Saya akan mengajak anda bertukar pemikiran dan membantu dalam segala permasalahan hidup. Kami akan memberi dukungan, infomasi, dan penyelesaian masalah yang paling tepat.

Senin, 07 November 2016

Bahan Mengajar Sekolah Minggu Remaja Pemuda Minggu, 13 November 2016

Bahan mengajar sekolah minggu remaja dan pemuda:

http://www.gkj.or.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=1322



13 November 2016

APA ENAKNYA
JADI SAKSI?


Lukas 21: 5-19
Nilai kristiani:
Menjadi saksi Kristus selalu
berisiko, namun dalam situasi
yang berisiko Allah hadir dan
membela manusia.

Pujian:
Kidung Jemaat 427-Ku Suka
Menuturkan


Ayat indah:
“Kamu inilah saksi-saksi￾Ku,’ dan hamba-Ku yang
telah Kupilih, supaya kamu
tahu dan percaya kepada￾Ku dan mengerti, bahwa
Aku tetap Dia”
Yesaya 43:10a


URAIAN PELAJARAN HARI INI:
Pendeta Andar Ismail, penulis buku Selamat Berkiprah
mengatakan bahwa menjadi saksi itu tidak enak. Lho kok
tidak enak? Konon menjadi saksi itu terlalu repot. Coba lihat
saksi di pengadilan, ia harus siap disumpah, diberondong
ratusan pertanyaan, harus mengingat dan menceritakan
kembali setiap hal yang ia lihat, dengar, serta alami. Tidak
hanya itu, seorang saksi juga harus memberi keterangan
secara objektif, tidak memihak siapapun, sekalipun pihak
yang bersalah adalah orang terdekat kita. Hal repot lainnya,
jika kita harus bertemu dengan orang-orang yang menekan
kita. Ada orang-orang tertentu yang mendesak untuk
mengungkapkan hal yang tidak sesuai dengan fakta. Tidak
cukup sampai di situ, menjadi saksi berarti harus siap
mempertanggungjawabkan apa yang disampaikan. Jika salah
memberikan kesaksian, risikonya tidak hanya malu, namun
di luar ruang persidangan kita bisa-bisa dihadang oleh orang￾orang yang siap menghardik kita karena tidak puas dengan
pernyataan. Karena repot banyak orang memilih untuk pura￾pura tidak tahu. Pokoknya repot, tidak mudah dan berisiko.
Jika benar menjadi saksi tidak enak, lalu apakah kita
harus menghindari peran seorang saksi? Rasanya tidak. Yesus
justru mengajarkan para murid untuk bersaksi dalam momen
berisiko. Hal ini dikatakan Yesus saat berada di Bait Allah
Yerusalem. Ketika itu Yesus berkhotbah di hadapan banyak
orang yang hadir di Bait Allah. Khotbah Yesus tidak hanya
ditujukan bagi kedua belas murid saja, tetapi bagi semua
orang yang berada di pelataran Bait Allah.
Mengapa khotbah Yesus membicarakan perihal bersaksi
dalam situasi yang berisiko? Hal ini bermula saat Yesus
memperhatikan ada beberapa orang yang berbicara dan
mengagumi keindahan Bait Allah dari segi fisiknya saja.
Mendengar itu Yesus langsung mengungkapkan bahwa apa
yang mereka kagumi tidak akan bertahan lama, bahkan
akan hancur dalam waktu dekat. Dan kehancuran Bait
Allah nantinya akan menjadi awal tanda akhir zaman. Tentu
nubuat Yesus begitu mengganggu telinga para orang Farisi,
ahli Taurat yang saat itu berada di Bait Allah. Namun tidak
bagi para murid dan umat lainnya. Pasca mengungkapkan
nubuatan kehancuran mereka antusias bertanya perihal
waktu terjadinya. Yesus tidak secara tepat menjawab kapan nubuatan itu akan terjadi, Ia
hanya mengatakan bahwa saatnya
sudah dekat (ayat 8). Yesus tidak
ingin para murid berfokus pada
waktu, gelisah dan ketakutan
menantikan kapan kehancuran
Bait Allah itu datang. Yesus justru
mengungkapkan tanda-tanda yang
akan terjadi menjelang kehancuran
Bait Allah itu. Tanda-tanda itu
di antaranya adanya peperangan,
pemberontakan, diburu/dikejar,
aniaya secara sosial atau politik.
Tanda-tanda itu diberitahukan kepada mereka semua bukan untuk menakut-nakuti, melainkan agar mereka
berjaga-jaga dan mengambil peluang untuk bersaksi di tengah situasi yang berisiko.
Bersaksi tentang Yesus yang pernah bersama-sama dengan mereka, mengalami penderitaan, pergi
meninggalkan mereka dalam kematian, kemudian bangkit lagi dalam kemuliaan Allah.
Bersaksi tentang Yesus di situasi yang aman tentram tanpa pergolakan tentu tidak repot. Namun per￾soalannya, para murid harus bicara tentang Yesus kepada orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus,
bahkan tidak segan-segan menganiaya para murid. Pilihan yang sungguh dilematis. Bersaksi tentang kebe￾naran atau menyelamatkan diri? Namun Yesus meyakinkan serta memberi penghiburan kepada para murid
untuk tidak takut dan panik, sebab dalam situasi yang berisiko itu Allah akan hadir bersama-sama de￾ngan mereka, memberikan hikmat untuk dapat berkata-kata dengan penuh kebijaksanaan, sehingga para
pemberontak tidak dapat membantah.
Seorang saksi dalam pengadilan hukum juga berada di situasi yang berisiko, oleh sebab itu pihak
berwenang menyediakan program perlindungan saksi. Gunanya untuk menjamin keamanan si saksi, supaya
ia tidak perlu takut dan menyampaikan kebenaran yang utuh dalam kesaksiannya, walaupun ada ancaman.
Tak hanya pihak berwenang dalam lembaga hukum, Yesus pun menjamin keamanan para murid yang
bersaksi tentang diri-Nya. Lebih istimewa lagi Yesus mengatakan, tidak akan dibiarkan sehelai pun dari
rambutmu akan hilang (ayat 18). Lebih daripada itu seorang saksi tidak akan pernah dibiarkan bersaksi
seorang diri. Yesus akan menolong melalui kesaksian dari orang-orang yang Ia pakai.
Pengalaman bersaksi para murid Yesus menjadi pembelajaran yang baik bagi kita. Bersaksi tentang
kasih Yesus Kristus adalah tanggungjawab bagi semua orang percaya, termasuk di dalamnya remaja Kristen.
Namun tidak dapat dipungkiri dalam proses untuk bersaksi tentang Kristus ada begitu banyak tantangan
yang mesti dihadapi oleh kita. Misalnya pergaulan yang tidak baik (ajakan untuk merokok, menikmati
narkoba, candu terhadap video-video porno), dijauhi oleh teman-teman karena dianggap tidak gaul, terlalu
rohani. Ada banyak tantangan yang mesti remaja hadapi.
Namun sebagaimana Yesus meyakinkan para murid agar jangan takut menghadapi risiko, remaja juga
harus percaya ketika remaja setia dan berkomitmen untuk menampilkan diri sebagai saksi-saksi Kristus.
Maka Allah juga dengan setia memperlengkapi para remaja dengan kebijaksanaan dan kemampuan untuk
menghadapi risiko itu. Jika sudah begitu menurutmu, apa enaknya menjadi saksi?


KREATIVITAS CARA PENYAMPAIAN
1. Bukalah dengan pertanyaan: adakah yang pernah dipaksa untuk berbohong? Bagaimana rasanya? Apa
yang membuatmu mengambil pilihan untuk berbohong? Apakah agar kamu berada di dalam kondisi
yang aman dan tidak terpojok?
2. Dipaksa untuk berbohong apalagi di bawah tekanan, memang tidak enak. Namun apa daya daripada
kita repot dan terpojok, maka pilihannya hanya dua yaitu ikut berbohong atau menjadi seseorang yang
pura-pura tidak tahu.
3. Ceritakan kepada remaja tentang fakta kasus kekerasan seksual pada anak.
4. Kasus kekerasan seksual pada anak atau yang sering kita kenal dengan istilah phaedophilia(pedofil)
kerap tidak terungkap, bahkan korbannya semakin
bertambah. Salah satu alasannya adalah karena saksi
yang sekaligus korban takut untuk melapor. Korban
enggan melapor biasanya karena telah diancam oleh
pelaku, atau kalaupun ia tidak diancam ia tetap
enggan melapor karena malu dengan peristiwa
yang menimpa dirinya. Keengganan korban
untuk mengatakan yang sesungguhnya akhirnya
membuat pelaku merasa bebas untuk mengulangi
perbuatannya kepada orang yang sama atau mencari￾cari korban baru.
5. Berkaca dari peristiwa phaedophilia tersebut, ajaklah
remaja berpikir bahwa berbicara tentang kebenaran
sangat penting, sekalipun dalam situasi berisiko.
Dengan berbicara maka remaja berperan untuk menyelamatkan anak-anak lain dari pelaku phaedopilia.
6. Pelayan firman menyampaikan tentang uraian pelajaran pada minggu ini.
7. Setelah menyampaikan uraian pelajaran tentang apa enaknya menjadi saksi, ajaklah remaja kembali
berpikir tentang perbincangan yang sebelumnya tentang kekerasan seksual pada anak.
8. Ajaklah remaja untuk berkomitmen menjadi saksi Kristus dengan cara mengatakan tidak pada kekerasan
seksual pada anak, dan berani bersaksi tentang kebenaran!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar