13 November 2016
JADI ANAK
BAIK DALAM
HATI DAN
LAKUKU
Lukas 21: 5-19
Nilai Kristiani:
Anak dilatih memiliki
integritas, yaitu rajin beribadah
(berdoa, Sekolah Minggu,
membaca Alkitab) sekaligus
tekun berbuat baik.
Pujian :
Kidung Jemaat 282 “Seluruh
Umat Tuhan oleh-Nya Dikenal”
Kidung Sekolah Minggu 271
“Cinta akan Yesus”
Ayat Indah:
“Ibadah yang murni … di
hadapan Allah, Bapa kita,
ialah mengunjungi yatim
piatu dan janda-janda
dalam kesusahan mereka,
dan menjaga supaya dirinya
sendiri tidak dicemarkan
oleh dunia”
(Yakobus 1: 27).
URAIAN PELAJARAN:
Ada ungkapan: ‘Don’t judge the book by the cover’.
Maksudnya, jangan menilai sesuatu dari kulitnya saja. Kulit
(tampilan) luarnya bisa jadi buruk, belum tentu dalamnya.
Hal sebaliknya juga berlaku. Tampilan luarnya bisa amat
menarik, tetapi dalamnya buruk. Banyak orang, termasuk
para murid Yesus mengagumi Bait Suci di Yerusalem. Bait
Suci sudah dihancurkan tiga kali. Bait Suci pada jaman Yesus
ini dibangun kembali oleh raja Herodes dengan amat megah.
Sayangnya, dalamnya Bait Suci tidak seindah tampilan
luarnya. Maksudnya, kehidupan rohani para pemimpin
agama dan umat Yahudi yang tekun datang ke sana dan
menghaturkan kurban persembahan dan rupa-rupa ibadah,
tidak seindah bangunan Bait Suci. Mereka tekun beribadah
hanya supaya dilihat orang. Hatinya jahat, suka menindas
sesamanya. Mereka menolak Yesus dan keselamatan yang
dibawa-Nya. Allah hadir di tengah mereka. Tetapi, mereka
justru membunuh-Nya.
Kemudian Yesus bernubuat, ”Apa yang kamu lihat di
situ-akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun
akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya
akan diruntuhkan” (ay. 6). Ia menubuatkan kehancuran Bait
Suci. Itu dilakukan Allah karena umat pilihan-Nya lagi-lagi
menunjukkan kepribadian ganda. Manis di mulut; tekun
menjalani ritual ibadat; tetapi kehidupan sehari-harinya
jahat. Ibadah memiliki dua sisi. Sisi sempit, berupa ritual
seperti kurban persembahan, kebaktian, doa, puasa. Dan
sisi luas, yaitu ibadah dalam bentuk laku hidup sehari-hari.
Keduanya mesti sejalan.
Kemudian Yesus menubuatkan penderitaan dan
kekacauan. Peperangan akan berkobar di mana-mana.
Berbagai bencana dan wabah penyakit akan bermunculan,
seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, kelaparan dan
lain-lain. Ada pula rupa-rupa pengajaran (gaya hidup) yang
menggoda dan menyesatkan manusia. Kelihatannya menarik
dan membawa ke kehidupan yang lebih baik. Tetapi, nyatanya
malah merusak. Misalnya gaya hidup mencari kepuasan yang
membuat orang menjadi hedonistis dan konsumtif. Dengan
kata lain, hidup manusia akan menderita. Dan manusia
menjadi semakin jahat.
Murid-murid Yesus hidup di tengah situasi seperti itu. Bahkan, mereka akan diburu seperti hewan buruan, ditangkap, dan mengalami aniaya karena iman percayanya. Mereka dibawa kepada para penguasa dan diadili. Tragisnya, penganiayaan dan penderitaan itu datangnya bukan saja dari lingkungan luar, seperti masyarakat dan pemerintah. Penganiayaan itu juga datang dari lingkungan terdekat, seperti keluarga, saudara, sahabat dan teman. Murid Yesus menjadi kumpulan orang yang dipandang aneh karena menjalani ajaran Yesus.
Dalam situasi seperti itu, murid Yesus diminta untuk bertahan. Tetap memiliki integritas, yaitu antara keyakinan dan laku hidupnya sejalan. Gaya hidupnya menunjukkan imannya. Baik, hati maupun lakunya sejalan. Ibadah ritual jalan, ibadah dalam kehidupan sehari-hari juga dipraktikkan.
Melalui cerita kali ini, anak belajar memiliki integritas, yaitu rajin beribadah seperti ke Sekolah Minggu, membaca Alkitab, tekun berdoa, sekaligus rajin berbuat baik dan benar. Dengan begitu, hati maupun lakunya sejalan; tampilan luar, maupun isi hatinya, keduanya baik.
KREATIVITAS PENYAMPAIAN CERITA:
1. Siapkan satu hadiah, misalnya buku cerita. Bungkuslah hadiah itu dengan kertas koran berlapis-lapis yang sudah lusuh seperti sampah. Buatlah hadiah itu nampak seperti sampah. Tanyakan pada anak, menurut mereka apa isi gumpalan itu: sampah atau hadiah.
2. Setiap kali anak menjawab, bukalah satu lapisan pembungkus. Tanyakan lagi apakah mereka masih yakin bahwa gumpalan itu hadiah dan bukan sampah. Pilih anak yang terus yakin bahwa isinya adalah hadiah. Bukalah satu lapisan setiap kali ia menjawab itu hadiah sampai ia menemukan hadiahnya.
3. Jelaskan maknanya. Bahwa yang kelihatannya buruk di luar, belum tentu dalamnya juga buruk. Dan sebaliknya, yang luarnya kelihatan bagus, belum tentu isinya baik, misalnya permen. Tampilan dan rasanya menarik. Tetapi, kandungannya tidak baik untuk kesehatan. Kaitkan dengan cerita kali ini.
4. Buatlah cerita yang menarik. Erez seorang anak yang tekun beribadah. Gambarkan betapa rajinnya ia ke Sekolah Minggu: membaca Alkitab, memimpin doa, mengedarkan kantong persembahan. Guru-guru Sekolah Minggu senang padanya. Ia selalu dipilih untuk membantu di Sekolah Minggu.
5. Siapkan contoh cerita yang sesuai dengan nilai kristiani kali ini. Cerita tentang Yesus menyembuhkan orang lumpuh di kolam Betesda bisa menjadi pilihan (Yohanes 5: 1-18). Mulailah bercerita menggunakan lampiran naskah cerita 13 November 2016.
YESUS DI KOLAM BETESDA
Tujuan:
Anak dilatih memiliki integritas, yaitu rajin beribadah (berdoa, Sekolah Minggu, membaca Alkitab) sekaligus tekun berbuat baik.
Tokoh-tokoh:
1. Yesus: Rajin berdoa, senang menolong, mengajar orang untuk terus berbuat baik.
2. Petrus: Murid Yesus.
3. Abed: Orang tuli di pinggir kolam Betesda.
4. Onel: Orang buta di pinggir kolam Betesda.
5. Hanaya: Orang lumpuh di pinggir kolam Betesda, pemarah, penggerutu.
6. Imam Lewi: Tidak suka pada Yesus, kaku, tidak memahami kehendak Allah, hanya memperhatikan ibadah dalam bentuk doa, baca Kitab Suci, mematuhi hukum Taurat, tetapi tidak berbuat baik.
7. Narator.
Babak I
Situasi : Subuh-subuh Yesus bangun dan berdoa.
Petrus : (terbangun…menggosok-gosok mata. Bingung karena melihat Yesus sudah tidak ada) Oaaaheemmm…. Ah, masih gelap. Tidur lagi ah. Lho, Guru ke mana? Perasaan tadi Ia tidur di situ.
Narator: Petrus ke luar mencari Gurunya. Di tempat yang sunyi, ia melihat Yesus berdoa begitu khusyuk.
Petrus : Rupanya Guru sedang berdoa. Dia bukan hanya sibuk berbuat baik, tetapi juga tekun berdoa.
Narator : Sementara itu di tempat lain….
Situasi : Suasana gaduh. Banyak orang sakit mengerang, mengaduh, merintih di tepi kolam Betesda.
Onel : Nanti kalau air kolamnya bergoncang, kamu bantu aku ya. Kamu tuntun aku supaya bisa masuk ke kolam.
Abed : Apa? Minta digarukin? Emangnya punggung kamu gatel? Kamu sih ga pernah mandi, Bro!
Onel : Hadeh....bukan minta digarukin, Abed. Nih, baca bibir aku ya. Kalo air kolam bergoncang, tolong tuntun aku ke situ. Aku kan ga bisa liat.
Abed : Oh, bilang dong kalo kamu pingin dikasih tau kalo air kolamnya bergoncang supaya kamu bisa nyemplung. Oke, Bro. Tapi, nanti gantian ya.
Narator: Begitulah, Onel, si buta dan Abed, si tuli jadi berteman. Mereka sama-sama orang sakit yang berkumpul di tepi kolam Betesda. Waktu air kolam itu bergoncang, orang pertama yang berhasil masuk ke kolam akan sembuh, apapun penyakitnya. Onel tidak bisa melihat. Dia minta dituntun sama Abed. Sementara itu, si Abed, larinya tidak segesit Onel. Padahal, mereka harus berlomba dengan orang-orang sakit yang lain.
Abed : Onel, Nel....cepet...airnya bergoncang Nel.
Onel : Mana, mana Abed? Aku musti lari ke mana nih?
Abed : Cepet! Cepet Onel! Kamu lari aja lurus terus. Yang kenceng. Lurus Onel! lurus! Bukan belok!
Situasi : Hanaya mendengar ribut-ribut itu. Dia menyeret kakinya (seperti suster ngesot) berusaha mencapai kolam duluan. Tapi gagal.
Narator: Byur! Berkat bantuan Abed, Onel berhasil menceburkan diri ke kolam. Ajaib! Sekejap saja, matanya langsung dapat melihat lagi. Keesokan harinya.
Onel : (mendorong Abed kenceng-kenceng) Heeeh.......
Abed : Eh, apa-apaaan ini? Hati-hati, nanti aku bisa jatuh.
Onel : Kamu mau sembuh ga? Tuh, lihat air kolamnya bergoncang.
Abed : Byur!!!! Hore aku sembuh. Aku bisa mendengar lagi, Bro!
Situasi : Hanaya berusaha lagi. Tapi, kalah cepet sama Abed.
Onel : Eh, Bro, coba liat. Kasian ya bapak itu. Dari dulu dia berusaha nyebur ke kolam tapi gagal terus. Katanya dia orang lama di sini. Udah 38 tahun nunggu di sini.
Abed : Ah, biarin aja Onel. Bapak itu galak banget. Suka marah-marah. Aku pernah ajak dia kenalan. Dia malah maki-maki aku. Aku dibilang budeg. Padahal, dulu aku mau nolongin dia.
Onel : Lah, dulu ’kan memang kamu budeg, Bro.
Abed : Oh, iya yah.. Udahlah, kita pergi aja, Bro. Nanti, salah-salah kamu malah kena semprot sama dia.
Babak 2
Hanaya : Huh...., dasar anak-anak kurang ajar! Ga punya perasaan! Pada ga punya hati! Ga kasian sama orang! Biar kusumpahin aja mereka pada...
Yesus : Apa kamu mau sembuh?
Hanaya : Hah...Siapa?
Yesus : Apa kamu mau sembuh? Sudah 38 tahun kan, kamu di sini?
Hanaya : Apa? Ah, iya. Bapak benar. Masalahnya, pas air kolam bergoncang, ga ada orang yang menolong saya masuk ke kolam itu. Waktu saya berusaha sendiri menuju kolam itu, selalu saja keduluan orang lain.
Yesus : Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.
Hanaya : Apa? Bapak ngejek saya ya! Saya ini lumpuh. Ga bisa jalan, Pak.
Yesus : Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah!
Narator : Meskipun bingung, Pak Hanaya menuruti perintah Yesus. Dan pada saat itu juga, dia sembuh, lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tiba-tiba...
Imam Lw: Heh...kamu! Hari ini kan hari Sabat. Harinya berdoa. Orang dilarang bekerja. Kenapa kamu malah mengangkat tilammu dan berjalan-jalan?
Hanaya : Bapak, jangan marahin saya. Bukan saya yang salah, Pak. Saya cuma disuruh. Tuh, orang tadi itu yang nyembuhin saya. Dia menyuruh saya bangun, mengangkat tilam saya dan berjalan.
Lho, heh..., mana orangnya koq sudah ngilang?
Imam Lw: Pokoknya, dilarang kerja pas hari Sabat! Ini hari khusus untuk beribadah saja. Sudah, berdoa saja dan baca Kitab Suci!
Babak 3
Narator : Yesus telah menghilang di tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Tetapi, kemudian Ia bertemu lagi dengan bapak Hanaya.
Yesus : Nah, kamu sudah sembuh. Jangan berbuat dosa lagi, supaya hidupmu bahagia.
Narator : Bapak Hanaya bukannya mendengarkan perkataan Yesus, malah lari ke luar menemui imam Lewi.
Hanaya : Pak, pak... Ini lho orang yang nyembuhin saya. Dia ini yang nyuruh saya mengangkat tilam saya kemarin.
Imam Lw: Aduh, engkau lagi Rabi. Orang tidak boleh bekerja pada hari Sabat. Kenapa rabi bukannya ibadah, malah menyembuhkan orang? Rabi ’kan bisa melakukannya di hari lain selain hari Sabat.
Yesus : Kita tidak boleh menunda menolong orang. Kalau ada orang yang kesusahan, kita harus segera menolongnya. Ibadah itu bukan hanya berdoa dan membaca Kitab Suci. Berbuat baik dan menolong orang itu juga ibadah. Tidak tahukah kamu bahwa Allah terus bekerja sampai sekarang; maka, Aku pun terus bekerja juga.
Narator : Begitulah, menurut Yesus ibadah itu bukan hanya tekun berdoa atau membaca Kitab suci atau rajin kebaktian di rumah ibadat. Tekun berbuat baik dan suka menolong orang lain juga ibadah.
AKTIVITAS : MERPATI DAMAI
Bahan dan alat yang dibutuhkan :
1. Kertas berwarna ukuran A4
2. Kertas putih
3. Stereofoam bekas
4. Spidol
5. Gunting
6. Lem
7. Daun segar dari kebun
Langkah Pembuatan :
1. Cetak dan gunting pola tangan diatas kertas putih.
2. Tempelkan guntingan itu pada kertas warna ukuran A4.
3. Remukkan stereofoam dan taburkan dibadan merpati yang terlebih dahulu diolesi lem.
4. Tempel daun segar atau ranting diparuh burung merpati.
5. Dibagian halaman yang kosong anak menuliskan : YESUS DATANG MEMBAWA DAMAI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar