kembangkan dalam kehidupan jemaat GKJ

Makna teks dalam konteks perayaan liturgi Gereja
Hari Raya Semua Orang Kudus mengajak kita untuk mengenang dan merenungkan hidup dan perjuangan para pahlawan iman. Mereka telah mencapai kebahagiaan sempurna melalui ketaatan kepada Tuhan sampai akhir hayatnya. Kiranya hal ini menguatkan tekad dan semangat kita untuk terus setia di dalam Tuhan, satu-satunya sumber kebahagiaan abadi.

Harmonisasi Bacaan        
Bacaan Danièl 7:1-3, 15-18, Efesus 1:11-23 dan Lukas 6:20-31 menyatakan pengharapan yang diberikan Tuhan kepada umat (orang percaya) yang menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan di dunia. Selalu ada harapan bagi orang percaya, karena itulah mereka dapat berbahagia. Pengharapan itu bukan berasal dari dunia melainkan dari Bapa.

Renungan Atas Bacaan
Ketika menghadapi keadaan yang sulit dalam hidupnya, banyak orang kehilangan pengharapan. Keputus-asaan itu nampak dalam tindakan bunuh diri, sikap apatis, tindakan anarkis, mencari penghiburan dunia (pergaulan bebas, narkoba, dll). Bagaimana dengan orang percaya?
Banyak juga di antara orang percaya yang kehilangan kepercayaannya, kehilangan perngharapan, meninggalkan Tuhan. Alasannya banyak, karena faktor ekonomi, masalah pasangan hidup yang tidak seiman, tergiur oleh jabatan dan kekuasaan, faktor kekecewaan dan perselisihan dalam keluarga atau jemaat. Apa pun alasannya, orang percaya tidak seharusnya kehilangan pengharapan dan kehilangan iman kepada Tuhan.
Rasul Paulus berdoa kepada Tuhan agar jemaat (Efesus) dimampukan memahami pengharapan yang terkandung dalam panggilan orang-orang percaya. Yaitu betapa hebat kasih dan kuasa Tuhan bagi orang percaya. Kasih dan kuasa Tuhan yang kekal dan melebihi apa pun di dunia ini. Kasih yang telah dinyatakan melalui pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Jika sedemikian Tuhan mengasihi kita, tentu Dia tidak akan meninggalkan kita begitu saja. Dia akan terus menuntun dan menopang kita. namun, Ia juga menghendaki agar kita sedikit demi sedikit menjadi semakin kuat dan dewasa dalam iman dan hidup.

Pokok dan Arah Pewartaan
Memberitakan pengharapan yang terkandung dalam panggilan sebagai anak-anak Allah.


Kotbah Jangkep bahasa Indonesia
Tema:
BERBAHAGIA DALAM IMAN DAN PENGHARAPAN

Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Apakah ada di antara kita yang pernah merasa putus asa karena suatu hal? Umumnya berbagai persoalan dan beban hidup bisa membuat orang berputus-asa. Namun tidak demikian seharusnya bagi orang percaya. Tuhan tidak menghendaki umat-Nya berputus-asa. Dalam segala keadaan, sesulit apapun itu, sesungguhnya Tuhan tidak meninggalkan anak-anak-Nya. Tuhan memberikan pengharapan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Firman Tuhan hari ini meneguhkan keyakinan dan perharapan setiap orang percaya. Danièl hidup di masa yang berat. Bangsa Israèl telah tertawan dan dibuang. Yerusalem dihancurkan. Tuhan seolah-olah kalah terhadap dewa-dewa dan berhala orang Babel. Ini merupakan pukulan yang berat bagi Israèl. Dalam keadaan demikian, umat Tuhan menjadi “galau”, apakah Tuhan sungguh mengasihi mereka? apakah Tuhan yang mereka sembah adalah Allah yang Mahakuasa? Mengapa membiarkan semua itu terjadi atas umat-Nya?
Danièl dipakai Tuhan untuk meneguhkan iman dan pengharapan orang Israèl yang bimbang di tengah penderitaan. Melalui penglihatan yang diterima Danièl (Danièl 7:1-28), Tuhan meneguhkan pengharapan umat. Segala kuasa dan pemerintahan jahat akan dikalahkan. Tuhan akan menyerahkan pemerintahan kepada orang-orang kudus. Karena itu, umat di dalam pembuangan tidak boleh putus asa karena beratnya beban dan tantangan hidup. Yang harus mereka lakukan adalah mengarahkan hati dan hidup kepada Tuhan. Tetap setia beribadah dan berbakti kepada Tuhan.
Demikian pula, Paulus dipakai Tuhan untuk meneguhkan iman dan pengaharapan jemaat Efesus. Paulus yakin bahwa orang-orang percaya telah ditentukan Tuhan dari semula untuk menerima kasih karunia. Orang percaya telah dipilih sebelum dunia dijadikan supaya kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (Efesus 1:4); telah ditentukan dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya (ayat 5); telah beroleh penebusan yaitu pengampunan dosa (ayat 7); menerima penyataan atas rencana dan kehendak-Nya (ayat 9); menerima bagian yang dijanjikan di dalam Kristus Yesus (ayat 11); telah dimeteraikan oleh Roh Kudus sebagai jaminan kesempurnaan keselamatan (ayat 13-14). Semuanya itu menunjukkan betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan Tuhan bagi orang-orang kudus (ayat 18) dan betapa hebatnya kuasa Tuhan atas orang percaya (ayat 19).
Tuhan Yesus sendiri menghibur para murid dan orang banyak, “berbahagialah…” (Lukas 6:20-23). Sungguh, kebahagiaan sejati hanya bisa diberikan oleh Tuhan sendiri. Betapa besar karunia yang Tuhan sediakan bagi orang-orang yang mengasihi Dia. Mengimani besarnya rahmat Tuhan bagi orang percaya dapat memberikan daya, kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan hidup. Kemiskinan, kehausan dan kelaparan, kesusahan dan penganiayaan tak ada apa-apanya dibandingkan dengan Anugerah-Nya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan diri pada penghiburan dunia sedang menuju kecelakaan (ayat 24-26).
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Sejauhmana saudara percaya dan mempercayakan hidup pada Tuhan akan menentukan seberapa tangguh saudara menjalani kehidupan ini. Jemaat Tuhan dan orang percaya di berbagai tempat mengalami pergumulan dari masa ke masa. Tantangan dan rintangan tidak mudah untuk dilalui. Namun nyata bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Tuhan meneguhkan iman dan pengharapan orang-orang percaya. Dan semua itu tidak hanya terjadi di jaman Danièl, Paulus atau pun Yesus saja. Sampai saat ini dan di sini pun kuasa Tuhan bekerja atas kita.
Tuhan sudah memilih kita dari semula bukan untuk mencelakakan atau membinasakan kita. Tuhan telah memilih kita untuk menyelamatkan kita. karena itu, seberat apa pun pergumulan yang sedang kita alami saat ini, jangan berhenti beriman. Tetaplah berharap dan percaya pada Tuhan. Segala pergumulan penderitaan hidup sifatnya hanya sementara, namun kasih Tuhan kekal selamanya. Yang perlu kita lakukan adalah mengerjakan apa yang menjadi bagian kita. Dan Tuhan melakukan apa yang menjadi bagian-Nya.
Pertanyaannya, apakah yang menjadi bagian kita itu? Bagian kita adalah: satu, percaya. Percaya bahwa Tuhan berkuasa atas hidup kita. Percaya bahwa Tuhan memberi kekuatan dan hikmat yang memampukan kita menghadapi persoalan. Kedua, berusaha. Berusahalah semampu kita. Berusahalah sebaik mungkin dan jangan menyerah. Ketiga, tetaplah berpengharapan. Tambatkanlah pengharapan kita kepada Tuhan, hanya kepada Tuhan! Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri. Tetaplah fokus, arahkan perhatian pada tuntunan Tuhan.
Di sebuah arena outbound, tampak berbagai wahana yang menantang. Bagi sebagian orang wahana-wahana itu sangat menakutkan. Hal yang menarik adalah bahwa di setiap wahana itu ada instruktur berpengalaman yang siap membimbing bahkan memberikan pertolongan. Begitu pula dalam hidup kita, ada banyak hal menakutkan dan berbahaya. Namun Tuhan Yesus ada disana dan siap membimbing kita. dia lebih dari sekedar instruktur berpengalaman. Dia Tuhan yang berkuasa dan Bapa yang mengasihi kita.
Beberapa kegiatan outbound yang nampak berbahaya itu ternyata berguna dalam beberapa hal. Di anataranya adalah untuk merangsang hormon adrenalin. Hormon adrenalin berfungsi untuk menaikkan konsentrasi gula darah, meningkatkan pasukan oksigen dan glukosa ke otak dan otot dan menyempitkan pembuluh darah. Hal ini sangat berguna bagi orang dalam situasi darurat atau bahaya. Ia membutuhkan otot bekerja lebih cepat, tekanan darahnya harus meningkat dan jantungnya harus berpacu lebih cepat. Hormon adrenalin menggandakan kekuatan fisik sehingga dapat memberi kekuatan dan kemampuan kepada seseorang dalam menghadapi situasi darurat.
Begitupun dalam hidup kita, berbagai persoalan dan tantangan merangsang “adrenalin” kita, melatih kekuatan kita agar kita menjadi semakin tangguh. Karena itu, kumpulkan segenap keberanian, hadapilah segala tantangan. Percayalah Tuhan Yesus selalu menyertai kita. Tuhan Yesus telah memilih kita untuk menerima rahmat dan karunia-Nya, maka jangan Menyerah dalam situasi dan kondisi apapun. Tetaplah percaya, tetaplah berharap dan tetaplah berbahagia. Amin


Kotbah jangkep bahasa Jawa
            Tema:
Karahayon Wonten ing Kapitadosan
lan Pangajeng-ajeng

Pasamuwan kagunganipun Gusti,
Punapa panjenengan sami naté rumaos semplah lan putus asa? Wonten ing pagesangan punika pancén kathah Prekawis ingkang saged dadosaken tiyang rumaos semplah. Awit panandhang ingkang karaosaken awrat tiyang saged semplah. Ananging bab punika boten pareng kalampahan wonten ing gesanging para putranipun Gusti. Gusti Allah tansah nunggil ing gesanging para pitados, Gusti Allah boten naté nilaraken para kagunganipun. Mila punika sinaosa kedah nandhang rupi-rupi momotan ing gesangipun, para pitados kaatag tansah tatag tanggon lan mitadosaken gesang dhumateng Gusti.
Sabdanipun Gusti ing dinten punika saged ngiyataken kapitadosan tuwin pangajeng-ajeng kita dhumateng Gusti. Wonten ing negari Babil Danièl lan tiyang Israèl sami nandhang kaprihatosan. Bangsa Israèl sampun dipun kawonaken dèning Babil. Sadaya punika kadadosan awit dosa tuwin pambalelanipun umat Israèl. Wonten ing kaprihatosan ingkang kasandhang dèning umatipun Gusti, Gusti Allah paring panglipuran. Lumantar Danièl, Gusti Allah nelakaken bilih Panjenenganipun badhé mitulungi umatipun. Panguwaosipun bangsa-bangsa badhé kapendhet lan kaparingaken dhateng tiyang-tiyang mursid. Mila saking punika umatipun Gusti kedah tansah nggadhahi pangajeng-ajeng dhumateng Gusti. Umat kagunganipun Gusti kedah gesang tuhu setya lan ngabekti namung dhumateng Gusti.
Mekaten ugi rasul Paulus dipun agem dèning Gusti kanggé ngiyataken kapitadosan tuwin pangajeng-ajengipun Pasamuwan ing Efesus. Rasul Paulus nandhesaken bilih tiyang pitados punika sampun katamtokaken dèning Gusti kanggé nampi sih rahmatipun ingkang ngedab-edabi. Para pitados dipun dadosaken para putranipun Gusti lan kaatag kanggé mujudaken gesang ingkang suci. Para pitados nampi prasetyanipun Gusti lan nampi sang Roh Suci minangka panjer kasampurnaning kawilujengan. Bab-bab punika nélakaken lumbering sih rahmatipun Gusti tumrap para pitados (Efesus 1:19).
Gusti Yesus ugi paring pangandika: “Rahayu kowe…” (Lukas 6:20-23). Karahayon punika namung saged dipun paringaken dèning Gusti Allah piyambak. Sikep ingkang tansah pitados lan mitadosaken gesang dhumateng Gusti saged nuwuhaken pangajeng-ajeng. Pangajeng-ajeng punika nuwuhaken daya, kekiyatan lan kesagedan ngadhepi rupi-rupi pepalanging gesang. Karingkihan, kacingkrangan, kaluwèn, karibedan, kasisahan lan sapanunggilanipun boten wonten ajinipun manawi kasandhingaken kaliyan karahayon peparingipun Gusti. Kosokwangsulipun, tiyang ingkang ngendelaken kekiyatanipun piyambak tuwin panglipuring donya badhé nandhang kacilakan (ayat 24-26).
Pasamuwan ingkang dipun tresnani dèning Gusti,
Kapitadosan kita dhumateng Gusti saged nemtokaken sepinten kekiyatan kita ing salebeting ngadhepi rupi-rupi prekawis ing gesang. Para pendhèrèkipun Gusti Yesus ngalami rupi-rupi pepalanging gesangipun. Ananging Gusti Allah piyambak ingkang dados tuking pitulunganipun.
Gusti Allah sampun nemtokaken kita ing sakawit kanggé nampi karahayon, sanés kacilakan. Panjenenganipun saèstu pirsa punapa ingkang kedah katindhakaken dhateng umatipun. Gusti Allah boten badhé kesupén anggénipun netepi punapa ingkang dados prasetyanipun. Ingkang kedah kita tindakaken Inggih punika: Ingkang sepisan punika tansah pitados, ingkang kaping kalih mbudidaya, lan ingkang pungkasan inggih punika tansah nggadhahi pangajeng-ajeng dhumateng Gusti.
Pasamuwan ingkang kinasih
Wonten ing arena outbound, kathah wahana ingkang ketingalipun mbebayani. Mila kathah tiyang ingkang ajrih ndhèrèk kegiatan punika. Ananging ingkang wigati inggih punika, wonten ing wahana-wahana ingkang ketingalipun nggegirisi punika wonten instruktur ingkang tansah waspada njagi lan mbiyantu peserta ingkang mbetahaken pambiyantu.
Kegiatan-kegiatan ingkang kaanggep mbebayani punika sejatosipun wonten manfaatipun. Salah satunggalipun Inggih punika merangsang/nuwuhaken              hormon adrenalin. Hormon adrenalin punika nggadhahi fungsi kanggé ningkataken konsentrasi gula darah, ningkataken pasukan oksigen lan glukosa dhateng otak lan otot, lan ugi saged menyempitkan pembuluh darah. Sedaya punika dipun betahaken nalika tiyang ngadhepi kawontenan ingkang darurat utawi bahaya. Tiyang punika mbetahaken kerja otot langkung cepet, tekanan darah ingkang meningkat lan jantung ingkang berpacu langkung cepet. Hormon adrenalin punika saged menggandakan kekiyatan fisik satemah saged ndadosaken tiyang langkung kiyat (rosa) nalika ngadhepi kawontenan darurat.
Mekaten ugi ing gesang kita, sinaosa kathah prekawis ingkang mbebayani lan damel ajrih., Gusti Allah tansah nunggil ing gesang kita. Panjenenganipun boten badhé “ngejoraken” para pitados nglampahi sedaya punika. Panjenenganipun badhé tansah mitulungi lan ngayomi kita. Ing sisih sanès, kangélaning gesang, pepalang lan momotan ingkang awrat ing gesang kita punika saged dipun agem dèning Gusti kanggé ngiyatakaken kita. Mila saking punika sumangga tansah nglampahi gesang kita sinaosa angél lan awrat kanthi tansah pitados lan ngajeng-ajeng namung pitulunganipun Gusti. Kanthi mekaten kita nampi karahayon peparingipun Gusti. Amin




Minggu, 13 November 2016
Minggu Biasa XXXIII

Tema
Menjadi Persekutuan Yang Berhikmat
Daftar Bacaan
Bacaan I                                    : Maleakhi 4:1 – 2a
Tanggapan                                : Mazmur 98
Bacaan II                                  : 2 Tesalonika 3: 6-13
Bacaan Injil                              : Lukas 21: 5 – 19
Tujuan
Warga jemaat senantiasa bijak dan berhikmat dalam menjalani kehidupan dalam persekutuan yang benar.
Daftar Ayat
Berita Anugerah                     :  Maleakhi 3:17
Petunjuk Hidup Baru             :  1 Petrus 3: 15
Persembahan                          :  Mazmur 4: 5
Daftar Lagu
Bahasa Indonesia
KJ 6 : 1, 2                                
KJ 25 : 1- 3                              
KJ 253 : 1, 3, 4                       
KJ 269 : 1 -                              
KJ 278 : 1, 3                            

Bahasa Jawa
KPK BMGJ 5 : 1, 2
KPK BMGJ 44 : 1 + 3
KPK BMGJ 121 :1, 3
KPK BMGJ 186 : 1 –
KPK BMGJ 322 : 1, 2


Pdt. Pramadi Tjahjono-

Dasar Pemikiran
Tema di bulan November adalah “Membangun Persekutuan Yang Kudus Dan Berhikmat” dengan tema mingguan: “Menjadi Persekutuan Yang Berhikmat” mengajak kita untuk merenungkan arti ibadah yang sejati di tengah banyaknya peribadatan yang menarik akan tetapi apakah sesungguhnya membawa pengenalan yang benar kepada Allah. Persekutuan orang percaya memang membawa kepada kedekatan dengan Allah, akan tetapi disadari juga banyak persekutuan yang ada hanya untuk mencari keuntungan jasmani menjadi sekedar hiburan bagi jiwa yang lelah. Bacaan Alkitab mengingatkan akan hari Tuhan yang semakin mendekat. Hari Tuhan yang semakin mendekat tentunya ditanggapi bukan dengan rasa takut hati melainkan dengan bijak dan berhikmat supaya dihari-hari yang dilalui ataupun tiba saatnya hari Tuhan, jemaat senantiasa dapat mengerti dan percaya serta teguh di dalam pengharapannya. Sebagai sebuah persekutuan jemaat, orang percaya diajak untuk saling membantu, menguatkan dan menopang menghadapi hari Tuhan dalam pengajaran yang benar sehingga tidak diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran yang ada dan senantiasa menjaga kekudusan hidup dalam ketaatan dan iman.

Keterangan bacaan
Maleakhi 4:1-2a
Maleakhi dengan jelas mengatakan bahwa hari Tuhan akan datang. Kedatangan hari Tuhan akan membawa pengadilan bagi umat manusia. pengadilan dalam hari Tuhan akan memisahkan orang benar dan orang fasik tanpa terkecuali dan tidak ada yang tersembunyi atau menyembuyikan diri serta akan diadili sampai jauh keakar-akarnya. Peringatan Tuhan melalui nabi Maleakhi ini terjadi karena saat itu terjadi dimana banyak orang fasik bermuka suci, artinya tindakan keagamaan mereka hanyalah untuk mencari keuntungan-keutungan pribadi semata. Ritus dan tindakan keagamaan hanya untuk menutupi segala keburukan yang ada, dan pengajaran hanya untuk menyenangkan hati orang tanpa membawa kepada pertobatan yang sejati dan hidup kudus di hadapan Allah dan sesama. Itulah sebabnya, nabi Maleakhi mengingatkan akah datangnya Hari Tuhan dimana manusia tidak dapat menghindar dari pengadilan Allah, dimana kemunafikan akan tersingkat dan orang benar akan dijunjung tinggi oleh Tuhan sendiri, Hari Tuhan juga membawa pengharapan kepada orang percaya untuk tetap senantiasa stia dalam hidup kudusnya tanpa rasa iri hati dari mereka yang hidup bercela. Kesetiaan dan pengharapan akan datangnya hari Tuhan semakin menguatkan kehidupan orang percaya untuk tetap menjaga kehidupan kudus di hadapan Allah dan persekutuan-persekutua yang ada membawa kepada hikmat yang benar hidup dekat dengan Tuhan.

Makna Teks dalam konteks tema pelayanan Sinode GKJ
Hari Tuhan membawa manusia untuk menjadi bijaksana dan berhikmat dalam kehidupan yang berkenan di hadapan Allah.

Makna Teks dalam liturgy
Hari Tuhan mengajak jemaat untuk hidup dalam penyembahan yang benar di hadapan Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Mazmur 98
“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan” adalah sebuah seruan orang percaya (pemazmur) akan kesetiaan dan keadilan Allah.  “Nyanyian baru” berlawanan dengan nyanyian lama, artinya ada sebuah perubahan hidup dekat dengan Allah. Perubahan itu terjadi karena perbuatan ajaib Allah yang menghakimi manusia. mengapa demikian ?, karena manusia sering mengatasnamakan Allah untuk kepentingan dirinya sendiri, bahkan sesuatu yang mustahil, lembaga agama pun tidak bersih dari penyelewengan pengajaran Tuhan demi kepentingan pribadi. Nyanyian baru karena Tuhan sendiri yang akan menegakkan keadilannya dengan mengadili semua manusia. Tindakan pengadilan ini akan mengangkat orang-orang benar dari kesengsaraan penderitaan karena penindasan atas kesetiaannya kepada Allah. Inilah keajaiban yang dilakukan Allah kepada umatNya, bahwa keadilanNya pasti terjadi dan dilaksanakan dimana kebenaran akan terpisah dari ketidakbenaran, kemunafikan dari kejujuran dan kesetiaan. Oleh karenanya, orang-orang percaya akan memuji-muji Allah karena tindakan keadilannya ini dan kesetiaan yang dilakukan dalam hidup yang benar. Orang percaya akan memainkan segenap alat music yang menyatakan sukacitanya atas karya dan tindakan Allah yang adil dalam mengadili dunia ini.

Makna teks dalam konteks pelayanan Sinode GKJ
Nyanyian baru sebagai nyanyian yang dikumandangkan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan yang kudus dan berhikmat atas semua pengajaran dan kehidupan yang ada.

Makna teks dalam liturgy
Nyanyian baru sebagai madah yang senantiasa dikumandangkan dalam kekudusan hidup dan hikmat dalam kehidupan keseharian.
2 Tesalonika 3:6-13
Allah memang senantiasa memberikan berkat-berkatNya kepada manusia. akan tetapi, pemahaman ini sering disalah gunakan sehingga orang tidak mau berbuat apapun untuk kehidupannya, melainkan hanya menuntut kepada Allah untuk senantiasa memberkati. Demikian pula dengan pengajaran lainnya yang malah membawa manusia percaya kepada pemahaman yang salah dan hanya untuk kepentingan hidup pribadinya saja. Bersekutu hanya untuk mencari keuntungan sendiri bukan sebagai wujud kesetiaan dan hidup kudus di hadapan Allah. Untuk itulah, rasul Paulus menasehatkan jemaat di Tesalonika untuk bersikat kritis dan waspada terhadap bujukan dan ajakan dari orang-orang yang hanya mencari keuntungan pribadi dalam kehidupan religinya. Menjauhi persekutuan yang hanya mementingkan diri sendiri karena akan mempengaruhi hidup benar menjadi salah. “Menjauhi” dalam rangka bersikap bijak dengan hikmat yang dari Allah supaya kekudusan hidup tetap dalam kesetiaan kepada Tuhan. “Menjauhi” berarti bersikap kristis untuk membangun saudara-saudara yang hidup jauh dari Tuhan dengan pertobatan yang membawa ke jalan kebenaran (ay.15). Hidup yang berkenan di hadapan Allah seperti yang dicontohkan oleh rasul Paulus, diantaranya tetap bekerja dan melayani, tidak hanya “njagakke” dan malas bekerja. Pengajaran yang diberikan Tuhan Allah dapat mendatangkan hikmat dan itulah yang digunakan untuk menjadi hidup benar di hadapan Tuhan. 

Makna teks dalam konteks pelayanan Sinode GKJ
Persekutuan yang ada senantiasa menambahkan hikmat yang benar di dalam kehidupan jemaat, bukan yang sebaliknya dan membawa kepada kehidupan yang benar di hadapan Tuhan dan sesama.

Makna teks dalam liturgy
Ibadah sebagai pengajaran yang benar akan kehidupan yang berkenan di hadapan Allah dan membawa kepada kebenaran dalam kehidupan keseharian.

Lukas 21:5-19
“Bait Allah akan diruntuhkan” adalah sebuah pernyataan bagai kilat di siang hari bolong. Pernyataan ini membangkitkan amarah orang-orang Israel. Bagaimana mungkin Bait Allah akan runtuh, bukankah Bait Allah adalah kediaman Allah dan Allah sendiri yang akan menjaga dan mengusir setiap orang yang mencoba meruntuhkan Bait Allah. Pemahaman ini menunjukkan akan kepercayaan bangsa Israel akan keberadaan Bait Allah yang tidak mungkin dapat diusik orang. Pemahaman Bait Allah bukanlah dala arti yang sesungguhnya, melainkan berita akan datangnya Messias yang akan merombak pemahaman yang ada selama ini karena pengajaran yang ada sudah diselewengkan untuk kepentingan manusia. perombakan yang dilakukan Messias berhubungan dengan pemahaman yang mendasar akan keselamatan. Dimana keselamatan akan dicurahkan oleh Allah kepada manusia dan tidak berbatas tembok dan sekat, melalui Messias yang datang menjadi Juru Selamat. Kedatangan Messias tidak untuk membangun sebuah “tembok besar”, melainkan “tembok iman”. Allah sendiri melalui karya kasih dalam pengurbanan. Kepercayaan yang demikian akan membawa konsekuensi kepada orang percaya dalam bertahan untuk tetap setia karena datangnya penganiayaan untuk meruntuhkan “tembok iman”. Akan tetapi justru dalam penganiayaan,  menjadi kesempatan bersaksi akan kebenaran yang dinyatakan Sang Messias. Siapa yang berhikmat tentunya akan dapat menbedakan mana yang benar dan yang berkenan di hadapan Allah, bukan sekedar mengikuti pengajaran yang kosong dan menyesatkan.

Makna teks dalam konteks pelayanan Sinode GKJ
Penderitaan dan penganiayaan serta kesusahan hidup hendaklah membawa orang percaya untuk semakin dekat dengan Allah, bukan malah menghindarinya.

Makna teks dalam liturgy
Perarakan hidup yang penuh dengan tantangan dihadapi dalam persekutuan yang bernar dan berhikmat supaya tetap dekat dengan Hikmat yang sejati.

Harmonisasi Bacaan
Bacaan I
Hari Tuhan akan datang dan pasti akan datang dimana pengadilan Allah akan dinyatakan kepada orang benar dan orang munafik. Hari Tuhan justru menjadi pengharapan bagi orang benar akan pembenaran Allah atas kesetiaan dan ketaatan yang selama ini dilakukan, akan tetap Hari Tuhan menjadi peringatan bagi orang munafik untuk bertobat sebelum tiba hari pengadilan Tuhan.

Mazmur antar bacaan
Nyanyian Baru sebagai nyanyian yang harus senantiasa dikumandangkan dalam kehidupan orang percaya, yaitu nyanyian akan karya Allah yang akan mengadili manusia berdasarkan keadilannya berdasarkan pengajaran yang benar bukan pengajaran yang hanya untuk menyenangkan hati manusia. nyanyian baru adalah tindakan Allah atas kemunafikan manusia yang menyelewengkan pengajaran Tuhan demi kepentingan pribadi, sehingga nyanyian baru adalah “nyanyian yang dari Allah sendiri yang membawa manusia kepada kehidupan yang sejati dan benar di hadapan Allah.

Bacaan II
Kehidupan dalam jemaat seringkali menyalahgunakan pengajaran yang ada atau menafsirkannya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya sendir. Bagi Rasul Paulus, jemaat harus senantiasa setia kepada pengajaran yang benar yang membawa kepada perilaku dan tindakan hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Kebenaran itu dinanpakkan dalam kehidupan sehari-hari yang tidak mencari keuntungan pribadi melinkan bagi kemuliaan Tuhan.

Bacaan Injil
Tantangan unutuk tetap setia kepada pengajaran yang benar memang berat dan penuh tantangan, akan tetapi hal itu memang harus terjadi dalam kehidupan orang percaya. Di sinilah orang percaya diajak untuk tetap setia, karena Allah sendiri yang menolong dan memampukan setiap orang percaya untuk tetap bertahan dalam kesetiaan hidup benar.

Pokok dan Arah Pewartaan
Banyak pengajaran yang terjadi bukan untuk kemuliaan Allah, melainkan un tuk kepentingan diri sendiri atau sekelompok golongan. Memang sulit untuk membedakan manakah yang menjadi kehendak Allah dan yang bukan. Kebanyakan manusia mencari pengajaran dilihat dari kepentingan dan keuntungan pribadi bukan dalam arti penyembahan yang benar di hadapan Allah. Untuk itulah fungsi persekutuan dalam mencari kehendak Allah yang benar, yaitu dengan hikmat dalam pengajaran yang benar yang pada akhirnya hanya bagi kemuliaan nama Tuhan.
Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia
Tema:
MENJADI PERSEKUTUAN YANG BERHIKMAT

Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus,…
Dalam sebuah jemaat dibentuklah sebuah Komisi Diakonia yang bergerak dalam bidang Koperasi. Maksud dan tujuan didirikannya koperasi adalah untuk membantu jemaat mendapatkan pinjaman bagi modal usaha yang ada. Memang di jemaat itu banyak terdapat usaha-usaha kecil yang berdiri karena kondisi sekitar sangat mendukung usaha tersebut. Dalam perjalannya ternyata ditemukan banyak kejadian yang tidak menyenangkan, karena adanya beberapa warga yang sukar untuk diminta pembayaran atas pinjaman, bahkan ada yang mengatakan bahwa uang Gereja adalah juga uang jemaat sehingga kalau dipinjam dan tidak dikembalikan tidaklah apa-apa. Bahkan dikatakan, justru Gereja harus memperhatikan warga yang demikian dan memberikan bantuannya, bukan sebagai pinjaman yang menuntut pengembalian.  Sebagian pengurus koperasi mengatakan, bahwa penarikan pinjaman jikalau dipaksakan akan membawa mundurnya jemaat dalampersekutuan dan bahkan mungkin meninggalkan persekutuan.
Saat ini bukanlah saatnya untuk mengatakan benar atau salah. Melalui tema yang adalah : “Menjadi Persekutuan Yang Berhikmat”, apakah yang dimaksud dengan kata berhikmat itu. Kata berhikmat berarti dapat membedakan mana yang benar dan yang dikehendaki oleh Allah. Yang dikehendaki Allah tentunya berdasarkan Aklitab yang dipahami secara benar dimana yang menjadi ukurannya adalah kebenaran Allah yang dinampakkan dalam kesetiaan, ketaatan dan hidup kudus di hadapan Allah.
Maleakhi memperingatkan umat bangsa Israel akan datangnya Hari Tuhan. Hari Tuhan adalah dimana Allah menyatakan pengadilannya bagi seluruh umat manusia. di dalam Hari Tuhan, aka nada pemisahan antara orang fasik dan orang benar, dimana orang fasik akan mendapatkan penghukuman karena kefasikannya, sedangkan orang benar akan mendapatkan kemuliaan karena kesetiaannya. “Terbit surya kebenaran” menunjuk pada kesetiaan yang dilakukan oleh orang benar dalam hidu dan mempertahankan kehidupan dalam keenaran meskipun banyak penggodaan bahkan ancaman yang menerpanya. Sedangkan orang fasik tidak berarti orang yang tidak memiliki agama, melainkan orang-orang yang beragama akan tetapi dalam melakukan tindakan keagamaannya hanya untuk mencari keuntungan pribadi atau kelompoknya saja. Pada saat Hari Tuhan akan dinyatakan dalam pengadilan Allah, manakah mereka yang setia dan yang hidup fasik hanyanuntuk mencari keuntungan pribadi.
Hari Tuhan juga dikumandangkan oleh pemazmur, bahwa keadilan Allah akan dinyatakan, meskipun pemazmur tidak secara langsung mengatakan tentang hari Tuhan, akan tetapi keadilannya akan dinyatakan. keadilan Tuhan berdasarkan atas hukum-hukumNya yang telah diberikan kepada manusia. oleh karena manusia sering menyalahgunakan hukum-hukum Tuhan itu, maka diperlukan sebuah “Nyanyian Baru”, artinya melihat ulang secara kritis hukum-hukum Tuhan itu demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia, bukan malah sebuah penindasan atas manusia. Tuhan senantiasa mengingat akan kasih setiaNya. Kasih setia Tuhan berarti bahwa Tuhan tidaklah akan meninggalkan umatNya yang setia. Segala penderitaan, cobaan dan kesengsaraan umat diperhatikanNya, keluhannya didengarkanNya. Itulah keadilan Tuhan dimana Allah menyatakan pengadilanNya untuk menyelamatkan umat pilihanNya dan menghukum mereka yang sudah bertindak tidak benar. Nyanyian baru adalah sebuah tindakan mencari kehendak Allah yang benar dalam kehidupan yang kudus yang diperkenan oleh Allah. Nyanyian baru adalah hidup dengan bersikap kritis atas apa yang ada di sekitarnya, termasuk penyembahan kepada Allah yang benar-benar ditujukan kepada Allah bukan diselewengkan kepada manusia.
Firman Allah tidaklah mustahil diputarbalikkan oleh manusia, dengan maksud untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Sehingga bukanlah hal yang mustahil, institusi keagamaan digunakan untuk kepentingan segolongan orang atau pribadi. Rasul Paulus sudah mengingatkan jemaat akan hal itu, dimana di jemaat Tesalonika ada yang mencoba mengambil keuntungan dalam hidup bersama dalam jemaat Tuhan. Sebagian warga yang mencari keuntukan itu diperlihatkan dalam hidup yang bermalas-malasan tidak mau bekerja. Dalam jemaat Tesalonika memang sering diadakan perjamuan, akan tetapi perjamuan itu disalahgunakan oelh beberapa orang untuk keuntungan pribadi, tidak mau bekerja adanya hanya mau makan. Rasul Paulus mencontohkan kehidupannya, meskipun ia mempunyai kedudukan yang tinggi di jemaat, ia tetap bekerja untuk memenuhi kehidupannya sendiri. Contoh yang diberikan rasul Paulus sebenarnya mengajak jemaat Tesalonika untuk tetap dan terus berkarya dalam kerja dan pelayanan yang kesemuanya diperuntukkan bagi kemuliaan Allah. Oleh karena itu, rasul Paulus mengajak untuk bersikap kritis terhadap beberapa orang yang hidupnya tidak tertata dan hanya mencari keuntungan saja.  Bagi jemaat yang hidupnya tidak tertata, tetap diingatkan, ditegur untuk mengubah gaya kehidupannya, meskipun mereka juga “dijauhi” dari sikap hidup yang tidak baik supaya jangan menjadikan jemaat lainnya mengikuti pola dan sikap hidup yang tidak benar itu.
Sebagaimana yang dikatakan Tuhan Yesus, bahwa mengikutNya haruslah memikul salib. Hidup benar dan setia kepada Tuhan memang mengandung konsekuensi hidup taat kepada Allah, dalam arti juga membuang kesenangan dan keuntungan pribadi. Manusia juga tidak lepas dari godaan-godaan yang ada, juga di dalam jemaat Tuhan. Kesetiaan akan Firman dan hidup bagi kemuliaan Tuhan adalah salib yang harus dipikul. Seringkali sebuah kebiasaan yang ada dalam jemaat ketika itu ternyata jauh dari kehendak Allah, untuk mengubahnya menjadi batu sandungan bagi orang-orang tertentu. Tetaoi itulah yang harus terjadi, “Bait Allah” harus diruntuhkan dan dibangun sebuah bait dengan pondasi yang benar, yaitu Kristus sendiri. Nyanyian baru harus dikumandangkan menggantikan nyanyian lama yang sudah sumbang. Konsekuensi dari kesetiaan mengikut Tuhan dan hidup kudus adalah penderitaan karena penganiayaan oleh mereka yang tidak menginginkan perubahan menuju yang benar.
Oleh karena itu, sebagai sebuah persekutuan, orang percaya harus senantiasa hidup dekat dengan Allah dengan senantiasa mencari kebenaran akan FirmanNya dan dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah persekutuan orang percaya harus senantiasa menyatakan Firman Allah dalam kehidupannya, sebagai wujud kehidupan kudus. Persekutuan orang percaya jangan sampai terjatuh didalam kekuasaan yang pada akhirnya menindas, kepentingan sesaat yang akhirnya meninggalkan kebenaran, apalagi mengatasnamakan Tuhan bagi kepentingan golongan untuk meraih tujuan tertentu. Persekutuan orang percaya harus senantiasa kritis dalam kehidup beriman dalam kepasrahan sehingga hikmat dinyatakan dan hidup dalam kebenaran. Setiap anggota persekutuan orang percaya harus hidup introspeksi terhadap diri pribadi dalam hubungannya dengan Tuhan Yesus dan sesamanya, apakah semuanya hanya untukkemuliaan nama Tuhan, kebaikan dan pertumbuhan bersama atau hanya kepentingan pribadi atau golongan. Memang semuanya itu menanggung resiko dijauhi, dibenci dan bahkan dianiaya, akan tetapi Tuhan adalah adil dan benar. Dia tidak akan membiarkan umatNya sengsara teraniaya, Ia akan mengadakan pengadilanNya dengan menghukum yang fasik dan dihidup dalam kemunafikan, serta mengangkat bagi mereka yang benar dan hidup dalam kesetiaan kekudusan.
Hari Tuhan pasti akan datang dan di Hari Tuhan akan dinyatakan keadilan Allah atas semua orang, dimana kebenaran akan dinyatakan dan kefasikan akan terbakar habis. Hari Tuhan bukanlah ancaman ketakutan bagi mereka yang benar, melainkan harapan dan semangat dimana kesetiaan akan mendapatkan keadilan dan kekudusan akan mendapatkan kemuliaan. Maka jadilah sebuah persekutuan dariorang percaya yang berhikmat yang senantiasa mencari kehendak Tuhan yang benar dan dinyatakan dalam kehidupan dalam kekudusan yang sejati. Amin.


Khotbah Jangkep Bahasa Jawa
Tema:
DADOS PATUNGGILAN INGKANG WICAKSANA

Pasamuwan ingkang dipun tresnani déning Gusti Yésus Kristus,…
Wonten ing satunggaling pasamuwan kawontenaken komisi diakonia ingkang lelados ing bab koperasi. Ancasipun kawontenaken koperasi inggih punika kanggé mbiyantoni warga pasamuwan sageda angsal sambutan kanggé mbiyantu paitan utawi modal usaha. Pancèn kathah warganing pasamuwan ingkang makarya ing bidang usaha kecil awit kawontenan sakiwa tengenipun cocog kaliyan usaha kalawau. Wonten ing lampahipun kathah pinanggih kedadosan ingkang mboten ngremenaken, awit wontenipun sawetawis warga pasamuwan ingkang angèl anggènipun nyaur sambutanipun dhateng koperasi, malah wonten ingkang ndarbèni pamanggih lan ngandika bilih arta kagunganipun Gréja punika inggih artanipun pasamuwan utawi warga pasamuwan, pramila menawi dipun sambut lan mboten saged mangsulaken inggih mboten punapa-punapa. Malah kedahipun Gréja nggatosaken punapa ingkang dados kabetahanipun warga pasamuwan kepara mbiyantoni, mboten malah maringi sambutan ingkang kedah dipun wangsulaken.  Sapérangan pengurus koperasi ugi wonten ingkang gadhah pamanggih bilih anggènipun warga pasamuwan nyaur saking sambutanipun menawi dipun peksa mangka malah njalari munduripun warga saking patunggilan, utawi malah kepara medal saking pasamuwan.
Wekdal samangké sanès wekdal kanggé ngrembag prekawis leres utawi lepatipun tumrap prekawis kasebat. Lumantar irah-irahan: “Dados Patunggilan Ingkang Wicaksana”, punapa ta ingkang dipun tengenaken gayut kaliyan ukara wicaksana punika. Ukara “wicaksana” ateges saged mbédakaken pundi ingkang leres lan dados keparengipun Gusti Allah. Ingkang dados keparengipun Gusti Allah mesthinipun ingkang adhedhasar Kitab Suci ingkang dipun mangertosi sacara leres, ing pundi ukuranipun kaleresan inggih punika kaleresanipun Gusti Allah ingkang dipun katingalaken kanthi tata cara gesang ingkang setya, ajrih-asih lan gesang suci ing ngarsanipun Allah.
Maléakhi ngémutaken dhateng bangsa Israèl badhé wontenipun “Dinané Pangéran.  Dintenipun Pangéran Allah inggih punika dinten anggènipun Gusti Allah rawuh lan nélakaken pangadilanipun dhateng sadaya manungsa. Ing dintenipun Pangéran Allah badhé wonten pilah-pilahipun antawising manungsa ingkang sembrana (Bs. Indonésia: fasik) kaliyan tiyang ingkang leres,  ing pundi tiyang ingkang sembrana badhé angsal paukuman lan tiyang ingkang leres badhé angsal kamulyan awit kasetyanipun. “Plethèking surya” tumuju dhateng kasetyan ingkang dipun tindakakaken déning tiyang leres wonten ing gesangipun lan tetep setya ngugemi gesang ing salebeting kaleresan, sanadyan kathah panggodha kepara pangancam ingkang nempuh. Sanadyan tiyang sembrana mboten ateges tiyang ingkang mboten gadhah agami, ananging tiyang sembaran punika tiyang ingkang ngugemi agami namung kémawon agami dipun anggé pados kauntungan pribadi utawi golonganipun.
Dintenipun Pangéran Yéhuwah ugi dipun aturaken déning sang juru masmur, bilih kaadilanipun Gusti Allah badhé kababaraken, sanadyan ta sang juru masmur mboten sacara wantah ngandikaken bab dintenipun Pangéran Yéhuwah, ananging kaadilanipun badhé dipun katingalaken. Kaadilanipun Gusti lumantar angger-anggeripun ingkang sampun dipun paringaken dhateng manungsa jalaran manungsa asring nerak angger-anggeripun Gusti. Pramila satunggaling kidung anyar kedah dipun undanganken. Kidung Anyar tegesipun ningali sacara pramana (Bs Indonésia: kritis) bab pranatanipun Gusti (=Majelis) ingkang tundhonipun kanggé mbabar kamulyan lan kaluhuraning Gusti Yésus Kristus. Angger-anggeripun Gusti namung kagem kamulyaning Gusti Yésus lan kawilujenganing manungsa, sanès dados saranan nindhes sesamining manungsa. Gusti mesthi tansah badhé ènget dhateng sih-kasetyanipun. Sih-kasetyanipun Gusti ateges Gusti mboten badhé nilar umat kagunganipun ingkang setya. Sadaya panandhang, kasangsaranipun, lan pacobèn tansah dipun gatosaken. Kasangsaraning umat tansah dipun gatosaken, pasambatipun tansah dipun pyarsakaken.  Inggih punika kaadilanipun Gusti Allah  ing pundi Gusti Allah milujengaken umatipun lumantar pangadilan lan paring paukuman dhateng manungsa ingkang lampah sembrana sarta mboten leres. Kidung anyar inggih punika satunggaling tumindak madosi karsaning Allah ingkang leres ing salebeting gesang suci ingkang dipun kersakaken déning Gusti. Kidung anyar inggih gesang kanthi asikep kritis tumrap punapa ingkang wonten ing sakiwa tengenipun, kalebet anggènipun manembah dhumateng Allah ingkang saèstu katujokaken dhateng Gusti Allah, sampun ngantos malah dipun slèwèngaken déning manungsa.
Sabdaning Gusti Allah saged ugi dipun wolak-walik déning manungsa, kanthi ancas pados kauntungan pribadi kanggé dirinipun piyambak. Pramila sanès prekawis ingkang mokal menawi bebadan agami dipun ginakaken kanggé kepentingan sagolongan tiyang. Rasul Paulus sampun ngèngetaken pasamuwan ing bab punika, ing pasamuwan Tésalonika wonten sadhèrèk ingkang pados kauntungan pribadi anggènipun gesang sesarengan wonten ing pasamuwanipun Gusti. Sapérangan warga pasamuwan pados untungipun piyambak kanthi gesang kesèd mboten purun nyambut damel. Ing pasamuwan Tésalonika pancèn asring dipun wontenaken bujana asih, ananging bujana kala wau déning sawetawis tiyang namung pados kauntungan piyambak, mboten purun nyambut damel namung nedha kémawon. Rasul Paulus paring tuladha gesangipun, sanadyan piyambakipun punika paladosing pasamuwan, ananging tetep nyambut damel kanggé nyekapi kabetahaning gesangipun. Tuladha ingkang dipun tindakaken déning rasul Paulus punika, èstunipun ngatag dhateng pasamuwan ing Tésalonika supados tetep makarya lan leladi kanggé kamulyanipun Gusti saha ngrembakaning pasamuwan. Déning rasul Paulus, pasamuwan kaatag asikep kritis tumrap sawatawis sadhèrèk ingkang gesangipun sembrana lan mboten tumata sarta namung pados kauntungan. Tumrap warganing pasamuwan ingkang gesangipun mboten tumata lan sembrana, namung pados kauntungan piyambak, rasul Paulus mulang pasamuwan kasebat supados ngémutaken lan dipun “tebihi” kanthi ancas supados  sampun ngantos nulari dhateng pasamuwan sanèsipun.
 Kados déné ingkang dipun ngandikakken déning Gusti Yésus, bilih para pandhèrèkipun kedah manggul salibipun piyambak-piyambak. Gesang leres lan setya dhateng Gusti pancèn kedah nanggel tanggel jawab (konsekuensi) setya dumateng Allah srana mbuwang raos mélik lan pados kauntungan pribadi. Manungsa pancèn mboten uwal saking panggodha ingkang nempuh ing gesangipun, makaten ugi ing salebeting pasamuwanipun Gusti.   Kasetyan dhumateng sabdaning Allah lan gesang kagem kamulyaning Gusti minangka salib ingkang kedah dipun pikul. Salah satunggaling pakulinan ing satengahing pasamuwan pinanggih tebih saking karsanipun Allah lan anggènipun asikep kritis sarta badhé ngéwahi pakulinan punika dados séla sandhungan kanggé sawetawis sadhèrèk. Prekawis punika kedah dipun éwahi tumuju ing kaleresan, “Padalemaning Allah” kedah dipun rubuhaken lan dipun wangun Padaleman ingkang Anyar adhedhasar Séla Pojokan ingkang Sejati, inggih punika Gusti Yésus piyambak. Kidung anyar kedah kakidungaken, nggantos kidung ingkang lawas ingkang sampun bléro suwantenipun.  Tanggel jawab (konsekuensi) saking setya-tuhu ndhèrèk Gusti Yésus pancèn panandhang lan kasisahan. Gesang ndhèrèk Gusti Yésus kedah gesang suci sanadyan kedah nandhang sisah lan panganiaya saking sadhèrèk ingkang mboten remen tumuju éwah-éwahahing gesang ingkang leres.
Pramila, minangka satunggaling patunggilan, tiyang pitados kedah tansah gesang nunggil ing Gusti lan tansah mbudidaya madosi kaleresan manut ing Sabdaning Allah ing gesangipun lan kababaraken wonten ing sauruting gesang. Minangka patunggilaning, tiyang pitados kedah tansah nélakaken Sabdaning Allah ing gesangipun ngener dhateng gesang suci. Patunggilaning tiyang pitados sampun ngantos dhumawah namung ngudi panguwaos ingkang wusananipun nindhes tiyang sanès, pepinginan daging ingkang wusananipun nilar dhateng kaleresan, punapa malih ngagem asmanipun Gusti Allah kanggé kapentingan pribadi. Patunggilanipun tiyang pitados kedah tansah asikep kritis ing gesang pitados ing salebeting raos pasrah, matemah kawicaksanan dipun tampi lan gesang ing salebeting kaleresan. Saben gegelitan patunggilanipun tiyang pitados kedah gesang kanthi mulad sarira dhumateng gesangipun piyambak saha sesambetan kaliyan Gusti Yésus lan sesami. Punapa déné sadayanipun punika namung kagem Gusti lan kasaénaning sesami lan gesang sesarengan, mboten kanggé dhiri pribadi utawi golongan. Pancèn sadaya kalawau kedah kinanthènan manggul salib, dipun sengiti, dipun tebihi, malah dipun aniaya déning kathah tiyang. Ananging Gusti tansah mitulungi lan nélakaken kaadilanipun sarta kaleresanipun. Panjenenganipun mboten badhé négakaken tiyang pitados, Panjenenganipun badhé njejegaken kaadilanipun lan ngukum tiyang ingkang sembrana lan gesang mboten tumata, sarta ngluhuraken tiyang ingkang mursid nyata ingkang gesang ing ngudi kasucèn saha kaleresan.
Dintenipun Pangéran mesthi rawuh lan ing dintenipun Pangéran kasebat badhé kababaraken kaadilanipun Gusti Allah dhateng sadaya manungsa ing pundi kaleresan badhé kaluhuraken lan gesang sembrana kabesmi ing latu. Dintening Pangéran sanès pangancam ingkang nuwuhaken raos ajrih kanggé tiyang leres, malah dados wujuding pengajeng-ajeng lan daya gesang ing pundi wohing kasetyan inggih punika nampi kaadilan lan gesang suci badhé nampi kamulyan. Pramila dadosa patunggilaning tiyang pitados ingkang wicaksana  ingkang tansah madosi karsaning Gusti Allah ingkang leres lan dipun wujudaken ing gesang leres lan dipun katingalaken ing gesang suci ingkang sejati. Amin.




Minggu, 20 November 2016
Hari Minggu Kristus Raja Semesta Alam

Tema Perayaan Iman
Persekutuan yang berbakti kepada Kristus, Raja Semesta Alam
Daftar Bacaan Kitab Suci
Bacaan I                                    : Yeremia 23:1-6
Mazmur antar Bacaan            : Mazmur 46
Bacaan II                                   : Kolose 1:11-20  
Bacaan Injil                              : Lukas 23:33-43
Tujuan Perayaan Iman
Umat memiliki hikmat dan pengetahuan yang benar tentang siapa Tuhan Yesus Kristus, Raja semesta alam.
Umat memiliki kebaktian yang baik kepada Sang Raja semesta alam.
Pelengkap Bacaan Alkitab untuk Liturgi I
Berita Anugerah                     : Yeremia 23:4
Petunjuk Hidup Baru             : Kolose 1:23
Persembahan                          : Mazmur 46:12
Daftar Nyanyian untuk Liturgi I
Bahasa Indonesia                 
Nyanyian Pujian                      : KJ 415:1,2
Nyanyian Penyesalan             : KJ 48:1,4
Nyanyian Kesanggupan         : KJ 377:1,3
Nyanyian Persembahan        : KJ 288:1,4
Nyanyian Akhir Kebaktian     : KJ 289:1,9

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji                         : KPK BMGJ 12:1,2
Kidung Panelangsa                 : KPK BMGJ 53:1,4
Kidung Kesanggeman            : KPK BMGJ 27:1,3
Kidung Pisungsung                 : KPK BMGJ 187:1,2
Kidung Pungkasan                  : KPK BMGJ 13:1,2

Pdt. Setiyadi (GKJ Ngentakrejo)-

Keterangan Bacaan
Yeremia 23:1-6
Gembala adalah metaphor untuk pemimpin, dan domba gembalaan adalah gambaran untuk umat. Dalam Perjanjian Lama, TUHAN sering digambarkan sebagai gembala untuk melukiskan kepemimpinan TUHAN atas umat. Gembala yang baik, bertanggung jawab kepada kawanan domba-dombanya. Keselamatan para domba sangat tergantung dari kepiawaian sang gembala dalam menggembalakan.
Bila dicermati, visi Yeremia tentang sosok gembala, jelas-jelas menyangkut soal kepemimpinan. Ada yang salah dari para pemimpin, ketika hidupnya dikuasi ambisi dan kepentingan diri, lupa pada kawanan umat yang dipercayakan kepadanya. Terkait dengan ini, baik bila kebijaksanaan Timur diajak berdialog dalam rangka menghadirkan kepemimpinan yang ideal dan operasional. Bagaimana sosok gembala itu dimaknai oleh dunia Timur melalui konsepsi Asthabrata (delapan watak kepemimpinan yang adiluhung). Seorang pemimpin, gembala yang baik, selayaknya menguasai kedelapan watak sebagai berikut:
Tirta (air): memberi kehidupan dan menumbuhkan
Kartika (bintang): memberi inspirasi atau petunjuk dalam memaknai hidup
Surya (mentari): memberikan energi dan kekuatan semesta
Candra (bulan): memberikan keteduhan
Bayu (angin): memberikan kedalaman berpikir dan kemampuan mengarahkan tindakan
Bantala (bumi): memberikan kesuburan
Baruna (laut): memberikan keluasan cakrawala pengetahuan sehingga jauh dari kerdil pikir
Dahana (api) : mengobarkan semangat

Dunia Timur memiliki cara yang unik untuk melukiskan kemaharajaan Sang Pencipta. Bahwa dari pancaran keutamaan ciptaan, terlukislah sosok Sang Pencipta. Artinya, sosok TUHAN, sang pemimpin umat, akan terlukis secara gamblang dari refleksi atas keutamaan ciptaan seperti tercermin dari kedelapan watak kepemimpinan di atas. Menariknya, kepemimpinan TUHAN dalam asthabrata ini bukan menjadi hak istimewa TUHAN untuk dimiliki sendiri, tetapi dianugerahkan kepada manusia melalui tanggung jawab yang diberikan. Kedelapan watak utama pemimpin tersebut tentu dibutuhkan, baik dalam dunia sekuler maupun rohani. Para pemimpin yang masih sibuk dengan dirinya sendiri perlu melakukan revolusi mental dengan mengacu keutamaan pemimpin dalam asthabrata. Mengingat, dari masa ke masa, dari generasi ke generasi, warga bangsa sangat membutuhkan pemimpin yang menerbitkan matahari keadilan, candra kebijaksanaan dan kartika kemakmuran.

Makna Teks dalam Konteks Pelayanan Sinode GKJ
Dalam rangka menatap ke depan, GKJ bertanggung jawab melahirkan calon-calon pemimpin, calon-calon pembesar, dan juga calon-calon pengusaha yang berwatak asthabrata. Baik itu dalam dunia sekuler maupun dunia rohani. Kepemimpinan asthabrata pantas diacu untuk ditemukan makna spiritual dan pastoral kristianinya. Dengan wawasan asthabrata, diharapkan menjadi kekuatan revolusioner bagi kemakmuran seluruh negeri tanpa sekat-sekat pembeda.

Makna Teks dalam Konteks Perayaan Liturgi Gereja
Dalam konteks hari Minggu Kristus Raja, perihal kemaharajaan Kristus, Sang Gembala yang baik, pantas menjadi permenungan Gereja. Kemaharajaan Kristus tidak melahirkan arogansi kekuasaan, tetapi pemenuhan cita-cita kepemimpinan yang mengayomi dan penuh belas kasihan. Dialah Sang Ratu Adil, Raja Semesta Alam, yang lahir dari tunas Daud: ”Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri” (Yer 23:5).

Mazmur 46
Mazmur 46 ini termasuk nyanyian kemenangan. Jenis nyanyian yang digemari oleh bani Korah sebagai kelompok pemusik yang hebat. Sebagai nyanyian kemenangan, biasanya dinyanyikan oleh sekelompok anak dara, sebagaimana ditandakan dengan lagu: Alamot.
Lagu kemenangan ini pertama-tama ditujukan kepada kekuatan TUHAN semesta alam. Tidak heran bila tema ini digemakan sangat kuat dalam lagu dan nyanyian Mazmur ini. Umat diajak menghayati bahwa Allah adalah tempat perlindungan dan kekuatan, penolong yang selalu dapat diandalkan. Tidak ada alasan lagi untuk takut. Kekuatan Allah melebihi kekuatan alam, seperti bumi yang berubah, gunung-gunung yang goncang, dan laut yang ribut. Mengingat hukum alam semesta berada di dalam kuasa TUHAN semesta alam, kepercayaan kepada-Nya pantas dilestarikan turun-temurun. Bahwa, TUHAN semesta alam adalah kota benteng kita dan selalu menyertai kita.
Makna Teks dalam Konteks Pelayanan Sinode GKJ
Dalam rangka mengerjakan misi pelayanan, kekuatan TUHAN semesta alam adalah tumpuan dan alasan GKJ.

Makna Teks dalam Konteks Perayaan Liturgi
Keyakinan kepada kemaharajaan TUHAN perlu selalu dipelihara dalam kebaktian GKJ melalui pengakuan iman dan nyanyian kemenangan iman.

Kolose 1:11-20
Rasul Paulus mempunyai gambaran unik ketika menjelaskan tentang Tuhan Yesus yang telah mengubah hidupnya. Inilah keunggulan dari Rasul Tuhan ini. Pengalaman rohaninya yang mendalam memampukan dia memberi keterangan yang lengkap tentang pribadi Yesus Kristus, sebagaimana tercermin dalam doanya untuk jemaat di Kolose.
Rasul Paulus berharap supaya jemaat memiliki hikmat dan pengetahuan yang benar supaya mengerti kehendak TUHAN di dalam Kristus. Pengetahuan demikian akan mendatangkan keuntungan besar bagi jemaat, terutama ketika mengalami kesengsaraan dan penganiayaan. Bagi orang-orang yang memiliki hikmat dan pengetahuan tentang Kristus, ia pun dapat menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, serta tetap bersyukur. Mengingat, Kristus yang telah menderita sengsara itu sekaligus yang memiliki kuasa atas triloka (dunia bawah, dunia tengah, dan dunia atas). Kuasa kegelapan dari dunia bawah telah dikalahkan, yang memungkinkan bagi milik-Nya untuk tinggal dalam kerajaan terang, sebagaimana ketentuan bagi orang-orang kudus.
Maka dari itu, Rasul Paulus sangat mengharapkan supaya Jemaat Kolose memuji Kristus sebagai raja semesta raya. Karena Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, dan lebih utama dari segala yang diciptakan. Kristus adalah empunya semua ciptaan, baik yang ada di sorga dan yang ada di bumi, baik yang kelihatan mapun yang tidak kelihatan. Dalam Kristuslah, seluruh kepenuhan Allah diam.

Makna Teks dalam Konteks Pelayanan Sinode GKJ
Gereja sebagai kehidupan bersama keluarga Allah memiliki kewajiban untuk belajar bersama supaya memiliki hikmat dan pengetahuan yang benar tentang Kristus. Hikmat dan pengetahuan ini niscaya akan menggerakkan seluruh umat untuk berpartisipasi dalam karya pelayananan bersama tanpa takut dan gentar.
Makna Teks dalam Konteks Perayaan Liturgi
Dalam rangka merayakan hari Minggu Kristus Raja Semesta Alam, maka pujian kepada Kristus, sebagai gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, dan lebih utama dari segala yang diciptakan, pantas dikumandangkan. Pujian yang mendatangkan pengalaman rohani supaya jemaat mengalami kepenuhan Allah di dalam Kristus Sang Raja.

Lukas 23:33-43
Salib adalah penghinaan. Orang-orang yang suka memakai simbol salib sebagai hiasan di rumah hingga melekat di badan harus paham dengan hal tersebut. Memang, berkat sentuhan kreatif, banyak hiasan salib berharga mahal. Entah itu dibuat dari emas, perak, kayu hingga bahan batu akik Klawing yang bernilai seni tinggi. Bagaimanapun wujud salib yang dipakai, sadarlah bahwa salib adalah penghinaan dan hukuman.
Hukuman salib menjadi sedemikian populer karena Putra Allah yang turun ke bumi mengalami hukuman ini. Hinaan dan olok-olokan ditujukan kepada-Nya. Sungguh, Putra Allah itu dipermalukan sedemikian rupa. Tengoklah ejekan para pemimpin kala itu: ”Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah”. Tak kalah sengit, ibarat pepatah ”guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, para bawahan, yakni para prajurit, pun mengolok-olok Tuhan dengan mengunjukkan anggur asam kepada-Nya. Jenis minuman yang layak bagi orang-orang rendah dan malang. Belum lagi kata-kata mereka yang asam bercampur pedas: ”Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!" Tidak cukup dengan kata-kata, tulisan penuh hinaan pun dipajang sangat mencolok dalam berbagai bahasa: ”Inilah raja orang Yahudi”. Semua bangsa dari suku mana pun diharapkan mengerti betapa hinanya Putra Allah yang disalibkan itu. Seolah larut dalam emosi para pemimpin dan para prajurit, salah satu penjahat yang digantung di sisi Tuhan pun berbuat sama. Tidak sadar betapa ia sedang menyengsarakan nyawanya yang hampir meregang.
Namun, siapa sangka bahwa penghinaan dan hukuman salib itu melahirkan keselamatan kekal. Tak banyak yang mengerti bahwa Sang Raja yang dihina itu adalah penguasa Triloka. Penjahat yang menegur keras temannya itulah yang mendapatkan pencerahan rohani. Ia menerima penderitaan salib sebagai hukuman yang setimpal, sehingga ia pun berserah penuh kepada Sang Raja yang disalibkan bersamanya: ”Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”.

Makna Teks dalam Konteks Pelayanan Sinode 2015
Menghina atau mengolok-olok orang lain, seperti dilakukan para prajurit dan salah satu penjahat yang disalib bersama Tuhan, harus menjadi pantangan dalam karya pelayanan bersama. Sebaliknya, bila karya Gereja malah menjadi bahan olok-olok biarlah mendekatkan kita kepada kisah penyaliban, dan semakin mendekatkan kita kepada Sang Raja Semesta Alam.

Makna Teks dalam Konteks Perayaan Liturgi
Kemaharajaan Kristus tidak bisa dilepaskan dari peristiwa salib. Karena inilah yang spesial dari kedudukan Kristus sebagai Raja. Salib sebagai tempat olok-olokan, diubah Kristus menjadi pangkal keselamatan. Peristiwa inilah yang pantas disyukuri oleh Gereja dalam merayakan liturginya seraya berdoa: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja".

Harmonisasi Bacaan
Bacaan I – memberi gambaran tentang kepemimpinan TUHAN atas umat. Kepemimpinan itu dilukiskan sebagai gembala yang baik. Gembala yang baik bertanggung jawab kepada kawanan domba-dombanya. Gembala yang baik, bila dicermati, ternyata mencerminkan watak keutamaan dari alam ciptaan TUHAN. Alam diciptakan untuk memberikan sesuatu kepada kehidupan dan tidak mengambilnya. Ambillah contoh matahari. Matahari diciptakan untuk memberikan sinar, terang, dan cahaya. Oleh karena itu, pemimpin, sebagai gembala yang baik, memiliki keutamaan memberi juga. Bahkan memberikan nyawanya untuk kawanan gembalaannya.
Mazmur antar bacaan – mengungkapkan kekuatan Allah yang melebihi kekuatan alam, seperti bumi yang berubah, gunung-gunung yang goncang, dan laut yang ribut. Mengingat, hukum alam semesta berada di dalam kuasa TUHAN. Menariknya, kekuatan dan kuasa TUHAN memantul dari alam ciptaan seperti air, api, angin, maupun bumi. Untuk memahami kekuatan dan kuasa TUHAN, kemungkinannya adalah dengan memahami dan mencintai alam.
Bacaan II – memberikan keterangan tentang Kristus sebagai raja atas semesta. Kristus yang telah menderita sengasara adalah sekaligus yang memiliki kuasa atas triloka (dunia bawah, dunia tengah, dan dunia atas). Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, dan lebih utama dari segala yang diciptakan. Kemaharajaan Kristus ternyata tidak terlepas dari eksistensi ciptaan. Mengingat, Ia pernah tinggal sangat dekat dengan makhluk ciptaan.
Bacaan Injil – memberikan pendidikan mistagogi yang penting dalam kurikulum kekristenan. Dia yang disalib dan kelihatan tidak berdaya itu sejatinya adalah raja atas alam semesta. Untuk memahami ini dibutuhkan rahmat Allah seperti didapatkan oleh salah satu penjahat yang disalib di samping Tuhan. Rahmat Allah disediakan terutama bagi orang-orang yang dapat memaknai kesengsaraan hidupnya. Hal ini hanya mungkin bila orang tersebut dengan rajin merenungkan sengsara Kristus, kelemahan manusiawi mereka sendiri, dan kebaikan TUHAN yang melampaui segalanya.

Renungan Atas Bacaan:
“Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."
Ada banyak pengalaman orang menjadi pengikut Kristus. Paling umum adalah Kristen liklawiwit cilik mula, Kristen karena keturunan. Kemudian menjadi Kristen ketika sudah dewasa. Entah karena tertarik dengan pribadi Kristus hingga tertarik dengan pribadi-pribadi orang Kristen. Tidak heran jika saking tertariknya dengan pribadi orang Kristen, mantap menikah secara gerejawi, dengan berkat pernikahan kudus. Bagaimanapun riwayat seseorang menjadi Kristen, sangat dianjurkan mengalami kepenuhan Allah di dalam Kristus (bdk. Kolose 1:19). Bagaimana caranya?
Bacaan Injil pada hari Minggu Kristus raja semesta alam kali ini, menyediakan bahan permenungan yang menarik sebagai kajian. Adalah seorang penjahat yang disalib bersama Tuhan yang dapat berserah penuh melalui doanya: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”. Padahal, jelas-jelas Tuhan Yesus kelihatan tidak berdaya. Menyelamatkan diri-Nya dari kayu salib saja kelihatan tidak punya tenaga. Namun, mengapa penjahat itu bisa melihat kemaharajaan Tuhan Yesus di balik ketidakberdayaan-Nya? Penjahat itu jelas-jelas melawan arus. Ketika banyak orang dengan tanpa sungkan mengolok-olok dan menghina Tuhan, ia malah memilih memuji dan memuliakan Tuhan sebagai raja semesta alam.

Perenungan Lebih Jauh
Apa yang membuat penjahat yang disalib di sisi Tuhan Yesus dapat berserah penuh dengan memanjatkan doa: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja"?

Pokok dan Arah Pewartaan
Berdasarkan renungan di atas, pewartaan pada hari Minggu ini adalah tentang kemaharajaan Kristus yang unik. Ia yang disalib dan tampak tiada daya itu adalah ternyata Sang Raja semesta alam. Kata-kata penjahat, yang berserah penuh kepada Tuhan Yesus, pantas menjadi pokok pewartaan. “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”. Dengan pokok pewartaan ini, arah yang hendak dituju adalah supaya umat memiliki hikmat dan pengetahuan yang benar tentang siapa Tuhan Yesus Kristus.


Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia
Tema:
“Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja"

Dalam dunia cerita, Ahik memiliki teman baru di tempat kursus Bahasa Inggris, bernama Dorothea. Gadis periang yang seiman. Sepulang kursus, terjadilah percakapan yang menarik perihal nama masing-masing. Mengingat, ketika Bu Guru Siti Amanah Mulia mengabsen, nama Ahik paling mendapat perhatian, hingga guru cantik berhijab itu pun tidak bisa menahan senyum. Dorothea pun memulai percakapan.
”Ak, namamu itu unik ya. Ahik.”
”Unik dan menarik Te,” Ahik kelihatan percaya diri dengan namanya.
”Menariknya di mana sih?”
”Karena biyung itu mengidolakan Ahok, dan mendiang bapak itu pecinta batu akik. Jadilah nama Ahik.”
”Hi, hi, hi, hi, hi, hi, hi… Biyungmu itu memiliki kecerdasan logika yang pantas diacungi jempol, ya?”
”Kalau nama Dorothea, punya daya tarik ndak, Te?”
”Memang sih, tidak secanggih nama Ahik, tapi aku sangat bangga dengan nama Dorothea. Kata mama, Dorothea itu nama seorang putri yang cantik jelita di daerah Kaisarea. Hidup pada abad ke-4, pada zaman pemerintahan Kaisar Diokletianus. Nah, gubernur di Kaisarea waktu itu, yang bernama Fabricius, sampai naksir sama dia. Bisa membayangkan kan Ak, betapa cantiknya Dorothea, seorang gubernur sampai tertarik?” Dorothea ingin meyakinkan Ahik tentang kecantikan putri tersebut, dengan harapan kecantikan dirinya disamakan dengan kecantikan sang putri yang tengah diceritakan.
”Iya, pasti secantik ibu Veronika istri Pak Ahok, Gubernur Jakarta pengganti Pak Jokowi,” kata Ahik dengan mantap.
”Yah, ada gadis cantik di depannya, yang diingat malah ibu Veronika,” Dorothea kelihatan sedikit kecewa tetapi tetap semangat untuk melanjutkan ceritanya.
”Namun putri Dorothea tidak mau Ak, tahu ndak soalnya? Karena gubernur itu tidak Kristen. Bahkan, ketika putri Dorothea diancam akan disiksa dan dibunuh, tetap tidak gentar. Di hadapan Fabricius, Dorothea dengan tegas menjawab: ’Segeralah bunuh aku, agar secepatnya aku memuji Tuhanku di surga.’ Theophilus, pengawal Gubernur Fabricius dengan segera mengejek dan mengatakan: ’Kalau engkau sampai di surga, tolong kirimkan kepadaku buah-buahan dan bunga mawar.” Pada waktu yang telah ditentukan, seorang algojo memenggal leher Dorothea dengan pedangnya. Seketika itu juga wafatlah Dorothea sebagai martir Kristus yang jaya. Pada malam hari, seorang malaikat kecil menampakkan diri kepada Theophilus. Malaikat itu menjinjing satu keranjang berisi buah apel dan bunga mawar dan memberikan kepada Theophilus. Katanya: ’Hai Theophilus, inilah kiriman dari Dorothea untukmu!” Takutlah Theophilus, sebelum akhirnya ia menentukan untuk bertobat dan menjadi Kristen.”
”Ooo, berarti namamu memiliki teladan iman yang hebat ya, Te. Seorang putri yang menjadi pahlawan iman!”
Sesampai di rumah, Ahik terus memikirkan percakapannya dengan Dorothea. ”Mengapa putri Dorothea tidak takut menghadapi ancaman hukuman mati demi Tuhan yang dicintainya? Tentu sang putri memiliki pemahaman yang mendalam tentang siapa Tuhan Yesus Kristus. Semoga besok waktu kebaktian, aku mendapatkan jawabannya”, gumamnya dalam hati.
Keesokan harinya, Ahik berangkat kebaktian ke GKJ Ngentakrejo bersama Biyung Emban. Hari itu adalah hari Minggu Kristus Raja semesta alam. Berbekal percakapannya dengan Dorothea, Ahik pun menyimak dengan penuh perhatian bacaan kitab suci pada hari itu. Apalagi, yang menjadi lektor adalah Nawangsih, teman pelayan anak yang bersuara merdu. Rahmat yang diminta Ahik pada kebaktian hari itu adalah mohon penyingkapan pewahyuan tentang siapa Tuhan Yesus Kristus hingga seorang putri seperti Dorothea berani menjadi martir.
Bacaan pertama memperkenalkan Ahik pada sosok gembala yang baik. Sosok gembala yang baik dipakai dalam Alkitab untuk melukiskan pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik adalah yang berani mengorbankan nyawanya untuk kawanan dombanya. ”Ini kan menggambarkan siapa Tuhan Yesus,” pikir Ahik dalam hati. Apalagi dalam nyanyian pembuka tadi, yang dinyanyikan umat adalah Kidung Jemaat 415, ‘Gembala Baik Bersuling Nan Merdu’. Ketika merenungkan sosok pemimpin yang baik, yang menarik bagi Ahik, Pak Pendeta menambahkan referensi berdasarkan konsep asthabrata. Konsep dari Timur yang banyak menghiasi buku-buku tentang kepemimpinan. Apalagi bagi yang gemar kisah Ramayana, asthabrata merupakan ajaran penting dari Sri Rama kepada Bharata adiknya yang tidak mau naik tahta di Ayodya. Dalam dunia wayang Jawa, hal ini juga menjadi inti piwulang dalam lakon Wahyu Makutharama (Wahyu Mahkota Sri Rama). Asthabrata adalah delapan watak pemimpin yang mencerminkan sebagai berikut:
Tirta (air):                        memberi kehidupan dan menumbuhkan,
Kartika (bintang):         memberi inspirasi atau petunjuk dalam memaknai hidup,
Surya (mentari):           memberikan energi dan kekuatan semesta,
Candra (bulan):             memberikan keteduhan,
Bayu (angin):                 memberikan kedalaman berpikir dan kemampuan mengarahkan tindakan,
Bantala (bumi):            memberikan kesuburan,
Baruna (laut):                memberikan keluasan cakrawala pengetahuan sehingga jauh dari kerdil pikir,
Dahana (api) :               mengobarkan semangat.
Ternyata dunia Timur memiliki cara yang unik untuk melukiskan kemaharajaan Sang Pencipta. Bahwa dari pancaran keutamaan ciptaan, terlukislah sosok Sang Pencipta. Menariknya, pancaran keutamaan ciptaan yang melukiskan sosok kemaharajaan TUHAN ini tidak untuk dimiliki sendiri, tetapi dianugerahkan kepada manusia melalui tanggung jawab yang diberikan. Dan, kedelapan watak utama pemimpin tersebut tentu dibutuhkan baik dalam dunia sekuler maupun rohani. Para pemimpin yang masih sibuk dengan dirinya sendiri perlu melakukan revolusi mental dengan mengacu keutamaan pemimpin dalam asthabrata. Mengingat, dari masa ke masa, dari generasi ke generasi, warga bangsa sangat membutuhkan pemimpin yang menerbitkan matahari keadilan, candra kebijaksanaan dan kartika kemakmuran.
Mendengarkan itu, Ahik jadi memaklumi mengapa biyungnya begitu mengidolakan Ahok. Sosok pemimpin yang tidak takut mati untuk menegakkan konstitusi. Sejurus kemudian, Pak Pendeta juga mengingatkan bahwa konsep asthabrata ini juga disingkapkan oleh Mazmur 46 melalui lagu kemenangan. Lagu yang mengagungkan kekuatan TUHAN yang melebihi kekuatan alam semesta. Kekuatan alam, keutamaan ciptaan, menjadi sarana bagi manusia untuk mengenal TUHAN secara lebih mendalam. Alam bukan untuk disembah, melainkan untuk dikagumi dengan rasa syukur yang ditujukan kepada TUHAN semesta alam.
Bila diperhatikan, dalam bacaan II, untuk menghormati Kristus, Rasul Paulus juga memanfaatkan kekuatan alam. Rasul Paulus sangat mengharapkan supaya Jemaat Kolose memuji Kristus sebagai raja semesta raya. Karena Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, dan lebih utama dari segala yang diciptakan. Kristus adalah empunya semua ciptaan, baik yang ada di sorga dan yang ada di bumi, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Dalam Kristuslah seluruh kepenuhan Allah diam. Itulah mengapa, Kristus dihormati oleh Gereja sepanjang masa sebagai Raja semesta alam.
Menariknya, dalam kisah Injil, sosok Kristus Sang Raja malah digambarkan sedemikian tidak berdaya di kayu salib. Bahkan banyak hinaan dan olok-olokan ditujukan kepada-Nya. Putra Allah itu dipermalukan sedemikian rupa. Tengoklah ejekan para pemimpin kala itu: ”Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah”. Tak kalah sengit, ibarat pepatah ”guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, para bawahan, yakni para prajurit, pun mengolok-olok Tuhan dengan mengunjukkan anggur asam kepada-Nya. Jenis minuman yang layak bagi orang-orang rendah dan malang. Belum lagi kata-kata mereka yang asam bercampur pedas: ”Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” Tidak cukup dengan kata-kata, tulisan penuh hinaan pun dipajang sangat mencolok dalam berbagai bahasa: ”Inilah raja orang Yahudi”. Semua bangsa dari suku mana pun diharapkan mengerti betapa hinanya Putra Allah yang disalibkan itu. Seolah larut dalam emosi para pemimpin dan para prajurit, salah satu penjahat yang digantung di sisi Tuhan pun berbuat sama. Tidak sadar betapa ia sedang menyengsarakan nyawanya yang hampir meregang.
Namun siapa sangka bahwa penghinaan dan hukuman salib itu melahirkan keselamatan kekal. Tak banyak yang mengerti bahwa Sang Raja yang dihina itu adalah penguasa Triloka. Penjahat yang menegur keras temannya itulah yang mendapatkan pencerahan rohani. Ia menerima penderitaan salib sebagai hukuman yang setimpal, sehingga ia pun berserah penuh kepada Sang Raja yang disalibkan bersamanya: ”Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”.
Mendengarkan uraian khotbah itu, Ahik pun dapat memahami mengapa putri Dorothea begitu rindu memuji Tuhannya daripada diperistri gubernur Fabricius yang tidak Kristen. Sang Putri tidak ingin mengolok-olok Sang Raja semesta alam dengan mengkhianati imannya. Ahik pun dalam hati berucap kata, ”Terpujilah Tuhan Yesus Kristus Sang Raja semesta alam”. Amin.


Khotbah Jangkep Bahasa Jawa
Irah-irahaning Khotbah:
”Dhuh Gusti Yésus, mugi Paduka kersaa ngèngeti dhateng kawula, menawi Paduka rawuh ing Kraton Paduka”

Ing alaming cariyos, Ahik pikantuk kanca anyar ing papan kursus Bahasa Inggris, namanipun Dorothéa. Kenya ingkang sumèh lan nunggil kapitadosan. Sawangsulipun kursus, sami wicantenan bab namanipun piyambak-piyambak. Ngèngeti, nalika Ibu Guru Siti Amanah Mulia nimbali mbaka setunggal, nama Ahik pikantuk kawigatosan mirunggan, ngantos bu guru ingkang ngagem jilbab lan ayu ing warni punika boten saged ngendheg èsemipun. Dorothéa miwiti anggènipun wicantenan.
”Ak, jenengmu kuwi unik ya? Ahik.”
”Unik lan nengsemké ati Té.” Ahik ketingal PD kaliyan namanipun.
”Wah, nengsemké kepriyé, ta?”
”Amarga biyungku remen karo Pak Ahok, lan swargi bapak kuwi pandhemen watu akik. Mula aku dijenengi Ahik.”
”Hi, hi, hi, hi, hi, hi, hi… Biyungmu kuwi cerdas temen ya, carané mikir jempolan tenan.”
”Lha yen jenengmu Dorothéa, apiké ana ngendi, Té?”
”Pancèn ora canggih kaya jenengmu. Nanging aku bangga karo jenengku, Dorothéa. Ngendikané mama, Dorothéa kuwi asmané sawijining putri sing ayu banget ing tlatah Kaisaréa. Sugeng ing abad IV, jamané Kaisar Dioklétianus. Lha, gubernur ing Kaisaréa wektu kuwi, asmané Fabricius, nganti ngersakné arep mundhut garwa. Bisa dibayangké to Ak, saiba sulistyané putri Dorothéa, gubernur waé nganti nandhang kasmaran?” Dorothéa kepéngin ngyakinaken Ahik kaliyan kasulistyanipun sang putri, kanthi pangajeng-ajeng kasulistyanipun dipun samèkaken kaliyan kasulistyanipun sang putri ingkang mentas dipun cariyosaken.
”Iya, mesthi ayuné kaya Ibu Véronika garwané Pak Ahok, Gubernur Jakarta sing nggenténi Pak Jokowi,” Ahik nanggapi kanthi mantep.
”Owalah, ana kenya ayu ing sangarepé, sing diélingi malah Ibu Véronika,” Dorothéa ketingal radi gela nanging tetep semangat nglajengaken cariyosipun.
”Nanging putri Dorothéa gemang Ak. Ngerti sebabé? Amarga gubernur kuwi ora ngrasuk agama Kristen. Kepara, nalika sang putri kaancam arep disiksa lan disédani, tetep ora gigrig. Ing ngarsané Fabricius, putri Dorothéa kanthi cetha ngaturké wangsulan, ’Sampun mangu-mangu merjaya kawula, supados kawula énggal ngluhuraken Gusti kawula ing swarga.’ Theophilus, pengawalipun Gubernur Fabricius agé-agé ngécé, ’Yen kowé tumeka ing swarga, tulung aku kirimana apel lan kembang mawar, ya.’ Ing wektu kang wus ditemtokaké, algojo nugel guluné putri Dorothéa nganggo pedhang. Sang putri séda, dadi martiré Sang Kristus kang pinunjul. Ing wenginé, malaékating Pangéran ngetingal marang Theophilus. Malaékat iku ngasta apel lan kembang mawar lan maringaké marang Theophilus, kanthi ngendika, ’He, Theophilus, iki kiriman saka putri Dorothéa kanggo sliramu!’ Theophilus kewedèn, sabubaré iku banjur mratobat lan dadi wong Kristen.”
”Ooo, brarti jenengmu nduweni patuladhan iman kang hebat ya, Té. Sawijining putri kang dadi kusumaning pasamuwan suci!”
Sadumuginipun ing griya, Ahik tansah menggalihaken wicantenanipun kaliyan Dorothéa. ”Kenapa putri Dorothéa ora wedi ngadhepi paukuman pati dhemi Gustiné kang ditresnani? Mesthi sang putri nduwèni pangertosan kang lebet ngéngingi Gusti Yésus Kristus. Muga-muga aku sésuk ing pangabektèn minggu, entuk wangsulan,” mekaten pangunandikanipun.
Mbénjang énjangipun, Ahik bidhal teng GKJ Ngentakrejo kaliyan Biyung Emban. Dinten punika dinten Minggu Sang Kristus Ratuning salir dumadi. Kanthi sangu wicantenanipun kaliyan Dorothéa, Ahik kanthi kebak ing kawigatosan nyemak waosan kitab suci dinten punika. Langkung malih, ingkang dados léktor Nawangsih, kancanipun pelados ibadah anak ingkang swantenipun nganyut-anyut. Sih rahmat ingkang kasuwun déning Ahik ing pangabekti punika nyuwun pambiyaké kekeraning sinten Gusti Yésus Kristus ngantos putri Dorothéa kanthi kendel dados martir.
Waosan I nepangaken Ahik kaliyan Sang pangèn ingkang utami. Pangèn ingkang utami wonten ing Kitab Suci nggambaraken satunggaling pemimpin ingkang saé. Pemimpin ingkang saé punika wantun ngurbanaken dhiri kanggé ménda-méndanipun. ”Iki rak nggambaraké sapa satemené Gusti Yésus,” panyuraosipun Ahik ing salebeting manah. Langkung malih, wonten ing kidung pambuka wau, ingkang dipun repèkaken Kidung Pasamuwan Kristen Anyar Nomer 12, ”Yésus Sang Pangèn Sejati”. Nalika nyuraos pemimpin ingkang saé, ingkang narik kawigatosanipun Ahik, Pak Pendhita ugi nerangaken wawasan asthabrata. Satunggaling wawasan saking Wétan ingkang kathah sinebat ing pustaka-pustaka ingkang ngewrat bab kautamaning pemimpin. Langkung malih ingkang remen kaliyan wiracarita Ramayana, asthabrata mujudaken piwulang penting saking Sri Rama dhumateng Bharata, rayinipun, ingkang boten kersa jumeneng nata ing Ayodya. Ing donyaning wayang Jawi, bab punika ugi dados intining piwulang ing lakon Wahyu Makutharama. Asthabrata punika ngemot wolung wateking pemimpin ingkang nélaaken:
Tirta:            maringi gesang lan nuwuhaken gesang
Kartika:       maringi sasmita utawi pitedah kanggé negesi gesang
Surya:         maringi daya lan kekiyataning alam
Candra:      maringi pengayoman
Bayu:           maringi tandhesing pamikir lan kasagedan ngeneraken paraning gesang
Bantala:      maringi kasuburan
Baruna:      maringi jembaring kawruh temahan tinebihaken saking cupeting pamikir
Dahana:   nyebar semangat.
 Pranyata kawruh saking Wétan gadhah cara ingkang unik kanggé nggambaraken panguwaosipun Gusti Sang Murbèng dumadi. Kepara, pancaraning kautamanipun sedaya tumitah ingkang nggambaraken panguwaosipun Gusti punika boten dipun haki piyambak, nanging dipun paringaken dhateng manungsa kanthi tanggel jawab ingkang kaemban. Kautamanipun pemimpin cacah wolu kasebat temtu dipun betahaken, dadosa ing donyaning sèkulèr punapa déné donyaning kasukman. Para pemimpin ingkang taksih ribed kaliyan urusanipun piyambak perlu nindakaken revolusi méntal kanthi nggegilut kautamanipun pemimpin ingkang sinerat ing asthabrata. Ngèngeti, ing sauruting wekdal, angkatan dhemi angkatan, warganing bangsa sanget mbetahaken pemimpin ingkang mlethèkaken suryaning handayani, sang candra kawicaksanan saha kartikaning karaharjan.
Nggatosaken andharan punika, Ahik lajeng mudheng, kénging punapa biyungipun sanget kesengsem kaliyan Pak Ahok. Satunggaling pemimpiin ingkang boten ajrih ngadhepi pati dhemi njejegaken konstitusi (angger-angger negara). Salajengipun, Pak Pendhita ugi ngèngetaken bilih wawasan asthabrata punika pikantuk kawigatosanipun juru masmur, kados ingkang sinerat ing Masmur 46 minangka kidung kaunggulan. Kidung ingkang ngluhuraken kasantosanipun Gusti Allah ingkang nglangkungi kekiyataning jagad ginelar. Daya kekiyatanipun alam, kautamaning tumitah, dados srana kanggé manungsa supados tepang kaliyan Gustinipun sacara langkung lebet. Gebyaring tumitah boten murih sinembah, nanging cekap kaalembana kanthi raos sokur ingkang katujokaken dhumateng Gustining dumadi.
Menawi dipun gatosaken ugi waosan II, kanggé ngurmati Sang Kristus, Rasul Paulus ugi ngèngeti dayaning alam. Rasul Paulus ngajeng-ajeng sanget supados Pasamuwan Kolose memuji Sang Kristus minangka ratuning jagad. Amargi Sang Kristus punika citraning Allah ingkang boten ketingal, sang pambajeng, ingkang langkung pinunjul tinimbang sedaya tumitah. Sang Kristus ingkang mengku sedaya tumitah, dadosa ing swarga punapa déné ing bumi, dadosa ingkang ketingal punapa déné ingkang boten. Wonten ing Sang Kristus, sedaya kawontenaning Allah sawetahipun kepareng dedalem ing Panjenengan Dalem. Lah punika kénging punapa Sang Kristus pantes nampi sedaya pakurmatan ing salami-laminipun minangka retuning salir dumadi.
 Ingkang narik kawigatosan, Injil nggambaraken Kristus, Sang Raja, punika ketingal tanpa daya ing kajeng salib. Kepara, kathah pamoyok katujokaken dhumateng Panjenenganipun. Putraning Allah punika ingéwan-kéwan. Mangga kita penggalihaken panginanipun para pengageng rikala semanten: ”Wong-wong liya padha dipitulungi, cikbèn saiki mitulungi Awaké dhéwé, Manawa pancèn Sang Kristus, Pilihané Gusti Allah!” Dèrèng cekap dumugi semanten, ibaratipun paribasan ”guru kencing berdiri, murid kencing berlari” para andhahan, inggih punika para prajurit, sami moyoki Gusti kanthi nyaosi anggur kecut katur Panjenenganipun. Jinis unjukan ingkang pantes kanggé para andhahan ingkang apes. Dèrèng malih tembung-tembung ingkang pedhes: ”Manawa kowé ratuning wong Yahudi, mara tulungana Awakmu dhéwé!” Dèrèng cekap kanthi tembung-tembung, seratan kebak pangécé kapasang nyolok mripat mawi manéka warni basa: ”Iki ratune wong Yahudi!” Sedaya bangsa lan suku bangsa saking pundi-pundi sageda nyumurupi saiba inanipun Sang Putraning Allah ingkang kinasih ingkang kasalib punika. Ketingal katut kaliyan swasana batinipun para pengageng lan para prajurit, satunggaling durjana ingkang kasalib sesarengan Gusti Yésus ugi nindakaken bab ingkang sami. Boten émut saiba piyambakipun nembé njlomprongaken nyawanipun ingkang ndungkap oncat.
Nanging, sinten ingkang nginten bilih saking pamoyok saha paukuman salib punika nglairaken kawilujengan langgeng. Boten kathah ingkang mangertos bilih Sang Ratu ingkang dipun pepoyok punika nguwaosi triloka. Durjana ingkang ngèngetaken kancanipun punika ingkang pikantuk padhanging sukma. Piyambakipun nampi ukum kisas minangka ukuman ingkang timbang, temahan piyambakipun pasrah sumarah dhumateng Sang Raja ingkang sinalib sesarengan piyambakipun: ”Dhuh Gusti Yésus, mugi Paduka kersaa ngèngeti dhateng kawula, menawi Paduka rawuh ing Kraton Paduka”.
Mirengaken andharan khotbah kala wau, Ahik saged mangertos kénging punapa putri Dorothéa sanget kapang kepéngin ngluhuraken Gustinipun, tinimbang kapundhut garwa déning gubernur Fabricius ingkang sanès Kristen. Sang Putri boten kepéngin nyenyamah Sang Ratuning salir dumadi kanthi nyidrani kapitadosanipun. Ahik ing salebeting manah munjuk, ”Pinujia Gusti Yésus Kristus Ratuning salir dumadi.” Amin.



Minggu, 27 November 2016
Hari Minggu Adven I

Tema Perayaan Iman :
Siap Sedia di Dalam Tuhan

Daftar Bacaan Kitab Suci
Bacaan I                                    :  Yesaya 2:1-5
Tanggapan                               : Mazmur 122
Bacaan II                                   :  Roma 13:11-14
Bacaan Injil                              :  Matius 24:36-44
Tujuan Perayaan Iman
Jemaat bisa menghayati bahwa kedamaian dan kesejahteraan adalah sarana untuk menjadi siap sedia menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kalinya.
RANCANGAN BACAAN ALKITAB untuk Liturgi I
Berita Anugerah                     : Yeremia 31:3
Petunjuk Hidup Baru             : Amsal 15:17
Persembahan                          : 1 Tawarikh 29:13-14
RANCANGAN PUJIAN untuk Liturgi I
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian                      : KJ 80:1,2
Nyanyian Penyesalan             : KJ 29:1,4
Nyanyian Kesanggupan         : KJ 84:1-3
Nyanyian Persembahan        : KJ 289:1-
Nyanyian Pengutusan            : KJ 87:1,3

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji                         : Kidung BMGJ 10:1-4
Kidung Panelangsa                 : Kidung BMGJ 46:1,4
Kidung Kesanggeman            : Kidung BMGJ 141:1,3
Kidung Pisungsung                 : Kidung BMGJ 187:1-
Kidung Pangutusan                : Kidung BMGJ 106:1,5

Penulis: Pdt. Kristi (GKJ Gondokusuman)-

DASAR PEMIKIRAN
Minggu Adven adalah waktu yang dikhususkan oleh Gereja sebagai penghayatan masa penantian. Penantian yang dimaksud adalah akan kedatangan Yesus yang kedua kalinya, juga kedatangan Natal, peringatan kelahiran Yesus. Pada Minggu Adven pertama ini, jemaat diajak untuk mengingat kembali akan janji kedatangan Tuhan yang kedua kali. Dalam pada itu, jemaat diajak untuk juga selalu ingat bahwa untuk menyambut kedatangan itu diperlukan sikap hidup yang selalu siap sedia. Kesiapsediaan itu mewujud dalam relasi dengan sesama yang membawa kondisi damai, bahkan membawa kesejahteraan bersama.

KETERANGAN TIAP BACAAN
Yesaya 2:1-5
Firman yang diterima oleh Yesaya ini menunjukkan janji Tuhan akan hadirnya kedamaian. Sion atau Yerusalem akan menjadi pusat dari kedamaian itu. Setiap orang akan melihat dan menuju ke sana. Gambaran akan kedamaian itu adalah ditempanya senjata menjadi alat pertanian. Tidak ada lagi orang yang bermusuhan dan berkehendak untuk berperang. Firman ini menjadi janji yang menguatkan umat Tuhan. Bisa dikatakan, semua orang menginginkan kedamaian. Namun orang juga harus siap dengan kondisi damai itu. Tidak mudah sebab manusia memiliki kecenderungan untuk bersaing dan berkuasa atas sesamanya.

Makna teks dalam konteks tema pelayanan Sinode GKJ 2016
Sinode GKJ mengakui diri sebagai keluarga Allah. Keluarga menjadi sarana Tuhan mendatangkan damai.

Makna teks dalam konteks tema perayaan liturgi Gereja
Orang harus siap sedia menerima kedamaian dari Tuhan yang pasti menuntut perubahan cara berpikir dan hidup manusia.

Mazmur 122
Nyanyian ziarah ini biasa dinyanyikan saat sudah mendekati Yerusalem. Oleh karena itu disebut “Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu hai Yerusalem”. Dalam nyanyian ini, mereka mendoakan kesejahteraan bagi Yerusalem. Ini sama halnya dengan berharap bahwa kesejahteraan selalu ada pada diri setiap umat. Saat ada kesejahteraan, akan ada kondisi damai juga. Yerusalem adalah pusat peribadahan mereka, saat itu. Kesejahteraan dan kedamaian di pusat ibadah, akan membawa kesejahteraa dan kedamaian pula bagi seluruh umat.
Makna teks dalam konteks tema pelayanan Sinode GKJ 2016
Sinode GKJ mengakui diri sebagai keluarga Allah. Keluarga mengupayakan kesejahteraan bersama.

Makna teks dalam konteks tema perayaan liturgi Gereja
Dengan adanya kesejahteraan, ada pula kedamaian. Untuk mencapai hal itu, orang harus siap untuk mengusahakannya bersama.

Roma 13:11-14
Ayat-ayat ini menunjukkan pengharapan Rasul Paulus dan jemaat pada saat itu akan kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Mereka meyakini bahwa Tuhan akan segera datang. Oleh karena itu, sudah selayaknya jemaat hidup dalam terang. Mereka harus siap jika sewaktu-waktu Tuhan datang. Mereka harus siap, sehingga ditemukan berada dalam kondisi yang pantas untuk ditemui oleh Tuhan. Kehidupan yang pantas itu digambarkan dengan hidup yang sopan. Kristus menjadi senjata terang bagi mereka.

Makna teks dalam konteks tema pelayanan Sinode GKJ 2016
Sinode GKJ mengakui diri sebagai keluarga Allah. Keluarga adalah tempat anggotanya bisa saling menolong dan mengingatkan untuk hidup yang pantas dalam menyambut kedatangan Tuhan.

Makna teks dalam konteks tema perayaan liturgi Gereja
Jemaat harus siap sedia menyambut kedatangan Tuhan dengan cara hidup dalam terang.

Matius 24:36-44
Yesus menegaskan bahwa Dia akan datang lagi, tetapi tidak ada yang tahu waktu kedatangan-Nya. Seperti pencuri memasuki suatu rumah. Oleh karena itu, setiap orang harus siap, sewaktu-waktu Dia datang.

Makna teks dalam konteks tema pelayanan Sinode GKJ 2016
Sinode GKJ mengakui diri sebagai keluarga Allah. Keluarga saling mendukung untuk siap menyambut kedatangan Tuhan.

Makna teks dalam konteks tema perayaan liturgi Gereja
Setiap orang harus siap sedia menyambut kedatangan Tuhan.
Harmonisasi Bacaan
Matius dan Roma sama-sama berbicara mengenai kedatangan Tuhan yang kedua kalinya serta keharusan bagi jemaat untuk siap sedia menyambutnya. Yesaya dan Mazmur berbicara mengenai kedamaian dan kesejahteraan yang diharapkan oleh semua orang. Dalam menyambut kedatangan Tuhan, kesiap sediaan bisa diwujudkan dalam bentuk mengupayakan kesejahteraan dan kedamaian bersama.

Renungan atas Bacaan
Yesus akan datang lagi? Ya! Pasti! Namun kapan? Tak ada yang tahu dan tak perlu dibicarakan. Dia akan datang seperti pencuri membongkar satu rumah pada malam hari. Oleh karena Yesus pasti datang lagi, tetapi tidak diketahui waktu kedatangan-Nya, setiap orang harus selalu siap sedia. Yesus sendiri yang menyampaikan hal itu dan dicatat oleh Matius. Lalu bagaimana caranya siap sedia?
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma menunjukkan bahwa hidup dengan sopan adalah cara yang tepat dalam menyambut kedatangan Tuhan. Hidup dengan sopan berarti sesuatu aturan yang ditetapkan oleh Tuhan. Orang jangan sampai larut dalam pesta pora, kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan, dan iri hati. Orang harus mengenakan senjata terang, yaitu Kristus sendiri. Itu berarti meneladan Dia dan mengikut pada segala nasihat-Nya.
Yesaya menuliskan firman yang diterimanya mengenai hadirnya kedamaian di Sion. Bahkan kedamaian itu menjadi pusat bagi kedamaian di tempat-tempat lain. Orang harus siap dengan kondisi damai itu. Jika manusia memiliki kecenderungan untuk bersaing dan bermusuhan, dalam kedamaian itu segala alat perang akan diubah menjadi alat pertanian. Perang yang sama sekali tidak membawa kesejahteraan akan digantikan oleh pertanian yang mendatangkan kesejahteraan pangan bagi setiap orang. Persis seperti nyanyian ziarah pemazmur. Kesejahteraan bagi Sionlah yang diharapkan.
Tentu jika berbicara mengenai kedamaian dan kesejahteran, orang yang mengharapkannya harus turut serta aktif dalam mewujudkannya. Siap sedia menyambut kedatangan Tuhan berarti bersedia hidup dalam segala cara yang mendatangkan kedamaian dan kesejahteraan.

Pokok dan Arah Pewartaan
Pewartaan pada Minggu ini bertolak pada kesadaran bahwa Tuhan pasti akan datang untuk kedua kalinya dan manusia harus siap sedia dengan terus mengupayakan kedamaian dan kesejahteraan bersama.
KHOTBAH JANGKEP Bahasa Indonesia
Tema:
Siap Sedia di Dalam Tuhan

Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan,
Selamat tahun baru! Lho, baru akhir November kok tahun baru? Mungkin Saudara-saudara berpikir demikian. Ya. Saat ini baru akhir November. 1 Januari masih lama. Namun hari ini adalah tahun baru bagi Gereja. Mulai hari ini kita memasuki tahun baru liturgi. Kalau minggu-minggu lalu kita berada dalam tahun liturgi dengan pusat pembacaan Injil berdasar Injil Lukas, mulai Minggu ini, pembacaan Injil akan berpusat pada Injil Matius. Tahun baru ini dimulai empat hari Minggu sebelum Hari Natal dan disebut Hari Minggu Adven. Jadi saat ini kita memulai Masa Adven, kita juga masuk tahun liturgi yang baru. Jadi, sekali lagi, selamat tahun baru!
Apa yang biasanya dilakukan orang pada tahun baru? Biasanya melihat kembali segala yang terjadi pada tahun yang telah lalu dan merencanakan tahun yang akan datang, ya? Pada tahun baru Gereja ini, kita juga akan melakukan hal yang sama: melihat masa lalu dan merencanakan masa depan.
Masa lalu tersaji melalui bacaan dari Kitab Yesaya. Firman yang dinyatakan kepada Nabi Yesaya adalah mengenai Yehuda dan Yerusalem. Kita tahu bahwa setelah masa Raja Salomo, Kerajaan Israel terbagi menjadi dua: Israel di Utara dan Yehuda di Selatan. Keduanya sama-sama pernah diperintah oleh raja yang takut akan Tuhan. Namun keduanya juga sering diperintah oleh raja yang tidak takut akan Tuhan. Kedua kerajaan juga diserahkan oleh Tuhan kepada musuh. Israel lebih dulu jatuh ke tangan musuh. Yehuda, sekalipun di situ terletak Yerusalem dan Bait Suci, juga akhirnya kalah oleh Babel. Dalam kondisi yang demikian, bisa saja orang merasa tidak lagi dikasihi oleh Tuhan.
Namun ayat yang kita baca dalam kitab Yesaya tadi mengandung janji bahwa sekalipun mengalami kekalahan dan pembuangan, Tuhan memberikan janji bahwa Sion atau Yerusalem tetap akan menjadi pusat kerajaan damai. Saat hal itu terjadi, tidak ada lagi permusuhan. Pedang akan ditempa menjadi mata bajak dan tombak menjadi pisau pemangkas. Dengan demikian, janji ini bukan berarti bangsa Yehuda akan menjadi pemenang perang. Justru kedamaian yang disebut adalah karena tidak adanya perang. Janji ini menjadi pegangan bagi orang-orang Yehuda. Mereka selalu memiliki pengharapan bahwa kondisi tidak damai karena kekalahan perang akan berakhir. Inilah masa adven bagi mereka, yaitu menantikan hadirnya kerajaan damai dari Tuhan.
Agaknya harapan akan kedamaian ini diwariskan secara turun-temurun kepada semua orang Yehuda, yang kemudian disebut sebagai orang Yahudi. Setiap tahun mereka berziarah ke Yerusalem. Sebuah nyanyian ziarah yang hari ini kita baca menggambarkan kebahagiaan dan harapan mereka saat telah mendekati Yerusalem. Doa yang diungkapkan adalah supaya ada kesejahteraan di Yerusalem dan bagi semua umat yang berziarah ke sana.
Itulah masa lalu. Orang-orang Yahudi atau Israel menaruh pengharapan akan hadirnya kedamaian dan kesejahteraan. Yang menjadi pertanyaan, saat orang berharap adalah, apakah bersedia turut berperan serta dalam mewujudkan harapan itu? Ketika ada harapan bahwa Sion menjadi pusat kerajaan damai, apakah umat siap dengan kondisi damai yang ada? Ataukah yang ada dalam bayangannya adalah kedamaian itu sama halnya dengan menang perang? Padahal, nubuat Yesaya jelas menunjukkan bahwa kedamaian itu saat alat perang digantikan dengan alat pertanian. Yang menjadikan damai bukan perang atau bahkan kemenangan atas perang, melainkan kesejahteraan yang dicapai melalui pemenuhan kebutuhan pokok, di antaranya pangan. Kiranya itu juga yang seharusnya disadari oleh umat yang menyanyikan mazmur ziarah saat mendekati Yerusalem.
Kalau kita sudah melihat masa lalu, lalu bagaimana perencanaan masa depan kita? Semasa hidup-Nya, Yesus sudah mengajarkan bahwa ada waktunya Dia akan datang lagi. Namun waktu kedatangan itu tidak ada yang mengetahui. Sekalipun demikian, bukan berarti orang bisa berbuat sekehendak hatinya. Justru karena tidak ada yang tahu waktu kedatangan kedua Tuhan, Yesus mengingatkan supaya selalu siap sedia. Bagaimana cara bersiap sedia?
Nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma terjadi pada masa lalu, tetapi bisa menjadi pedoman untuk merencanakan masa depan kita. Rasul Paulus dan jemaat di Roma, sama seperti kita, berada dalam penantian akan kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Karena, sama seperti kita, tahu bahwa kedatangan itu tak dapat diduga, Rasul Paulus menasihatkan supaya jemaat hidup dengan sopan. Tingkah lakunya harus seperti pada siang hari. Hal ini menjadi gambaran kesiap sediaan. Pada siang hari, orang bekerja dan harus melakukan pekerjaannya dengan setia. Jemaat juga harus menjalani hidup dengan setia, dalam takut akan Tuhan, menyongsong kedatangan Tuhan yang tidak diketahui waktunya. Lalu seperti apa tindakan konkret yang harus dilakukan?
Merencanakan masa depan bisa berdasar pada masa lalu. Kalau kita diajak bersiap sedia dalam menantikan Tuhan, terus menjalani hidup dalam takut akan Tuhan, nubuat nabi Yesaya dan nyanyian ziarah orang Israel bisa menjadi panduan. Kehidupan yang siap sedia itu bisa diisi dengan mewujudkan kedamaian. Kedamaian itu diwujudkan dengan cara menghilangkan permusuhan dan mengusahakan kesejahteraan.
Jadi masa Adven ini bukan sekadar waktu untuk menyambut Natal. Juga bukan sekadar waktu untuk mempertebal iman pribadi menyambut kedatangan Tuhan. Justru masa Adven ini menjadi waktu untuk berkarya bersama mengusahakan kesejahteraan sehingga terwujud kedamaian. Amin.

KHOTBAH JANGKEP Basa Jawi
Tema:
Cumawis ing Saklebeting Gusti

Sedhèrèk-sedhèrèk ingkang dipun kasihi déning Gusti,
Sugeng warsa énggal!
Lho, sakpunika rak nembé Novèmber, kok sampun ngaturaken sugeng warsa énggal? Mbok bilih Panjenengan sami menggalih mekaten. Inggih, leres. Punika nembé Novèmber. 1 Januari taksih dangu. Nanging dinten punika ugi wiwitaning warsa énggal, inggih punika warsa énggaling Gréja. Dinten punika kita lumebet ing warsa liturgi ingkang énggal. Satunggaling tandha inggih punika, menawi dinten-dinten Minggu kepengker kita maos Injil Lukas, wiwit Minggu punika kita maos Injil Matius. Warsa énggal punika kawiwitan sekawan dinten Minggu sakdèrèngipun Natal. Sekawan Minggu wiwitan ing warsa énggal punika kasebat Minggu Advèn. Dados dinten punika kita ugi wiwit lumebet ing wekdal Advèn. Dados sepisan malih, sugeng warsa énggal!
Punapa ingkang padatanipun dipun tindakaken ing wiwitaning warsa énggal? Padatanipun tiyang sami ningali perkawis-perkawis ingkang sampun kalampahan ing warsa ingkang kepengker. Kejawi punika ugi ngrancang lampahing warsa ingkang badhé kalampahan. Dinten punika kita badhé nindakaken perkawis ingkang sami. Mangga kita ningali perkawis ingkang sampun kalampahan lan ngrancang ingkang taksih badhé kalampahan.
Kanggé ningali perkawis ingkang sampun kalampahan, mangga kita sinau saking Kitab Yésaya. Pangandikan ingkang dipun tampèni déning Nabi Yésaya punika bab Yéhuda lan Yérusalèm. Kita mangertos bilih saksampunipun pepréntahanipun Prabu Suléman, Karajan Israèl kabagi dados kalih: Israèl ing sisih lèr lan Yéhuda ing sisih kidul. Karajan kalih punika sami-sami naté dipun préntah déning ratu ingkang ajrih asih dhateng Gusti. Nanging kathah-kathahipun ratunipun punika mboten ajrih asih dhumateng Gusti. Karajan kalih punika lajeng dipun pasrahaken dhateng mengsah déning Gusti. Israèl sampun langkung rumiyin dipun kawonaken. Déné Yéhuda, senajan mangku Yérusalèm lan Padaleman Suci, ugi ngalami perkawis ingkang sami. Minangka tiyang ingkang rumaos dados umat pilihanipun Gusti, saged kemawon lajeng sami rumaos sampun mboten dipun tresnani malih déning Gusti.
Waosan kita ing Kitab Yésaya kala wau dados pratéla bilih Gusti mboten kesupèn dhateng umatipun. Panjenenganipun tansah kagungan rancangan kanggé umatipun. Gusti paring prasetyan bilih Sion utawi Yérusalèm badhé dados punjering karajaning katentreman. Nalika perkawis punika kalampahan, mboten badhé wonten memengsahan malih. Pedhang badhé dipun dadosaken kejèn, déné tumbakipun dados arit. Kanthi mekaten, prasetyan punika sanès nélakaken bilih Yéhuda badhé menang perang. Kosok wangsulipun, katentreman punika badhé kalampahan amargi mboten wonten paprangan. Prasetyan punika dados cepengan tumraping tiyang-tiyang Yéhuda. Sami tansah nggadhahi pangajeng-ajeng bilih badhé kalampahan kawontenan tentrem. Punika dados wekdal Advèn tumrap tiyang-tiyang punika, inggih punika ngantu-antu rawuhing karajaning katentreman.
Ketingalipun pangajeng-ajeng punika dipun warisaken turun-tumurun dhateng sedaya tiyang Yéhuda, ingkang lajeng katelah minangka tiyang Yahudi. Saben taun sami jiyarah dhateng Yérusalèm. Satunggaling kidung jiyarah ingkang kita waos dinten punika nélakaken kabingahan lan pangajeng-ajeng nalika sampun sami celak Yérusalèm. Pandonganipun supados wontena tentrem rahayu ing Yérusalèm nyrambahi sedaya umat ingkang sami jiyarah.
Punika wekdal ingkang sampun kalampahan. Tiyang-tiyang Yahudi utawi Israèl ngantu-antu rawuhing katentreman lan karahayon. Pitakènanipun, nalika tiyang sami ngantu-antu, punapa ugi ngupadi supados pangantu-antu punika mawujud? Menawi sami ngantu-antu supados Sion dados pusering karajaning katentreman, punapa ugi sami cumawis nggemblèng pedhangipun dados kejèn lan tumbakipun dados arit? Punapa sami cumawis gesang ing saklebeting katentreman punika? Utawi malah gadhah pemanggih bilih katentreman punika ateges menang perang? Kamangka Nabi Yésaya sampun meca kanthi cetha bilih katentreman punika kalampahan nalika alating perang dipun dadosaken alat kanggé tetani. Ingkang ndadosaken tentrem sanès perang utawi menang perang, nanging karahayon amargi sami kacekapan kabetahanipun, antawisipun tedha. Mugi perkawis punika ugi ingkang dipun mangertos déning tiyang ingkang ngaturaken kidung jiyarah nalika nyelaki Yérusalèm.
Menawi kita sampun ningali wekdal ingkang sampun kalampahan, lajeng kados pundi rancangan kita kanggé wekdal mengajeng? Sakdanguning gesangipun, Gusti Yésus sampun mucal bilih Panjenenganipun badhé rawuh malih. Sandayan mekaten, mboten wonten ingkang mangertos wekdalipun. Nanging mboten ateges tiyang saged gesang saksekécanipun piyambak. Malah amargi mboten mangertos wekdal rawuhipun Gusti, kedah sami cumawis lan siyaga saben wekdal. Kados pundi caranipun?
Pituturipun Rasul Paulus dhateng pasamuwan ing kitha Rum saged dados pitedah kanggé kita ngrancang wekdal mengajeng. Rasul Paulus lan pasamuwan ing kitha Rum, kados déné kita, sami-sami ngantu-ngantu rawuhipun Gusti malih. Amargi pirsa bilih rawuhipun mboten saged dipun bedhèk, Rasul Paulus mituturi supados sami gesang kanthi patut. Pandamelipun kedah kados ing wekdal raina. Punika nggambaraken gesang ingkang tansah cumawis nampèni rawuhipun Gusti. Ing wekdal raina, tiyang kedah nyambut damel kanthi setya. Pasamuwan ugi kedah gesang setya, ajrih asih dhumateng Gusti, mboten nuruti pikajengipun daging, methukaken rawuhipun Gusti. Kados punapa wujudipun?
Ngrancang wekdal mengajeng saged adhedhasar wekdal kepengker. Menawi kita kedah cumawis ing saklebeting ngantu-antu rawuhipun Gusti, pamecanipun Nabi Yésaya lan kidung jiyarahipun tiyang Israèl saged dados pitedah. Gesang ingkang cumawis punika saged dipun isi kanthi mujudaken katentreman. Katentreman mawujud lumantar ngicalaken memengsahan lan ngupados karahayon.
Mila wekdal Advèn punika mboten namung kanggé nyawisaken pahargyan Natal. Ugi mboten namung wekdal kanggé ngencengaken kapitadosan pribadi. Wekdal Advèn punika malah dados wekdal kanggé makarya sesarengan ngupados karahayon temahan katentreman saèstu mawujud. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar